Sabtu, 27 Agustus 2011

Sad

Sometimes... I can be smart, but can be very stupid.

Sometimes... I can be very sensitive, but can be very dull and thick.

Sometimes... I can be very carefull, but sometimes I can be very careless.

Well that's me... I am not proud but I don't feel bad about myself.

Positive and Negative things are in me, sometimes I can handle them, but sometimes I can be overwhelmed by them. I think, that is natural. No one shall blame me.

But once I hurt my lover... then I feel guilty. I feel dejected by my own immorality. No reason for me not to blame myself. I deserve to be sad and lonely.

Rabu, 10 Agustus 2011

Feeling

This is my first English writing, as I consider that my English is very shallow.

This type of feeling is very strange and awkward.... I have never felt this before.

When it comes for the first time you touch woman face, you would feel the need to caress her cheek softly and pet her hair gently. Then again... another different feeling comes. You feel the need to protect her, to hold her tightly, to defend her from any possibility of dangerous thing.

When you touch their eyes... again, another funny feeling appears! You think that she is your own daughter. You do the best to make her happy at very exact time, though sometime you don't know how to do that. Then you just put your right hand on her head, and try to clear up her hair whilst your left hand try to make her palm warmer (because this is a very cold night)... and hope she is happy with what you have done.

When you touch her mouth... you feel like that you want her to kiss you, because you don't want to trespass her personal space. You would feel that you are the luckiest guy in the universe that she agree with your demand.

You don't make it, and you will never make it. Those things happen only with her approval, that happen only if she wants it.

Always respect women. Admire them like you admire your teacher, and love them like the way you love yourself.

Namaste.

Rabu, 13 April 2011

Kutjing Jang Tertjertja

Hui-Neng namanya, tapi saya kerap memanggilnya Eng, Paimo, Sarmo, dan Paijo. Sejauh ini saya tidak tahu menahu bahwa dia penyayang binatang, atau dia memiliki perhatian khusus terhadap binatang. Biasa-biasa saja kayaknya. Tetapi saya tahu pasti dia “tanggap” terhadap fenomena-fenomena yang terjadi dalam lingkup kehidupan sehari-hari dia. Otaknya selalu berpikir dan menilai kejadian-kejadian yang menarik perhatian dia. Keinginannya untuk “membaca buku kehidupan” luar biasa tinggi. Saat itu sekitaran tengah hari, saya bermain-main dengan dua anjing kampung peliharaan majikan saya. Saya tidak tahu kenapa majikan saya yang berwarga negara Amerika Serikat itu memilih untuk memelihara anjing kampung ketimbang jenis-jenis anjing besar yang mahal. Pada waktu itu saya memberi mereka biskuit murah,yang diberikan oleh seorang teman saya beberapa hari yang lalu karena saya rela mengantarkan puteranya yang sakit ke seorang dokter spesialis anak. Kemudian telepon genggam saya berbunyi “tit”. Telepon genggam qwerty ini saya dapatkan satu tahun yang lalu dengan harga yang relatif mahal untuk ukuran telepon “made in China” ber-merk E-touch. Saya mengisi ring tone aneh yang singkat di telepon saya yang sekarang sudah sangat jelek dan memerlukan kesabaran ekstra untuk memencet tombol “B” itu dan hanya berbunyi satu “tit” untuk sebuah sms. Oh ternyata sms itu datang dari Ari yang katanya dia sedang berada di daerah Gunung Panderman. Dia bilang bahwa waktu itu dia sedang bengong dan tidak ada kerjaan jadi matanya menerawang dan men”scan” daerah sekitar. Like a hawk prowling for prey, dia menemukan sebuah fenomena yang menurut dia menarik. Ada seorang wanita yang keliwat miskin tetapi masih mau memberi makan kucing dan pada saat yang sama ada seorang tante muda dengan mobil Nissan Pajero yang… jangankan memberi makan kucing, bahkan didekati kucing aja sudah tidak sudi dan berusaha mengusir dengan menendang. Kita dibiasakan untuk selalu bersaing di dalam masyarakat, kita selalu diiming-imingi ide atau bayangan mengenai hidup yang nyaman (wealthy) dengan standard khusus. Kita merasa hina dengan pola hidup tertentu, atau sebaliknya… berbangga diri dengan pola hidup tertentu yang lain. Ratusan juta atau bahkan miliaran rupiah dikerahkan untuk membeli barang mewah sekedar untuk memenuhi sandar “high prestige”. Mobil diganti secara berkala, barang elektronik TV, HP, AC, Komputer, Kulkas belum rusak sudah diganti. Alasannya tepat sekali kok, “mengikuti mode aja”. Great. Jutaan US Dollar, di transfer ke Itali, ke Jepang, German, Amerika, Korsel, Swedia, dan negara kaya lain. Sementara Indonesia yang sudah miskin papa karena pemerintahan korup dan rakyatnya yang malas, duitnya terus menerus bocor dan dibocori orang-orang berkantong tebal yang ingin mengejar “prestige”. Astagfirullah… “nah salah saya apa sih kalau memang saya mau beli BMW baru, Ford Baru, Hyundai Baru, Volvo baru, Ford baru, Audi baru, Bentley baru, Marcedes baru, Land Rover baru… lha wong itu uang jerih payah saya pribadi… kamu aja yang bawel” Ya sebenarnya dia ga salah apa-apa sih kalau dia nggak tahu bahwa kebanyakan rakyat Indonesia sedang melarat, pemerintah sedang menggombal “fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara”, TKI dipukuli, pajak di sadap dan lain carut-marut permasalahan. Ga apa-apa sih kalau dia ga tahu tentang itu semua. Nah tapi kalau dia sudah tahu itu semua, dan tetap menghambur-hamburkan rupiah ke luar negeri… lho kok “sawangannya”. Wong beli yang biasa-biasa saja masih bisa nyaman dan “gengsi”. “ Suka-suka gue sih mau sering-sering ganti hp, ac, water purifier, computer… lha mau beli yang produk Indonesia juga ga ada yang awet, orang Endonesya aja yang goblok, bikin bikin barang aja ga bagus. Dasar” Lantas mau apa, dengan permasalahan seperti itu dianya juga nggak membantu kok, nggak melakukan apa-apa, nggak ngasih jalan keluar. Cuma menghina aja kerjaannya, memanfaatkan keadaan dan memanjakan diri. Beritanya anaknya the founder of Tata Iron and Steel Company Limited (Produser baja terbesar di dunia), Mr. Ratan Tata, dia hidup dengan sederhana saja. Seseorang yang pernah bertemu dengan beliau mengatakan, dari caranya beliau berpakaian, kelihatan bahwa kemeja yang dipakai adalah kemeja biasa dan tidak baru. Dia tetap low profile dan efektif. Jika semua orang Indonesia seperti Mr. Ratan Tata, mungkin Indonesia akan sedikit lebih maju. Perkara duit pajak mau disalah gunakan oleh oknum-oknum, nah itu masalah lain… mungkin orang-orang kayak Gayus Tambunan perlu di……………….. doakan supaya mereka bisa sadar. ************ Nah pola hidup biasa sederhana perlu sekali dikembangkan. Tidak lupa untuk meningkatkan sikap peka terhadap penderitaan orang lain dan semua mahluk ciptaan Tuhan. Menahan diri untuk tidak terlalu memboroskan duit untuk mengejar prestis dapat membantu rakyat Indonesia dan Negara. Sukur-sukur kalau mau berbagi kemakmuran, atau mendirikan Grameen Bank seperti yang dilakukan Muhammad Yunus di Bangladesh… Katanya AA. Gym “jagalah hati, jangan kau nodai” Jagalah hati betul2, karena noda-noda di hati bisa “nempel” dan nggak ketahuan. Kalau sudah nempel, alamat susah hilangnya, bikin hati atos, keras, alot. Jadinya ya kayak ceritanya Hui-Neng tadi, kucing mendekati Pajero aja sudah diusir… gimana kalau saya ngompol di jok mobilnya, hahahaha….

