Senin, 22 Juni 2009

Dasar Fasis

Beberapa waktu yang lalu saya menyaksikan sebuah film dokumenter dari BBC yang berjudul Auschwitz. Film ini menceritakan tentang kekejaman SS, polisi khusus dari Nazi di sebuah kamp konsentrasi di sebuah kota yang bernama Auschwitz. Ini adalah sebuah “pabrik kematian” tempat jutaan orang Yahudi, Rusia, Gypsi dan Slav dibantai dan di kremasi. Orang-orang Nazi itu sangat membenci perbedaan, dan dengan arogansi mereka mengatakan bahwa mereka dan ras arya mereka adalah yang terbaik.

Kebencian yang luar biasa…

Saya bersekolah di sebuah sekolah dasar Islam. Pada waktu itu usia saya masih di bawah sepuluh tahun, dan saya masih ingat betul bahwa beberapa guru pengajar mengajarkan suatu kebencian yang hampir serupa dengan kebencian Nazi. Mereka memberikan pemahaman tertentu agar kita membenci orang nasrani dan orang-orang Cina Indonesia. Harus saya akui, kebanyakan anak dan kebanyakan orang di sekolah dasar itu, termasuk saya… sangat membanggakan diri sebagai orang muslim, dan percaya sepenuhnya bahwa orang yang berbeda dari kami adalah orang-orang rendahan. Pemahaman seperti itu tetap menjadi pemahaman saya hingga saya tumbuh dewasa… membenci orang yang tidak “sama” dengan saya.

Juga kebencian yang luar biasa…

Saya bertumbuh di sebuah kampung yang dulunya hanya berpenduduk orang-orang Jawa, dan kebanyakan dari mereka beragama Islam dan menjunjung tinggi etika ke-Jawa-an mereka. Saya mengakui bahwa kebanyakan dari tetangga-tetangga saya itu membenci orang-orang Cina Indonesia kebanyakan. Mereka bilang bahwa orang-orang Cina itu adalah pedagang licik yang kerjaannya hanya menghisap orang-orang pribumi. Saya melihat kebanyakan dari orang-orang Jawa ini tidak mau berteman dengan orang-orang Cina. Yang saya maksud berteman dalam arti yang sesungguhnya, saling memberi dan saling ada jika sedang dibutuhkan.

Termasuk kebencian yang luar biasa juga…

Saya punya beberapa teman Cina Indonesia yang tidak mau dipanggil Cina, mereka hanya mau dipanggil Tenglang, atau orang Tionghoa. Dulunya saya pikir itu karena semangat berbaur dan nasionalisme Indonesianya sehingga mereka ingin dibedakan dengan orang-orang RRC… tapi… sebagian dari mereka tidak begitu juga. Sebagian dari mereka menganggap orang-orang pribumi ini adalah sekumpulan manusia pemalas, jorok dan amburadul. Saya melihat beberapa dari mereka tidak hanya mau berteman diantara mereka sendiri, tidak mau berteman dengan orang pribumi. Berteman dalam arti yang sesungguhnya, saling memberi dan saling ada ketika sedang dibutuhkan.

Ini juga harus dianggap sebagai kebencian yang luar biasa…

Dan ini juga terjadi pada orang-orang Arab, orang-orang yang biasa disebut Indo atau Bule, dan orang-orang manapun dari komunitas tertentu yang memiliki cirikhas tertentu pula.

Baik yang Nazi, yang Pribumi, yang Jawa, yang Cina atau Tionghoa dan yang lain… yaitu mereka yang saling membenci… mereka hanyalah orang-orang yang sedang “panas”, sehingga kemanusiaan mereka terbutakan oleh kebencian dan sinisme yang mereka warisi dari pendahulu mereka. Kebanyakan dari mereka bukanlah orang-orang yang kejam, mereka hanya termakan prejudice dan idealisme konyol yang membuat mereka kelihatan kejam dan eksklusif.

Seperti kata Tenzin Gyatso “para pemancing itu bukanlah seorang yang kejam, sebaliknya mereka hanya mengerti tahu bahwa ikan yang mereka kail itu juga memiliki perasaan”. Demikian juga dengan saudara-saudara pribumi dan non pribumi yang saling membenci satu sama lain. Itu karena mereka saling tidak mengerti pola berpikir, idealisme serta sesuatu yang dijunjung tinggi oleh masing-masing pihak… yang membuat mereka masing-masing “kelihatan begitu”. Mereka hanya tahu bahwa yang terbenar bagi mereka adalah sesuatu yang sejalan dengan pikiran mereka atau gaya hidup mereka masing-masing, lain itu keliru.

Oleh karena itu, berusahalah mengerti orang lain, dengarkan argumentasi mereka, temukan pelajaran dari apapun yang mereka katakan, bergaulah dan saling bertamu. Berusahalah untuk berteman dengan siapapun… Cina, Dayak, Bali, Arab, Jawa, Madura, Bule dan lain-lain… agar kita syarat dengan pengetahuan dan kebijaksanaan sehingga kita layak menjadi bagian dari mereka yang disebut dengan manusia yang berpengetahuan.

Harapannya adalah kasih sayang, perdamaian, dan persaudaraan… love peace and brotherhood.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar