Pada zaman penjajahan Inggris di India, seorang petani Lahore ingin mengunjungi cucunya yang bekerja di Calcuta. Dia naik kereta malam (bukan bis malam, karena waktu itu belum ada bis malam seperti bis malam Jakarta – Malang) dengan membawa sejumlah bekal. Perjalanan itu memakan waktu hamper dua hari. Pada suatu ketika, sekedar ingin mengusir bosan, dia membaca komik India bergambar yang menceritakan tentang Dewa-Dewa Hindu.Duduk di sebelah petani itu seorang pendeta Nasrani dari Liverpool yang sedang mengadakan perjalanan menuju Calcuta untuk mengurus sebuah gereja disana. Dia sedari tadi melihat perilaku petani India itu. Melihat gerak-gerik petani itu, di dalam hati dia berkata “wah, ini ada domba yang tersesat, saya harus menolongnya!”. Tidak berapa lama setelah itu segera terjadilah pembicaraan hangat diantara kakek petani itu dengan pendeta Nasrani :Pendeta: Ehem… (batuk kecil untuk menyapa) kakek sedang membaca apa?
Petani : (menghela napas panjang, tersenyum lugu) oh saya tidak bisa membaca, saya hanya melihat-lihat gambar Dewa-Dewa yang ada di komik ini. Saya sangat mengagumi Dewa-Dewa yang diceritakan dalam komik bergambar ini. Hanya itu saja pak…
Pendeta : Hehehe… (tersenyum penuh wibawa) Bapak ini kelihatannya orang baik dan lugu. Namun sayang sekali anda anda membaca buku yang salah.
Petani : Salah? Mengapa bisa salah? Bisakah bapak menunjukan apa-apanya yang salah?
Pendeta : oh dengan senang hati. Tetapi saya mau tanya dulu, ada berapa dewa yang ada pada komik yang bapak baca?
Petani : banyak pak, banyak. Lebih dari satu, memangnya mengapa pak?
Pendeta : okay, baiklah kalau begitu. Nah beginilah ceritanya.(bercerita…) Jaman dahulu kala orang Yunani juga menyembah banyak dewa. Seorang nelayan Yunani pergi memancing di laut bebas, sendirian. Tiba-tiba perahunya membentur sesuatu dan bocor. Menurut perhitungan nelayan itu, tidak cukup waktu baginya mendayung ke tepian dengan selamat. Akhirnya dia memanggil Poseidon, si Dewa laut.
Petani : Apakah Dewa itu datang? (dengan mata berbinar-binar)
Pendeta : Iya sih, hanya saja masih dalam perjalanan. Nelayan it uterus memanggil-manggil. Tetapi karena nelayan itu sangat mengkhawatirkan nyawanya, sementara Poseidon tidak segera datang, maka dia memanggil dewa yang lain, yaitu Zeus. Merasa tidak ada lagi yang memanggil dia lagi, maka Poseidon pun pulang. Sekarang gantian Dewa Zeus yang berlari-lari di atas ombak laut menghampiri nelayan malang itu.
Petani : (dengan mata berbinar-binar) apakah Dewa Zeus itu datang menghampiri?
Pendeta : Ya… ya… ehemm… (dengan mata yang selalu berkedip) tapi ketika Zeus masih separuh jalan, nelayan Yunani itu sudah tidak sabaran lagi, dan kali ini dia memanggil Hera. Dan Zeus pun, karena dia tidak mendengar ada yang memanggil dia lagi, maka Zeus pun pulang lagi.
Petani : Lalu apa yang terjadi…?
Pendeta : sangat disayangkan, nelayan itu sudah keburu mati tenggelam sebelum Dewi Hera datang.
Petani : (dengan mata berkaca-kaca) nelayan yang malang…!!!
Pendeta : oleh karena itu, demi keselamatan hidup kita yang berharga ini, marilah kita menyembah satu Dewa saja, yaitu Tuhan yang maha Esa.
Percakapan diantara petani Lahore dengan pendeta Liverpool itu menjadi semakin akrab. Kebetulan kakek petani itu bekerja di pekebunan milik orang Inggris, sehingga dia fasih berbicara dalam bahasa Inggris. Tanpa disadari keduanya, percakapan mereka itu telah diamati sedari tadi oleh seorang pendeta Hindu bertampang seram, berkumis dan berjenggot tebal, memakai jubah kuning membawa sebuah tongkat. Mendengar percakapan mereka berdua itu, telinga sang pendeta Hindu itu merah panas dan timbul keinginan untuk menyaingi cerita sang Pendeta Nasrani. Tidak berselang lama kemudian pendeta Hindu itu mendekati mereka berdua untuk menyapa.Pendeta Hindu : Selamat sore bapak-bapak. Wah sedari saya mengamati, rupanya ada pembicaraan yang cukup menarik. Bolehkah saya bergabung?