Senin, 19 Juli 2010

Londho Wurung Jawa nanggung

Beberapa hari sebelum saya menulis ini saya bertemu dengan seorang yang luar biasa dari Kota Blitar. Dia memberikan sebuah peribahasa Jawa yang sangat cocok dengan keadaan orang Jawa “luntur” yang serba “mertanggung” yaitu “Londho wurung Jawa tanggung”. Peribahasa ini mengacu kepada orang Jawa yang berusaha keras meniru perilaku orang-orang Eropa. Mau menjadi Londho, Belanda, Bule, tidak jadi, tidak kuat, karena dia tidak punya sumberdaya yang cukup. Dari luar orang-orang seperti ini malah terlihat “angkuh” dan “lucu” sebab dia tidak memiliki kemampuan untuk mengadaptasi kebudayaan serta pola berpikir barat sepenuhnya. Namun di lain pihak dia juga tidak bisa menerima dengan pemikiran dan kebiasaan-kebiasaan ke-Jawa-annya.

Orang Jawa “luntur” seperti ini adalah orang-orang yang banyak bertemu dan bergaul dengan kalangan ekspatriat di kampung halamannya sendiri. Mereka adalah kalangan yang mengalami goncangan budaya yang sangat kuat, sehingga mempengaruhi penilaiannya secara pribadi terhadap norma-norma yang terjadi di dalam kehidupannya sendiri.

Terdapat keinginan yang sangat kuat pada diri mereka untuk menjadi bagian dari pribadi seorang Londho. Mereka berusaha keras untuk mengadaptasi segala aspek kebudayaan Londho tersebut. Mereka membersihkan badan dan lingkungan mereka dengan cara eropa, mendengarkan musik barat dan menjadi anti terhadap musik melayu klasik. Mungkin mereka tidak mau dibilang anti dengan lagu-lagu tradisi, tapi ketika anda melihat koleksi lagu mereka, maka anda hanya akan menemukan lagu-lagu Eropa atau Amerika. Jangankan berpartisipasi untuk melestarikan lagu-lagu tradisi, mendengarkan saja mereka jijik (tidak hanya mengantuk). Tidak percaya? Temukan satu orang Jawa “luntur”, putar satu tembang keroncong dihadapan mereka! Perhatikan pandangan mereka yg terbuang ke kiri bawah, alis tertarik kebawah kemudian keatas, dan satu sisi bibir tertarik ke arah telinga. Ini adalah pandangan “contempt” dalam istilah Micro Expression. Pandangan yang sama ketika seseorang melihat temannya memakai baju yang lusuh dan ketinggalan jaman.

Dari luaran orang Jawa “luntur” seperti ini kelihatan seperti Londho, tapi dalamnya tidak. Kebanyakan orang keturunan Eropa adalah orang-orang yang “to the point”, yang berbicara blak-blakan, berani berdebat , mengutarakan pendapat dan meminta kedudukan yang seimbang sesama pembicara. Saya punya seorang teman Jawa yang dekat dengan ekspatriat, ngomongnya blak-blakan, dan sangat berani mengutarakan pendapat. Tidak hanya berusaha blak-blakan atau berterus terang, dia juga berusaha menunjukan kepada orang lain bahwa dia telah sukses mengadaptasi kedisiplinan orang bule. Apakah benar dia telah sukses seperti yang dia tunjukan???

Pada suatu tempo saya mengadakan eksperimen untuk berbicara sebagai seseorang yang sejajar kepada seorang Jawa “luntur” sebagai seorang yang memiliki pendapat kuat. Apa yang saya dapat? Alis yang naik, mata yang hampir bundar, otot bibir menegang, dan otot janggut yang naik keatas! Ketersinggungan yang luar biasa, dan kemarahan! Suatu micro ekspresi yang tidak biasa saya temukan ketika saya berbicara berterus-terang pada orang-orang keturunan Eropa. Sering juga saya membuat kesepakatan untuk bertemu pada suatu waktu tertentu. Dan apa yang terjadi? Ketika saya datang tepat waktu, dia tidak. Seringkali saya harus menunggu 15 atau 20 menit.

Pemahaman saya adalah: ini hanyalah masalah gaya. Orang Jawa “luntur” hanya ingin gedhe-gedhean gengsi, ingin dipandang lebih ketika dia berhasil mengadaptasi budaya yang menurut dia sendiri lebih maju. Yang terjadi adalah: dia hanya merasa prestige-nya naik kalo dia bergaul dan berperilaku dengan ekspatriat.

Padahal :

· Bahasa Inggrisnya masih sangat medok, dan kedengaran lucu bagi kebanyakan ekspatriat.

· Dia hanya mengkoleksi buku di rak buku, belum tentu dia sudah membaca semua. Dia hanya ingin kelihatan berpengetahuan luas seperti kebanyakan bule.

· Dia hanya Ingin kelihatan “stoic” padahal dia dididik sebagai anak Jawa. Akhirnya sempoyongan.

· Dia tidak terlalu suka dengan makanan barat yang mahal, banyak bumbu, tapi belum tentu enak. Tapi karena gengsi, dia jadi “mekso-mekso”.

· Pengetahuannya payah banget. Tanya aja mereka apa itu Capoeira, Formosa Triangle, Nikita Kruschev, Billy The Kids, Tank Tiger, Barbie, XM-8, Tao Teh Ching.

Orang Jawa ya orang Jawa, wong akarnya juga Jawa. Buku apapun yang dia baca, dengan teman manapun dia bergaul, pemahaman apapun yang dia terima, agama apapun yang dia yakini… Jawa ya tetap Jawa. Kalo enggak!!!? Ya terseserah… cuma kelihatan lucu bin konyol aja kok.

Selasa, 13 Juli 2010

Datang berikutnya... "Londho wurung, Jowo nanggung"..

Tuhan itu satu, dua atau tiga?

Pada zaman penjajahan Inggris di India, seorang petani Lahore ingin mengunjungi cucunya yang bekerja di Calcuta. Dia naik kereta malam (bukan bis malam, karena waktu itu belum ada bis malam seperti bis malam Jakarta – Malang) dengan membawa sejumlah bekal. Perjalanan itu memakan waktu hamper dua hari. Pada suatu ketika, sekedar ingin mengusir bosan, dia membaca komik India bergambar yang menceritakan tentang Dewa-Dewa Hindu.

Duduk di sebelah petani itu seorang pendeta Nasrani dari Liverpool yang sedang mengadakan perjalanan menuju Calcuta untuk mengurus sebuah gereja disana. Dia sedari tadi melihat perilaku petani India itu. Melihat gerak-gerik petani itu, di dalam hati dia berkata “wah, ini ada domba yang tersesat, saya harus menolongnya!”. Tidak berapa lama setelah itu segera terjadilah pembicaraan hangat diantara kakek petani itu dengan pendeta Nasrani :

Pendeta: Ehem… (batuk kecil untuk menyapa) kakek sedang membaca apa?

Petani : (menghela napas panjang, tersenyum lugu) oh saya tidak bisa membaca, saya hanya melihat-lihat gambar Dewa-Dewa yang ada di komik ini. Saya sangat mengagumi Dewa-Dewa yang diceritakan dalam komik bergambar ini. Hanya itu saja pak…

Pendeta : Hehehe… (tersenyum penuh wibawa) Bapak ini kelihatannya orang baik dan lugu. Namun sayang sekali anda anda membaca buku yang salah.

Petani : Salah? Mengapa bisa salah? Bisakah bapak menunjukan apa-apanya yang salah?

Pendeta : oh dengan senang hati. Tetapi saya mau tanya dulu, ada berapa dewa yang ada pada komik yang bapak baca?

Petani : banyak pak, banyak. Lebih dari satu, memangnya mengapa pak?

Pendeta : okay, baiklah kalau begitu. Nah beginilah ceritanya.(bercerita…) Jaman dahulu kala orang Yunani juga menyembah banyak dewa. Seorang nelayan Yunani pergi memancing di laut bebas, sendirian. Tiba-tiba perahunya membentur sesuatu dan bocor. Menurut perhitungan nelayan itu, tidak cukup waktu baginya mendayung ke tepian dengan selamat. Akhirnya dia memanggil Poseidon, si Dewa laut.

Petani : Apakah Dewa itu datang? (dengan mata berbinar-binar)

Pendeta : Iya sih, hanya saja masih dalam perjalanan. Nelayan it uterus memanggil-manggil. Tetapi karena nelayan itu sangat mengkhawatirkan nyawanya, sementara Poseidon tidak segera datang, maka dia memanggil dewa yang lain, yaitu Zeus. Merasa tidak ada lagi yang memanggil dia lagi, maka Poseidon pun pulang. Sekarang gantian Dewa Zeus yang berlari-lari di atas ombak laut menghampiri nelayan malang itu.

Petani : (dengan mata berbinar-binar) apakah Dewa Zeus itu datang menghampiri?

Pendeta : Ya… ya… ehemm… (dengan mata yang selalu berkedip) tapi ketika Zeus masih separuh jalan, nelayan Yunani itu sudah tidak sabaran lagi, dan kali ini dia memanggil Hera. Dan Zeus pun, karena dia tidak mendengar ada yang memanggil dia lagi, maka Zeus pun pulang lagi.

Petani : Lalu apa yang terjadi…?

Pendeta : sangat disayangkan, nelayan itu sudah keburu mati tenggelam sebelum Dewi Hera datang.

Petani : (dengan mata berkaca-kaca) nelayan yang malang…!!!

Pendeta : oleh karena itu, demi keselamatan hidup kita yang berharga ini, marilah kita menyembah satu Dewa saja, yaitu Tuhan yang maha Esa.

Percakapan diantara petani Lahore dengan pendeta Liverpool itu menjadi semakin akrab. Kebetulan kakek petani itu bekerja di pekebunan milik orang Inggris, sehingga dia fasih berbicara dalam bahasa Inggris. Tanpa disadari keduanya, percakapan mereka itu telah diamati sedari tadi oleh seorang pendeta Hindu bertampang seram, berkumis dan berjenggot tebal, memakai jubah kuning membawa sebuah tongkat. Mendengar percakapan mereka berdua itu, telinga sang pendeta Hindu itu merah panas dan timbul keinginan untuk menyaingi cerita sang Pendeta Nasrani. Tidak berselang lama kemudian pendeta Hindu itu mendekati mereka berdua untuk menyapa.

Pendeta Hindu : Selamat sore bapak-bapak. Wah sedari saya mengamati, rupanya ada pembicaraan yang cukup menarik. Bolehkah saya bergabung?

Pendeta Nasrani : (dengan membasahi mulut dengan lidahnya… diam saja…)

Petani : oh silahkan pak pendeta, silahkan… mari bergabung. Saya membawa bekal berlebih, silahkan mencicipi roti gandum saya.

Pendeta Hindu : begini… saya mendengarkan Bapak Pendeta telah memberikan pencerahan kepada teman petani kita ini. Bapak Pendeta telah berbaik hati untuk memberikan pengajaran dengan menceritakan tentang Dewa-Dewa meskipun kita tahu persis bahwa dia tidak menyembah Dewa-Dewa. Nah sekarang bolehkah ini menjadi giliran saya untuk menceritakan tentang Tuhan, Tuhan yang satu?

Pendeta Nasrani : (memalingkan muka, diam saja…)

Petani : oh silahkan pak pendeta, silahkan… saya akan sangat senang mendengar cerita bapak.

Pendeta Hindu: Hehe… (tersenyum sinis sambil memandang pendeta Nasrani) baiklah kalau begitu. Nah pada zaman perang dunia II, Polandia diserang oleh tentara fasis Nazi Jerman. Angkatan perang Polandia telah luluh lantak. Tidak ada lagi yang melindungi masyarakat sipil. Tentara Nazi memperlakukan pendukuk penduduk Warsawa dengan semena-mena. Ulysees Ekman, adalah gadis Polandia, dia sedang diperkosa oleh salah satu tentara Nazi. Nah pada saat yang sama, di Dien Bien Fu (Viet Nam sekarang) Chiang Mien, seorang gadis lokal, juga sedang diperkosa, kali ini oleh tentara pendudukan Jepang.

Petani : Apakah mereka meminta pertolongan pada Dewa-Dewa?

Pendeta Hindu : Sayangnya tidak. Alih-alih mereka meminta tolong kepada Dewa-Dewa… mereka malah berteriak sekuat tenaga, memohon pertolongan Tuhan… Tuhan yang maha esa.

Pendeta Nasrani : (membuang muka, dengan telinga yang merah padam)

Petani : baiklah… lalu apa yang terjadi???

Pendeta Hindu : Ulysees Ekman yang pertama minta tolong kepada Tuhan, karena dia duluan yang diperkosa. Maka Tuhan berlari-lari pergi ke Warsawa-Polandia.

Petani : … dan Ulysess pun selamat, pasti!!!

Pendeta Hindu : Sayangnya tidak. Ketika Tuhan sedang berada di Calais-Prancis, dalam perjalanan menuju Warsawa, dia mendengar Chiang Mien di Dien Bien Fu menjerit meminta tolong kepada Tuhan.

Petani : lalu???????

Pendeta Hindu : Sebagai Tuhan yang baik yang tidak pernah menolak permintaan hambanya, dan sebagai Tuhan yang selalu mendengar dan mengetahui permintaan hambanya… maka Tuhan berbelok, dan bergegas berlari menuju Dien Bien Fu untuk menolong Chiang Mien.

Petani : dan Chiang Mien pun tertolong, pasti!!!

Pendeta Hindu : sayangnya tidak juga… ketika Tuhan sedang berada di Khatmandu Nepal, Dia mendengar Ulysees Ekman menjerit meminta tolong. Maka sebagai Tuhan yang mengetahui penderitaan hambanya, dia langsung bergegas menuju Warsawa. Tuhan hanya terus-terusan mondar-mandir karena bingung mau menyelamatkan hambanya yang mana.

