Tiba-tiba muncul dalam pikiran saya istilah “middle person”, yaitu menunjuk kepada orang-orang Jawa unik yang memiliki kebiasaan tersendiri. Kepada orang-orang yang saya maksud ini, mereka dapat dengan mudah dikenali karena seringkali tidak bergaul dengan teman-teman atau tetangganya. Gaya hidup meliputi gaya bicara, kebiasaan, perkakas yang dipakai dan seringkali topik pembicaraan sama sekali berbeda dengan orang-orang Jawa kebanyakan. Mereka kebanyakan adalah orang yang berbangga diri dengan gaya hidupnya, namun belum tentu bahagia. Malahan seringkali menderita dan diliputi dengan perasaan serba kurang yang mendalam. (akan dijelaskan di bagian akhir)
Mereka ini adalah orang-orang Jawa yang mulai meninggalkan gaya hidup dan kebiasaannya dan mulai mengadaptasi kebiasaan dan gaya hidup orang lain. Berikut adalah cara saya mengkelaskan mereka:
1. Orang Jawa yang ke-Arab-Araban.
2. Orang Jawa yang ke-Cina-Cinaan
3. Orang Jawa yang ke-Barat-Baratan/ Ke-Bule-Bulean.
Ketiga jenis orang Jawa itu boleh berbeda namun ada beberapa kesamaan yang dapat langsung dikenali yaitu Kaku dan kekurangan semangat untuk bergaul dengan orang-orang Jawa lain yang masih sangat kental dengan kebiasaan umum di Jawa. Tidak hanya pada orang Jawa saja fenomena ini dapat dilihat, namun kita akan menjumpai orang Cina-Indonesia, orang Arab-Indonesia atau Bule yang kelihatan sangat Jawa. Namun ini tidak akan dibahas di sini.
1. Orang Jawa yang ke-Arab-Araban.
a. Biasanya terbentuk di pengajian.
b. Biasanya beragama Islam fundamentalis.
c. Kaku, tidak banyak bercanda.
d. Dalam pembicaraannya banyak sekali menyerang budaya Jawa asli, praktek
shamanisme dan anti keris.
e. Memiliki ciri khas tersendiri (seperti orang Arab) dalam mengucapkan kata-kata
tertentu.Antara lain Amin, Insya Allah, Aman, Inti dll.
f. Belum tentu dia adalah seorang agamawan yang baik namun cara bicara yang
meledak-ledak,terutama jika itu menyangkut masalah agama, akan sangat
kelihatan.
g. Tidak suka dengan atribut-atribut agama lain yang berlainan dengan atribut
agama dia.
h. Tidak lagi menggunakan peci hitam, sarung, terompah tetapi menggunakan sorban dan
baju putih-putih seperti orang Arab.
2. Orang Jawa yang ke-Cina-Cinaan.
a. Biasanya terbentuk di perusahaan-perusahaan Tionghoa.
b. Cuek
c. Belum tentu dia seorang usahawan yang baik, namun kikirnya luar biasa bukan main.
d. menggunakan istilah angka-angka Hokian dalam kehidupannya sehari-hari.
e. Eksklusif dalam kehidupan sehari-hari.
f. Bagi kebanyakan orang Jawa akan dianggap kurang ajar karena berbicara dan tertawa
dengan keras.
g. Dalam bekerja, biasanya sangat memihak orang-orang Cina.
h. Sama seperti saudara-saudara Cinanya yang menggunakan kata-kata campur lucu
seperti ntik, keja, mbek, ae, bok, pigi, pas, sing, mbo’o dll.
i. Agresif.
3. Orang Jawa yang ke-Barat-Baratan/ Ke-Bule-Bulean.
a. Biasanya terbentuk di English Club, Tourism Spot dan karena usaha missionaris.
b. Setidaknya bisa mengutarakan maksud dalam bahasa Inggris.
c. Pesakitan karena mengikuti kebiasaan bule yang banyak menggunakan antibiotik, dan
disinfektan.
d. Hidup kelewat bersih, tidak hanya bersih, tapi higinis dengan menggunakan
berbagai jenis produk pembunuh kuman.
e. Beralih ke lagu barat dengan membenci dangdut.
f. Sama persis dengan saudara bulenya yang boros listrik, gas, makanan, dan
sumberdaya lainnya.
g. Kawin tua.
h. Kelewatan mematuhi peraturan lalu lintas sekalipun dia tahu bahwa peraturan
lalu-lintas tidak sepenuhnya dapat dipatuhi, atau akan membunuh banyak orang.
i. Bangga menunjukan diri bahwa dia sibuk (meskipun tidak selalu).
j. Bagi orang Jawa akan dianggap memiliki selera humor yang payah.
Mereka adalah orang-orang yang seringkali merasa kekurangan atau bahkan merasa iri dengan orang-orang dari kalangan Jawa atau dari kalangan asing yang kebiasaannya ingin mereka adaptasi. Dia sering merasa kesepian karena tidak bergaul dengan teman Jawanya, sementara tidak setiap saat dia bergaul dengan temannya dari kalangan asing. Juga dia merasa iri dengan orang Jawa yang mendapatkan akses terhadap pencapaian karena mereka bergaul dengan sesama, seperti berpacaran dengan mudah. Mereka juga sering iri dengan kerabat asing mereka, orang bule misalnya, yang dapat ke sana dan kemari dengan mudah.
Sebetulnya mereka ini adalah orang-orang luar biasa yang dapat mengenali gejala-gejala buruk dari kebiasaan dan gaya hidup nenek moyang mereka dan memiliki ketetapan hati untuk merubahnya. Dia sadar, kebiasaan lama itu tidak dapat mengakomodir kemauan hatinya sehingga dia menoleh dan coba-coba metode asing. Mereka mulai menggali pengetahuan bagaimana orang asing berpikir sehingga menghasilkan gaya hidup yang luar biasa dalam perasaan yang bersangkutan.
Mungkin mereka dapat memahami bagaimana kerabat asing itu berpikir, namun seringkali mereka gagal memahami bagaimana perasaan kerabat asing mereka. Sebagai contoh bagaimana perasaan teman Cina mereka ketika mereka membelanjakan barang yang berkualitas tapi tidak berguna dalam kehidupan mereka? Bagaimana perasaan seorang bule yang senang luar biasa ketika mendapati dirinya terjebak dalam suatu rutinitas sibuk yang membuat dia terburu-buru.
Usaha yang setengah-setengah dalam memahami atau mengaplikasikan budaya asing membuat orang yang bersangkutan menderita. Dia hanya ingin bergaya seperti orang Arab, Cina atau Bule tetapi hatinya dan mind settingnya kebanyakan seperti orang Jawa kebanyakan. Contoh yang paling nyata mengenai ini adalah orang Jawa yang kebule-bule-an yang senang menghabiskan waktu mereka dengan belanja, menikmati makan siang/ malam dengan menu salad, yoghurt, mayonaise, coklat, mustard… menonton American Idol dengan makan Pop Corn dengan segelas bir… tetapi tidak suka dengan hal-hal baru ekstrim yang menantang atau membaca buku.