Pendeta Nasrani : (dengan membasahi mulut dengan lidahnya… diam saja…)
Petani : oh silahkan pak pendeta, silahkan… mari bergabung. Saya membawa bekal berlebih, silahkan mencicipi roti gandum saya.
Pendeta Hindu : begini… saya mendengarkan Bapak Pendeta telah memberikan pencerahan kepada teman petani kita ini. Bapak Pendeta telah berbaik hati untuk memberikan pengajaran dengan menceritakan tentang Dewa-Dewa meskipun kita tahu persis bahwa dia tidak menyembah Dewa-Dewa. Nah sekarang bolehkah ini menjadi giliran saya untuk menceritakan tentang Tuhan, Tuhan yang satu?
Pendeta Nasrani : (memalingkan muka, diam saja…)
Petani : oh silahkan pak pendeta, silahkan… saya akan sangat senang mendengar cerita bapak.
Pendeta Hindu: Hehe… (tersenyum sinis sambil memandang pendeta Nasrani) baiklah kalau begitu. Nah pada zaman perang dunia II, Polandia diserang oleh tentara fasis Nazi Jerman. Angkatan perang Polandia telah luluh lantak. Tidak ada lagi yang melindungi masyarakat sipil. Tentara Nazi memperlakukan pendukuk penduduk Warsawa dengan semena-mena. Ulysees Ekman, adalah gadis Polandia, dia sedang diperkosa oleh salah satu tentara Nazi. Nah pada saat yang sama, di Dien Bien Fu (Viet Nam sekarang) Chiang Mien, seorang gadis lokal, juga sedang diperkosa, kali ini oleh tentara pendudukan Jepang.
Petani : Apakah mereka meminta pertolongan pada Dewa-Dewa?
Pendeta Hindu : Sayangnya tidak. Alih-alih mereka meminta tolong kepada Dewa-Dewa… mereka malah berteriak sekuat tenaga, memohon pertolongan Tuhan… Tuhan yang maha esa.
Pendeta Nasrani : (membuang muka, dengan telinga yang merah padam)
Petani : baiklah… lalu apa yang terjadi???
Pendeta Hindu : Ulysees Ekman yang pertama minta tolong kepada Tuhan, karena dia duluan yang diperkosa. Maka Tuhan berlari-lari pergi ke Warsawa-Polandia.
Petani : … dan Ulysess pun selamat, pasti!!!
Pendeta Hindu : Sayangnya tidak. Ketika Tuhan sedang berada di Calais-Prancis, dalam perjalanan menuju Warsawa, dia mendengar Chiang Mien di Dien Bien Fu menjerit meminta tolong kepada Tuhan.
Petani : lalu???????
Pendeta Hindu : Sebagai Tuhan yang baik yang tidak pernah menolak permintaan hambanya, dan sebagai Tuhan yang selalu mendengar dan mengetahui permintaan hambanya… maka Tuhan berbelok, dan bergegas berlari menuju Dien Bien Fu untuk menolong Chiang Mien.
Petani : dan Chiang Mien pun tertolong, pasti!!!
Pendeta Hindu : sayangnya tidak juga… ketika Tuhan sedang berada di Khatmandu Nepal, Dia mendengar Ulysees Ekman menjerit meminta tolong. Maka sebagai Tuhan yang mengetahui penderitaan hambanya, dia langsung bergegas menuju Warsawa. Tuhan hanya terus-terusan mondar-mandir karena bingung mau menyelamatkan hambanya yang mana.
Petani : Jadi????
Pendeta Hindu : Ya baik Ulysess Ekman dan Chiang Mien kedua-duanya sama-sama tidak tertolong.
Petani : (diam seribu bahasa karena sungkan dengan Pendeta Nasrani)
Pendeta Hindu : Nah pelajaran apakah yang dapat diambil dari cerita ini wahai bapak petani yang baik?
Petani : (diam seribu bahasa karena sungkan dengan Pendeta Nasrani)……!
Pendeta Hindu : (jengkel karena si petani tidak segera menjawab) pelajarannya adalah jangan pernah mempercayakan keselamatan hidup yang berharga kepada satu Tuhan saja...!
Pendeta Nasrani : (dengan telinga yang sudah semerah darah)… tetapi cerita anda tidak berdasar Wahai Bapak Pendeta Hindu!!! Cerita anda mengenai Ulysess Ekman dari Warsawa dan Chiang Mien dari Dien Bien Fu sungguh-sungguh karangan belaka. Coba mana ada surat kabar memberitakan peristiwa itu.