Petani : Jadi????

Pendeta Hindu : Ya baik Ulysess Ekman dan Chiang Mien kedua-duanya sama-sama tidak tertolong.

Petani : (diam seribu bahasa karena sungkan dengan Pendeta Nasrani)

Pendeta Hindu : Nah pelajaran apakah yang dapat diambil dari cerita ini wahai bapak petani yang baik?

Petani : (diam seribu bahasa karena sungkan dengan Pendeta Nasrani)……!

Pendeta Hindu : (jengkel karena si petani tidak segera menjawab) pelajarannya adalah jangan pernah mempercayakan keselamatan hidup yang berharga kepada satu Tuhan saja...!

Pendeta Nasrani : (dengan telinga yang sudah semerah darah)… tetapi cerita anda tidak berdasar Wahai Bapak Pendeta Hindu!!! Cerita anda mengenai Ulysess Ekman dari Warsawa dan Chiang Mien dari Dien Bien Fu sungguh-sungguh karangan belaka. Coba mana ada surat kabar memberitakan peristiwa itu.

Pendeta Hindu : Apakah anda menuduh ini adalah cerita khayal?

Pendeta Nasrani : Ya kalau itu sungguhan pernah terjadi, bisakah anda menunjukan bukti kongkritnya? anda cuma bermulut besar!

Pendeta Hindu : Memangnya anda tidak!? Orang bodoh mana yang mau mempercayai anda dengan adanya dongeng Poseidon, Zeus dan Hera yang gagal menyelamatkan seorang nelayan di laut. Mana ada legenda macam itu? Bapak mana yang mau menceritakan dongeng konyol itu kepada anaknya? Dengarkan ini baik-baik! Dewa-Dewa tidak pernah sekonyol itu!

Pendeta Nasrani : kalau begitu demikian halnya dengan Tuhan! Tuhan tidak pernah selemah dan selinglung seperti dalam cerita bodoh anda itu? Ini adalah dunia ciptaanNya, sekali lagi…. (dengan wajah semakin berang) Semua ini adalah ciptaanNya!!!. Bukan perkara sulit bagiNya untuk membuat segala sesuatu terjadi, titik!!!

Pendeta Hindu : Segala sesuatu maksud anda? Benar-benar segala sesuatu…???

Pendeta Nasrani : (dengan nafas mereda dan dengan meninggikan janggut) tentu, karena Dialah yang maha kasih, maha esa… dan serba maha pokoknya… nggak ada yang nggak bisa.

Petani : Tersenyum lebar….

Pendeta Hindu : Nah kalo gitu ngapain dong dia pakai usir manusia dari sorga segala, ngapain dia susah-susah bikin dunia dalam waktu seminggu segala? Ngapain dia pakai iblis untuk godain manusia segala? Kalo dia maha bisa, kenapa dia ga bikin Manusia, Malaikat, iblis binatang dan semua mahluk yang bisa kita sebut… hidup di sorga saja dalam damai. Artinya tidak ada lagi baik dan jahat… semuanya dijadikan baik aja? Ngapain sih kok pakai repot-repot? Mungkinkah Tuhan anda itu kurang kerjaan… dan sedang bosan???

Pendeta Nasrani : (semakin berang dengan telinga yang merah dan kali ini warnanya berubah menjadi agak kehitam-hitaman) dasar orang India bau!! Itu masih lebih baik!!! Masih jauh lebih baik daripada konsep Dewa-Dewa macam cerita anda. Setidaknya kami tidak takut akan masa depan kami karena Tuhan kami tidak akan berperang dengan Tuhan yang lain, karena Tuhan itu satu!

Pendeta Hindu : Dasar orang Inggris penjajah! Penghisap!!! Apa kamu tadi bilang?!!!

Pendeta Nasrani : Kamu sendiri bilang apa?!!! Dasar orang India kafir!

Petani : tertawa terkekeh-kekeh (sampai menangis)

Pendeta Hindu : anda ini kenapa???

Pendeta Nasrani : Iya… anda ini kenapa???

Petani : (berusaha menahan tawa, dan berusaha menghapus air mata) ehemm… tenanglah bapak-bapak, tenanglah. Saya seumur hidup menghabiskan waktu untuk bertani. Tidak pernah sekalipun saya punya kesempatan untuk belajar agama di Vihara, Masjid, Gereja, Sinagoga, atau Kuil Hindu. Saya menjadi awam dan bodoh. Pengetahuan agama saya dangkal, dan saya tidak punya gambaran khusus bagaimana konsep ketuhanan yang sebenarnya.

Pendeta Nasrani : Untuk itulah saya datang menolong…

Pendeta Hindu : Jangan dengarkan dia wahai Bapak Petani, tetaplah pada komik itu.

Petani : haha… sabarkan hati anda sebentar bapak-bapak, saya belum selesai bicara. Memang saya bodoh dan awam, tetapi saya tidak sinting seperti bapak-bapak berdua. Saya tidak pernah berbicara ngawur dengan menipu orang awam yang lain dengan menceritakan kepada mereka suatu cerita murahan tentang sesuatu yang tidak pernah ada. Meskipun saya bodoh, namun saya cukup sadar untuk bisa mengetahui bahwa bapak-bapak hanyalah orang-orang brengsek yang berusaha mengagungkan ego pribadi, dengan kedok keselamatan atau kesucian agama. Anda berpikir bahwa anda membela kebenaran Tuhan, padahal anda hanya membela ego anda masing-masing.

