Minggu, 16 Agustus 2009

Hai orang Indonesia, kita ini bodoh... ayo belajar...

Beberapa tahun yang lalu seorang teman mengatakan kepada saya “jika engkau bertemu dengan orang asing, jangan pernah kau ceritakan tentang keburukan yang ada pada kita orang Indonesia”. Ya beberapa tahun yang lalu saya setuju dengan teman itu, namun saya mulai merasa bahwa tidak ada gunanya jika keburukan itu ditutup-tutupi… tidak akan membawa perubahan dan tidak akan membawa kita kemana-mana. Nah daripada ditutup-tutupi, mendingan saya tuliskan saja semuanya di sini, agar semua orang Indonesia tahu tentang sesuatu yang tidak baik yang ada pada mereka dalam pandangan saudara sebangsa mereka sendiri. Bahkan saya akan senang jika ada orang asing yang membaca ini, walaupun saya akan sangat merasa malu, tapi itu lebih melegakan daripada saya harus menyimpan kebodohan itu semua di dalam kepala saya.

Berikut adalah daftar kebodohan orang-orang Indonesia, utamanya orang-orang Jawa dalam pandangan pribadi saya. (kebodohan itu juga terjadi pada diri saya, yang setiap hari saya berusaha bergelut mengalahkannya).

Berkendara sangat pelan dan egois : dahulu kala akan banyak yang menyalahkan saya apabila saya memberikan statement bahwa orang Indonesia senang sekali membuang waktu mereka dengan berkendara pelan di jalan. Mereka akan dengan senang hati akan mengatakan “bukan mereka yang terlalu pelan… tapi kamu yang ngawur dan ugal-ugalan”. Namun sekarang saya memiliki banyak teman yang memiliki sudut pandang yang sama dengan saya, malah seorang teman Amerika menambahkan bahwa orang-orang Indonesia, kebanyakan dari mereka berkendara dengan sangat egois. Kata seorang teman Amerika itu orang Indonesia dapat berkendara dengan sangat pelan, membuat jalan menjadi sangat macet tanpa merasa bersalah. Seorang teman berkebangsaan India yang lain berkata bahwa kebanyakan orang Indonesia tidak banyak memiliki energi untuk melakukan banyak hal, sehingga mereka beraktifitas dengan sangat lamban.
Seperti api yang akan membesar jika tertiup angin, orang kami juga dapat berperilaku demikian. Ironi sekali bahwa jika mereka “tertiup angin” maka mereka akan memutar atau menekan gas penuh dan mengendarai kendaraan seperti orang gila kesetanan dengan membahayakan nyawa orang lain.

Kotor : kebanyakan dari orang-orang Indonesia kurang menjaga kebersihan, baik itu kebersihan badan, kebersihan rumah, juga kebersihan lingkungan. Jarang sekali ditemui tempat sampah lebih dari satu di rumah-rumah orang Indonesia. Kami memiliki tempat mandi, dapur, kamar dan ruangan-ruangan lain yang kotor yang jarang sekali kami bersihkan.

Malas : orang-orang Indonesia Pribhumi (Irlander, penjajah Belanda menamakan kami seperti itu) memiliki kebiasaan melakukan segala sesuatu dengan sangat pelan dan tidak efisien. Daripada memikirkan masalah pribadi kami masing-masing dan bertindak membuat perubahan, kami justru lebih senang nongkrong di pinggir jalan atau berkumpul di rumah seseorang untuk sekadar merumpi/ membicarakan sesuatu untuk sekedar “membicarakannya”, jarang sekali kami bertindak setelah pembicaraan itu berakhir.

Memiliki mood yang ekstrim : ini adalah ironi yang kami miliki, utamanya menjangkiti pemuda kami. Ketika pemuda kami mendapatkan motivasi tertentu untuk berbuat sesuatu tertentu… maka seolah-olah mereka itu meledak dengan semangat baru itu, menabrak-nabrak aturan dan norma-norma sudah ada. Namun jika tidak terus di motivasi, maka tidak sampai hitungan minggu semangat itu akan hilang sama sekali, entah kemana larinya tenaga menggebu-gebu itu. Akan tetapi penyakit ini tidak melulu menjangkiti kaum muda, beberapa orang yang sudah berumur yang saya kenal (termasuk orang tua saya sendiri), mereka memiliki kecenderungan memiliki mood yang sama parah dengan pemuda kami. Suatu ketika ada seorang pemuda yang pulang dari pengajian dengan membawa idealisme baru yang menggebu-gebu, cara dia bertindak dan berkata-kata terkesan sama sekali jauh berbeda dengan dia yang dulu sebelum mendatangi pengajian itu… betul-betul ekstrim. Namun setelah tiga hari kesan itu mulai meluntur dan pada akhirnya pada hari kelima perilaku serta tindakannya kembali sama sekali seperti dia sebelum datang ke pengajian itu. Idealisme yang aneh dan rapuh.