Pendeta Hindu : Apakah anda menuduh ini adalah cerita khayal?
Pendeta Nasrani : Ya kalau itu sungguhan pernah terjadi, bisakah anda menunjukan bukti kongkritnya? anda cuma bermulut besar!
Pendeta Hindu : Memangnya anda tidak!? Orang bodoh mana yang mau mempercayai anda dengan adanya dongeng Poseidon, Zeus dan Hera yang gagal menyelamatkan seorang nelayan di laut. Mana ada legenda macam itu? Bapak mana yang mau menceritakan dongeng konyol itu kepada anaknya? Dengarkan ini baik-baik! Dewa-Dewa tidak pernah sekonyol itu!
Pendeta Nasrani : kalau begitu demikian halnya dengan Tuhan! Tuhan tidak pernah selemah dan selinglung seperti dalam cerita bodoh anda itu? Ini adalah dunia ciptaanNya, sekali lagi…. (dengan wajah semakin berang) Semua ini adalah ciptaanNya!!!. Bukan perkara sulit bagiNya untuk membuat segala sesuatu terjadi, titik!!!
Pendeta Hindu : Segala sesuatu maksud anda? Benar-benar segala sesuatu…???
Pendeta Nasrani : (dengan nafas mereda dan dengan meninggikan janggut) tentu, karena Dialah yang maha kasih, maha esa… dan serba maha pokoknya… nggak ada yang nggak bisa.
Petani : Tersenyum lebar….
Pendeta Hindu : Nah kalo gitu ngapain dong dia pakai usir manusia dari sorga segala, ngapain dia susah-susah bikin dunia dalam waktu seminggu segala? Ngapain dia pakai iblis untuk godain manusia segala? Kalo dia maha bisa, kenapa dia ga bikin Manusia, Malaikat, iblis binatang dan semua mahluk yang bisa kita sebut… hidup di sorga saja dalam damai. Artinya tidak ada lagi baik dan jahat… semuanya dijadikan baik aja? Ngapain sih kok pakai repot-repot? Mungkinkah Tuhan anda itu kurang kerjaan… dan sedang bosan???
Pendeta Nasrani : (semakin berang dengan telinga yang merah dan kali ini warnanya berubah menjadi agak kehitam-hitaman) dasar orang India bau!! Itu masih lebih baik!!! Masih jauh lebih baik daripada konsep Dewa-Dewa macam cerita anda. Setidaknya kami tidak takut akan masa depan kami karena Tuhan kami tidak akan berperang dengan Tuhan yang lain, karena Tuhan itu satu!
Pendeta Hindu : Dasar orang Inggris penjajah! Penghisap!!! Apa kamu tadi bilang?!!!
Pendeta Nasrani : Kamu sendiri bilang apa?!!! Dasar orang India kafir!
Petani : tertawa terkekeh-kekeh (sampai menangis)
Pendeta Hindu : anda ini kenapa???
Pendeta Nasrani : Iya… anda ini kenapa???
Petani : (berusaha menahan tawa, dan berusaha menghapus air mata) ehemm… tenanglah bapak-bapak, tenanglah. Saya seumur hidup menghabiskan waktu untuk bertani. Tidak pernah sekalipun saya punya kesempatan untuk belajar agama di Vihara, Masjid, Gereja, Sinagoga, atau Kuil Hindu. Saya menjadi awam dan bodoh. Pengetahuan agama saya dangkal, dan saya tidak punya gambaran khusus bagaimana konsep ketuhanan yang sebenarnya.
Pendeta Nasrani : Untuk itulah saya datang menolong…
Pendeta Hindu : Jangan dengarkan dia wahai Bapak Petani, tetaplah pada komik itu.
Petani : haha… sabarkan hati anda sebentar bapak-bapak, saya belum selesai bicara. Memang saya bodoh dan awam, tetapi saya tidak sinting seperti bapak-bapak berdua. Saya tidak pernah berbicara ngawur dengan menipu orang awam yang lain dengan menceritakan kepada mereka suatu cerita murahan tentang sesuatu yang tidak pernah ada. Meskipun saya bodoh, namun saya cukup sadar untuk bisa mengetahui bahwa bapak-bapak hanyalah orang-orang brengsek yang berusaha mengagungkan ego pribadi, dengan kedok keselamatan atau kesucian agama. Anda berpikir bahwa anda membela kebenaran Tuhan, padahal anda hanya membela ego anda masing-masing.
Kali ini, tidak hanya telinga pendeta Nasrani saja yang merah tetapi telinga pendeta Hindu juga merah.Petani : apakah bapak-bapak berpikir bahwa Tuhan perlu dibela segala? Apakah Tuhan membutuhkan bantuan anda? Anda pikir anda ini siapa!!!?
Pendeta Nasrani : tetapi kita perlu memuliakan nama Tuhan di muka bumi!
Petani : baik.. baik… tidak masalah. Hanya saja apakah anda berpikir bahwa jika semua orang didunia ini berpaling dari Tuhan, maka itu akan berdampak serius kepada pribadi Tuhan? Apakah namaNya yang sudah mulia sedari dulu itu terkontaminasi oleh ketidak sucian perbuatan manusia? Apakah jika kita berhenti mengagungkan nama Tuhan maka namaNya akan tidak akan teragungkan lagi? Betul seperti itu?
Petani : tambahan lagi… bisakah kita berpaling dari Tuhan? Mau berpaling ke mana? Bukankah kita itu berada didalamNya? Jika kita memang bisa berpaling, bukankah itu memang kehendaknya? Apakah kita punya kehendak bebas untuk berpaling kepadanya? Jikalah kehendak bebas itu benar-benar ada, apakah kehendak bebas itu bisa benar-benar terjadi tanpa seijin Tuhan? Adakah Tuhan punya kuasa untuk menghentikan kehendak bebas itu jika Dia mengetahui bahwa kita akan terjerumus dalam dosa akibat ulah kita sendiri? Jika dia punya kuasa, lantas kenapa dia tidak menghentikan saja kehendak bebas kita sehubungan bahwa dengan kehendak bebas itu kita malah terjerumus menuju neraka? Kenapa dia tidak bertindak saja seperti seorang ayah yang tiba-tiba menarik anaknya, ketika ayah itu tahu bahwa anak itu akan terlindas kereta. Ayah itu punya kuasa atas anaknya, dan dia menggunakan kekuasaan itu terhadap anaknya karena terdorong oleh kasih sayang yang tulus. Tidakkah Tuhan bisa melakukan hal yang sama? Tidakkah Tuhan merasa kasihan pada kita?
Petani : Apabila Tuhan mengasihi kita, apakah Tuhan akan melindungi kita dari segala sesuatu yang buruk? Bagaimana dengan Neraka? Apakah semua orang yang ada di dalam neraka adalah orang yang tidak Dia kasihi? Mengapa dia memilih-milih orang yang dia kasihi dan orang yang tidak dia kasihi… sehingga orang yang tidak dia kasihi harus menderita di Neraka selama-lamanya? Bagi saya neraka hanya mengesankan bahwa itu adalah kegagalan Tuhan untuk melindungi umat manusia secara keseluruhan. Tuhan hanya menyelamatkan orang-orang yang Dia kehendaki, sementara yang tidak dia kehendaki akan menderita di neraka. Atau bagi saya neraka adalah penghinaan oleh manusia terhadap Tuhan, bahwa Dia adalah sosok yang pilih kasih. Jadi bukan Tuhan yang salah, tapi manusianya saja yang suka memelintir cerita.
Pendeta Hindu : hehe… betul… pak petani! tunjukan kepada Pendeta Nasrani sinting ini tentang kelemahan Tuhan Yang Maha Esa.
Petani : iya, iya…. Dan anda juga sama brengseknya dengan dia! Belum tentu anda mengerti dengan apa yang saya bicarakan. Belum tentu pula saya berpihak kepada anda. Dan anda seharusnya malu karena belum apa-apa, ego anda sudah melambung tinggi. Belum tentu apa yang anda sebut dengan konsep reinkarnasi itu benar-benar sungguhan adanya? Anda itu tidak pernah tahu bahwa dulu anda itu pernah hidup di dunia sebagai orang lain atau tidak? Jika memang reinkarnasi itu ada, kenapa anda tidak bisa mengingatnya? Kenapa hanya kehidupan yang saat ini saja yang begitu nyata terasa, sementara kehidupan yang lain tidak? Bisakah anda menjawab pertanyaan macam itu?
Pendeta Hindu dan Nasrani : (serentak) anda ini agamanya apa sih…!!!
Petani : memangnya kenapa? Kenapa bapak-bapak sewot? Kenapa wajah bapak-bapak kelihatan jengkel… seakan-akan saya telah melakukan melakukan yang sangat buruk?
Pendeta Hindu : ya memang benar seperti itu, anda telah menistakan agama!
Petani : lho apa yang saya nistakan, sedari tadi itu kan saya cuma bertanya. Lha anda sendiri… tidak satupun dari pertanyaan saya dapat anda jawab, betul kan? Alih-alih menjawab, bapak hanya semakin sewot… seakan-akan saya telah membongkar rahasia kebohongan bapak-bapak…
Pendeta Nasrani : anda ini semakin kurang ajar saja ya!
Petani : bapak-bapak sudahlah… berhentilah membela diri anda sendiri. Anda berdua sudah bertahun-tahun mempelajari agama, tetapi apa yang anda dapat selain kesombongan? Apa yang anda dapat selain ego yang kian melambung tinggi. Buktinya, anda-anda ini tidak lain hanya menunjukan kemarahan, alih-alih menunjukan kasih. Perilaku bapak-bapak ini tidak ada ubahnya dengan para politikus partai yang berebut masa untuk memenangkan pemilu. Apakah untuk itu agama diciptakan? Untuk digunakan sebagai sarana bagi orang-orang seperti anda untuk meniti karir? Bukankan agama itu diturunkan untuk menjadi rahmat bagi semua orang. Bukankah agama itu diturunkan untuk membantu manusia agar mereka dapat menemukan jati dirinya sendiri? Bukankah agama itu diturunkan untuk membuat umat manusia menjadi lebih lembut???
Petani : tetapi cobalah anda melihat… agama telah disalahpahami sehingga menjadi institusi-institusi radikal yang menempatkan para pengikutnya pada posisi yang saling berhada-hadapan dengan pemeluk agama yang lain. Hati mereka menjadi semakin lebih kaku, menjadi semakin keras, menjadi semakin tidak sensitif, menjadi semakin tidak berperikemanusiaan, menjadi semakin tidak peduli. Mereka pikir bahwa mereka sedang menyembah Tuhan, padahal kenyataannya mereka hanya menyembah agama dan ego mereka sendiri.
Pendeta Nasrani dan Hindu : apakah kamu ingin agama dihapus saja!!!!?? Kurang ajar!!!
Petani : di situlah letak kesalahan dari kebanyakan orang-orang seperti anda. Sedikit-sedikit dibredel! sedikit-sedikit dibubarkan! Kalian menganggap perbedaan adalah suatu kelainan fatal, kesesatan, kebuntuan dan kekafiran. Kenapa sih kalian tidak bisa melihat kebenaran dari sesuatu yang berbeda dan menganggapnya sebagai suatu keindahan yang beragam dari ciptaan Tuhan.
Pendeta Nasrani : karena saya dan pemeluk agama Nasrani yang lain diajarkan untuk merasa cukup dengan apa yang telah diajarkan pada kitab suci kami!! (bersungut-sungut)
Petani : belum tentu anda ini baik, belum tentu ucapan anda ini benar adanya. Belum tentu ucapan anda ini mewakili umat Nasrani secara keseluruhan, belum tentu semua umat Nasrani setuju dengan ucapan anda. Jika anda merasa seperti itu, maka bisa saja itu hanya imajinasi anda saja. Kalau anda merasa cukup dengan apa yang telah diajarkan oleh kitab suci anda, lantas kenapa anda memakai kereta api ini? Apakah kereta api juga tertera dalam kitab suci? Kenapa tidak pergi kemana-mana naik kuda atau unta saja? Saya pikir hanya orang sinting saja yang mengaplikasikan suatu kebenaran “hakiki” dan kemudian mencampakkan kebenaran yang terbungkus pada hal-hal lain seperti halnya budaya atau filosofi. Orang-orang seperti ini menginginkan semua kebudayaan diseluruh dunia musnah punah dan kemudian digantikan dengan kebudayaan “kebenaran hakiki” yang paling benar menurut dirinya sendiri.
Pendeta Hindu : kamu ini ngomong apa? Kamu pasti tidak tahu dengan apa yang kamu bicarakan…!
Pendeta Nasrani : sepakat pak pendeta Hindu… sepakat. Sepertinya orang ini sudah dirasuki iblis!
Pendeta Hindu : Iya betul pak pendeta Nasrani… betul. Saya pikir dia sudah dikuasai kekuatan gelap! Mari kita tinggalkan saja orang ini sebelum dia meracuni pikiran kita!
Pendeta Nasrani : mari-mari pak pendeta Hindu… mari. Kita menyelamatkan diri kita saja. Dasar petani hamba iblis…!!!
Pak Petani : (sambil mengambil komik dari sakunya lagi, dia bergumam…) syukurlah, senang melihat kalian bisa menjadi rukun… Rupanya agama telah membuat kalian terpecah belah dan sekarang Iblis yang menyatukan kalian, dan membuat kalian rukun, ironi????
Hmmmffff…… (menghela napas panjang)