Kali ini, tidak hanya telinga pendeta Nasrani saja yang merah tetapi telinga pendeta Hindu juga merah.

Petani : apakah bapak-bapak berpikir bahwa Tuhan perlu dibela segala? Apakah Tuhan membutuhkan bantuan anda? Anda pikir anda ini siapa!!!?

Pendeta Nasrani : tetapi kita perlu memuliakan nama Tuhan di muka bumi!

Petani : baik.. baik… tidak masalah. Hanya saja apakah anda berpikir bahwa jika semua orang didunia ini berpaling dari Tuhan, maka itu akan berdampak serius kepada pribadi Tuhan? Apakah namaNya yang sudah mulia sedari dulu itu terkontaminasi oleh ketidak sucian perbuatan manusia? Apakah jika kita berhenti mengagungkan nama Tuhan maka namaNya akan tidak akan teragungkan lagi? Betul seperti itu?

Petani : tambahan lagi… bisakah kita berpaling dari Tuhan? Mau berpaling ke mana? Bukankah kita itu berada didalamNya? Jika kita memang bisa berpaling, bukankah itu memang kehendaknya? Apakah kita punya kehendak bebas untuk berpaling kepadanya? Jikalah kehendak bebas itu benar-benar ada, apakah kehendak bebas itu bisa benar-benar terjadi tanpa seijin Tuhan? Adakah Tuhan punya kuasa untuk menghentikan kehendak bebas itu jika Dia mengetahui bahwa kita akan terjerumus dalam dosa akibat ulah kita sendiri? Jika dia punya kuasa, lantas kenapa dia tidak menghentikan saja kehendak bebas kita sehubungan bahwa dengan kehendak bebas itu kita malah terjerumus menuju neraka? Kenapa dia tidak bertindak saja seperti seorang ayah yang tiba-tiba menarik anaknya, ketika ayah itu tahu bahwa anak itu akan terlindas kereta. Ayah itu punya kuasa atas anaknya, dan dia menggunakan kekuasaan itu terhadap anaknya karena terdorong oleh kasih sayang yang tulus. Tidakkah Tuhan bisa melakukan hal yang sama? Tidakkah Tuhan merasa kasihan pada kita?

Petani : Apabila Tuhan mengasihi kita, apakah Tuhan akan melindungi kita dari segala sesuatu yang buruk? Bagaimana dengan Neraka? Apakah semua orang yang ada di dalam neraka adalah orang yang tidak Dia kasihi? Mengapa dia memilih-milih orang yang dia kasihi dan orang yang tidak dia kasihi… sehingga orang yang tidak dia kasihi harus menderita di Neraka selama-lamanya? Bagi saya neraka hanya mengesankan bahwa itu adalah kegagalan Tuhan untuk melindungi umat manusia secara keseluruhan. Tuhan hanya menyelamatkan orang-orang yang Dia kehendaki, sementara yang tidak dia kehendaki akan menderita di neraka. Atau bagi saya neraka adalah penghinaan oleh manusia terhadap Tuhan, bahwa Dia adalah sosok yang pilih kasih. Jadi bukan Tuhan yang salah, tapi manusianya saja yang suka memelintir cerita.

Pendeta Hindu : hehe… betul… pak petani! tunjukan kepada Pendeta Nasrani sinting ini tentang kelemahan Tuhan Yang Maha Esa.

Petani : iya, iya…. Dan anda juga sama brengseknya dengan dia! Belum tentu anda mengerti dengan apa yang saya bicarakan. Belum tentu pula saya berpihak kepada anda. Dan anda seharusnya malu karena belum apa-apa, ego anda sudah melambung tinggi. Belum tentu apa yang anda sebut dengan konsep reinkarnasi itu benar-benar sungguhan adanya? Anda itu tidak pernah tahu bahwa dulu anda itu pernah hidup di dunia sebagai orang lain atau tidak? Jika memang reinkarnasi itu ada, kenapa anda tidak bisa mengingatnya? Kenapa hanya kehidupan yang saat ini saja yang begitu nyata terasa, sementara kehidupan yang lain tidak? Bisakah anda menjawab pertanyaan macam itu?

Pendeta Hindu dan Nasrani : (serentak) anda ini agamanya apa sih…!!!

Petani : memangnya kenapa? Kenapa bapak-bapak sewot? Kenapa wajah bapak-bapak kelihatan jengkel… seakan-akan saya telah melakukan melakukan yang sangat buruk?

Pendeta Hindu : ya memang benar seperti itu, anda telah menistakan agama!

Petani : lho apa yang saya nistakan, sedari tadi itu kan saya cuma bertanya. Lha anda sendiri… tidak satupun dari pertanyaan saya dapat anda jawab, betul kan? Alih-alih menjawab, bapak hanya semakin sewot… seakan-akan saya telah membongkar rahasia kebohongan bapak-bapak…

Pendeta Nasrani : anda ini semakin kurang ajar saja ya!

Petani : bapak-bapak sudahlah… berhentilah membela diri anda sendiri. Anda berdua sudah bertahun-tahun mempelajari agama, tetapi apa yang anda dapat selain kesombongan? Apa yang anda dapat selain ego yang kian melambung tinggi. Buktinya, anda-anda ini tidak lain hanya menunjukan kemarahan, alih-alih menunjukan kasih. Perilaku bapak-bapak ini tidak ada ubahnya dengan para politikus partai yang berebut masa untuk memenangkan pemilu. Apakah untuk itu agama diciptakan? Untuk digunakan sebagai sarana bagi orang-orang seperti anda untuk meniti karir? Bukankan agama itu diturunkan untuk menjadi rahmat bagi semua orang. Bukankah agama itu diturunkan untuk membantu manusia agar mereka dapat menemukan jati dirinya sendiri? Bukankah agama itu diturunkan untuk membuat umat manusia menjadi lebih lembut???

Petani : tetapi cobalah anda melihat… agama telah disalahpahami sehingga menjadi institusi-institusi radikal yang menempatkan para pengikutnya pada posisi yang saling berhada-hadapan dengan pemeluk agama yang lain. Hati mereka menjadi semakin lebih kaku, menjadi semakin keras, menjadi semakin tidak sensitif, menjadi semakin tidak berperikemanusiaan, menjadi semakin tidak peduli. Mereka pikir bahwa mereka sedang menyembah Tuhan, padahal kenyataannya mereka hanya menyembah agama dan ego mereka sendiri.

Pendeta Nasrani dan Hindu : apakah kamu ingin agama dihapus saja!!!!?? Kurang ajar!!!

Petani : di situlah letak kesalahan dari kebanyakan orang-orang seperti anda. Sedikit-sedikit dibredel! sedikit-sedikit dibubarkan! Kalian menganggap perbedaan adalah suatu kelainan fatal, kesesatan, kebuntuan dan kekafiran. Kenapa sih kalian tidak bisa melihat kebenaran dari sesuatu yang berbeda dan menganggapnya sebagai suatu keindahan yang beragam dari ciptaan Tuhan.

Pendeta Nasrani : karena saya dan pemeluk agama Nasrani yang lain diajarkan untuk merasa cukup dengan apa yang telah diajarkan pada kitab suci kami!! (bersungut-sungut)

Petani : belum tentu anda ini baik, belum tentu ucapan anda ini benar adanya. Belum tentu ucapan anda ini mewakili umat Nasrani secara keseluruhan, belum tentu semua umat Nasrani setuju dengan ucapan anda. Jika anda merasa seperti itu, maka bisa saja itu hanya imajinasi anda saja. Kalau anda merasa cukup dengan apa yang telah diajarkan oleh kitab suci anda, lantas kenapa anda memakai kereta api ini? Apakah kereta api juga tertera dalam kitab suci? Kenapa tidak pergi kemana-mana naik kuda atau unta saja? Saya pikir hanya orang sinting saja yang mengaplikasikan suatu kebenaran “hakiki” dan kemudian mencampakkan kebenaran yang terbungkus pada hal-hal lain seperti halnya budaya atau filosofi. Orang-orang seperti ini menginginkan semua kebudayaan diseluruh dunia musnah punah dan kemudian digantikan dengan kebudayaan “kebenaran hakiki” yang paling benar menurut dirinya sendiri.

Pendeta Hindu : kamu ini ngomong apa? Kamu pasti tidak tahu dengan apa yang kamu bicarakan…!

Pendeta Nasrani : sepakat pak pendeta Hindu… sepakat. Sepertinya orang ini sudah dirasuki iblis!

Pendeta Hindu : Iya betul pak pendeta Nasrani… betul. Saya pikir dia sudah dikuasai kekuatan gelap! Mari kita tinggalkan saja orang ini sebelum dia meracuni pikiran kita!

Pendeta Nasrani : mari-mari pak pendeta Hindu… mari. Kita menyelamatkan diri kita saja. Dasar petani hamba iblis…!!!

Pak Petani : (sambil mengambil komik dari sakunya lagi, dia bergumam…) syukurlah, senang melihat kalian bisa menjadi rukun… Rupanya agama telah membuat kalian terpecah belah dan sekarang Iblis yang menyatukan kalian, dan membuat kalian rukun, ironi????
Hmmmffff…… (menghela napas panjang)

Jumat, 19 Februari 2010

Orang Jawa Asing

Tiba-tiba muncul dalam pikiran saya istilah “middle person”, yaitu menunjuk kepada orang-orang Jawa unik yang memiliki kebiasaan tersendiri. Kepada orang-orang yang saya maksud ini, mereka dapat dengan mudah dikenali karena seringkali tidak bergaul dengan teman-teman atau tetangganya. Gaya hidup meliputi gaya bicara, kebiasaan, perkakas yang dipakai dan seringkali topik pembicaraan sama sekali berbeda dengan orang-orang Jawa kebanyakan. Mereka kebanyakan adalah orang yang berbangga diri dengan gaya hidupnya, namun belum tentu bahagia. Malahan seringkali menderita dan diliputi dengan perasaan serba kurang yang mendalam. (akan dijelaskan di bagian akhir)

Mereka ini adalah orang-orang Jawa yang mulai meninggalkan gaya hidup dan kebiasaannya dan mulai mengadaptasi kebiasaan dan gaya hidup orang lain. Berikut adalah cara saya mengkelaskan mereka:

1. Orang Jawa yang ke-Arab-Araban.
2. Orang Jawa yang ke-Cina-Cinaan
3. Orang Jawa yang ke-Barat-Baratan/ Ke-Bule-Bulean.

Ketiga jenis orang Jawa itu boleh berbeda namun ada beberapa kesamaan yang dapat langsung dikenali yaitu Kaku dan kekurangan semangat untuk bergaul dengan orang-orang Jawa lain yang masih sangat kental dengan kebiasaan umum di Jawa. Tidak hanya pada orang Jawa saja fenomena ini dapat dilihat, namun kita akan menjumpai orang Cina-Indonesia, orang Arab-Indonesia atau Bule yang kelihatan sangat Jawa. Namun ini tidak akan dibahas di sini.


1. Orang Jawa yang ke-Arab-Araban.
a. Biasanya terbentuk di pengajian.
b. Biasanya beragama Islam fundamentalis.
c. Kaku, tidak banyak bercanda.
d. Dalam pembicaraannya banyak sekali menyerang budaya Jawa asli, praktek
shamanisme dan anti keris.
e. Memiliki ciri khas tersendiri (seperti orang Arab) dalam mengucapkan kata-kata
tertentu.Antara lain Amin, Insya Allah, Aman, Inti dll.
f. Belum tentu dia adalah seorang agamawan yang baik namun cara bicara yang
meledak-ledak,terutama jika itu menyangkut masalah agama, akan sangat
kelihatan.

g. Tidak suka dengan atribut-atribut agama lain yang berlainan dengan atribut
agama dia.
h. Tidak lagi menggunakan peci hitam, sarung, terompah tetapi menggunakan sorban dan
baju putih-putih seperti orang Arab.


2. Orang Jawa yang ke-Cina-Cinaan.
a. Biasanya terbentuk di perusahaan-perusahaan Tionghoa.
b. Cuek
c. Belum tentu dia seorang usahawan yang baik, namun kikirnya luar biasa bukan main.
d. menggunakan istilah angka-angka Hokian dalam kehidupannya sehari-hari.
e. Eksklusif dalam kehidupan sehari-hari.
f. Bagi kebanyakan orang Jawa akan dianggap kurang ajar karena berbicara dan tertawa
dengan keras.
g. Dalam bekerja, biasanya sangat memihak orang-orang Cina.
h. Sama seperti saudara-saudara Cinanya yang menggunakan kata-kata campur lucu
seperti ntik, keja, mbek, ae, bok, pigi, pas, sing, mbo’o dll.
i. Agresif.


3. Orang Jawa yang ke-Barat-Baratan/ Ke-Bule-Bulean.
a. Biasanya terbentuk di English Club, Tourism Spot dan karena usaha missionaris.
b. Setidaknya bisa mengutarakan maksud dalam bahasa Inggris.
c. Pesakitan karena mengikuti kebiasaan bule yang banyak menggunakan antibiotik, dan
disinfektan.
d. Hidup kelewat bersih, tidak hanya bersih, tapi higinis dengan menggunakan
berbagai jenis produk pembunuh kuman.
e. Beralih ke lagu barat dengan membenci dangdut.
f. Sama persis dengan saudara bulenya yang boros listrik, gas, makanan, dan
sumberdaya lainnya.
g. Kawin tua.
h. Kelewatan mematuhi peraturan lalu lintas sekalipun dia tahu bahwa peraturan
lalu-lintas tidak sepenuhnya dapat dipatuhi, atau akan membunuh banyak orang.
i. Bangga menunjukan diri bahwa dia sibuk (meskipun tidak selalu).
j. Bagi orang Jawa akan dianggap memiliki selera humor yang payah.


Mereka adalah orang-orang yang seringkali merasa kekurangan atau bahkan merasa iri dengan orang-orang dari kalangan Jawa atau dari kalangan asing yang kebiasaannya ingin mereka adaptasi. Dia sering merasa kesepian karena tidak bergaul dengan teman Jawanya, sementara tidak setiap saat dia bergaul dengan temannya dari kalangan asing. Juga dia merasa iri dengan orang Jawa yang mendapatkan akses terhadap pencapaian karena mereka bergaul dengan sesama, seperti berpacaran dengan mudah. Mereka juga sering iri dengan kerabat asing mereka, orang bule misalnya, yang dapat ke sana dan kemari dengan mudah.

Sebetulnya mereka ini adalah orang-orang luar biasa yang dapat mengenali gejala-gejala buruk dari kebiasaan dan gaya hidup nenek moyang mereka dan memiliki ketetapan hati untuk merubahnya. Dia sadar, kebiasaan lama itu tidak dapat mengakomodir kemauan hatinya sehingga dia menoleh dan coba-coba metode asing. Mereka mulai menggali pengetahuan bagaimana orang asing berpikir sehingga menghasilkan gaya hidup yang luar biasa dalam perasaan yang bersangkutan.

Mungkin mereka dapat memahami bagaimana kerabat asing itu berpikir, namun seringkali mereka gagal memahami bagaimana perasaan kerabat asing mereka. Sebagai contoh bagaimana perasaan teman Cina mereka ketika mereka membelanjakan barang yang berkualitas tapi tidak berguna dalam kehidupan mereka? Bagaimana perasaan seorang bule yang senang luar biasa ketika mendapati dirinya terjebak dalam suatu rutinitas sibuk yang membuat dia terburu-buru.

Usaha yang setengah-setengah dalam memahami atau mengaplikasikan budaya asing membuat orang yang bersangkutan menderita. Dia hanya ingin bergaya seperti orang Arab, Cina atau Bule tetapi hatinya dan mind settingnya kebanyakan seperti orang Jawa kebanyakan. Contoh yang paling nyata mengenai ini adalah orang Jawa yang kebule-bule-an yang senang menghabiskan waktu mereka dengan belanja, menikmati makan siang/ malam dengan menu salad, yoghurt, mayonaise, coklat, mustard… menonton American Idol dengan makan Pop Corn dengan segelas bir… tetapi tidak suka dengan hal-hal baru ekstrim yang menantang atau membaca buku.