Sangat buruk dalam memperlakukan perkakas : kebanyakan kami tidak terlalu memperdulikan perkakas untuk mempermudahkan hidup kami. Mungkin nenek moyang kami sudah seperti itu, coba tengok ke pinggiran kota (tidak perlu masuk sampai ke pedalaman, karena penilaian tidak menjadi objektif karena di pedalaman perdagangan belum maju). Di pinggiran kota di mana kebanyakan penduduknya merupakan pengungsi dari pedalaman (yang masih lugu dan berpikir dengan pikiran yang tidak jauh berbeda dengan nenek moyang kami), anda bisa lihat rumahnya begitu amburadul, dan terkesan aneh. Peralatan entertainment mahal dan kebutuhan tersier seperti HD-DVD player, Home theater surround system, Play Station, ponsel semi PDA, MP3 portable dan lain-lain akan ditemukan dengan sangat mudah di beberapa rumah yang agak menengah. Namun mereka tidak memiliki tempat sampah lebih, alat kebersihan yang memadai, vacuum cleaner, pancuran air mandi, microwave, peralatan dapur yang memadai, dan alat kebutuhan lain sehari-hari yang penting. Ini menunjukan bahwa kami masih memperlakukan diri kami dengan cara yang masih primitif, sementara peralatan entertainment mahal tadi menunjukan betapa kami sangat haus dengan hiburan… karena kami sering gagal merencanakan jadwal kesibukan untuk mengisi hari-hari kami yang tidak sibuk dan remeh temeh.

Menempatkan ego pada posisi yang tidak wajar 1 : kebanyakan dari senior kami akan bertindak sedingin-dinginnya kepada junior mereka. Dengan demikian junior akan merasa takut dan selalu merasakan misteri terpendam terhadap senior mereka… dan senior itu mendapat penghormatan dari junior mereka. Menurut saya ini memang realitas yang aneh, paradigma yang aneh, daripada bertindak dingin seperti itu seharusnya sang senior bisa belajar banyak hal terus menerus kemudian memberikan pengalamannya itu kepada juniornya tersebut. Saya pikir hal itu akan lebih mendatangkan sikap hormat dari junior kepada seniornya tersebut. Bersikap dingin seperti itu juga membuat bangsa kami semakin bodoh dari hari kehari, karena minimnya transfer pengetahuan dari senior ke junior.

Menempatkan ego pada posisi yang tidak wajar 2 : ciri khas kami, salah satu yang dapat dipakai untuk menandai bahwa kami adalah orang Indonesia asli, adalah kami saling unjuk wibawa (jaim: jaga Image) diantara kami sendiri dengan bersikap tertentu. Orang kami yang berasal dari kalangan militer, polisi atau pegawai pemerintah yang lain bersikap sok dengan berjalan atau duduk dalam posisi tertentu yang justru membuat mereka terkesan angkuh. Beberapa dari kami yang berasal dari masyarakat biasa menjaga wibawa mereka sesuai dengan tempat dan kesukuan darimana mereka dibesarkan, bentuknya bisa sangat berlainan, namun sama-sama angkuh dan… tidak peduli.
Beberapa saat yang lalu saya berniat menabung di sebuah bank pemerintah. Dalam sebuah antrian, saya berdiri di belakang dua orang kecil mungil berseragam militer. Antrian itu sudah maju dan terdapat ruang kosong diantara pengantri depan dengan dua orang tentara itu, namun mereka sibuk mengobrol dan ketawa ketiwi. Dengan lembut saya mencoba mengatakan kepada mereka untuk maju sedikit karena beberapa orang juga butuh mengantri. Dua orang tidak maju tanpa memandang saya dengan sangat pedas. Sempat terlintas dikepala saya untuk membanting dua orang tentara mungil itu ke lantai.
Dahulu saya pernah mengalami kelaparan yang begitu hebat ketika saya sedang berkendara. Saya minggir untuk kemudian berniat membeli masakan vegetarian di sebuah warung. Di dalam warung itu ada seseorang yang usianya lebih tua daripada saya yang sedang duduk di bangku sementara kakinya selonjor menghalangi jalan saya. Dia tahu persis bahwa sedang berjalan untuk mendapatkan duduk di bangku sebelahnya (orang ini duduk di ujung bangku sehingga saya harus melewatinya), namun orang tersebut tidak tergerak untuk menarik kakinya yang menghalangi jalan saya. Karena saya sudah begitu jengkel, maka saya langkahi saja kakinya tanpa mengatakan permisi. Sebenarnya dia minta dihormati, dia ingin saya memohon permisi, nyatanya saya tidak melakukannya, dan nyatanya lagi dia tidak berani menegur saya karena badan saya lebih besar daripada dia.
Orang-orang kami menjaga kehormatan dengan cara yang aneh.

Sikap membebek yang keterlaluan : orang-orang kami adalah manusia oportunis yang senantiasa kecanduan dengan hegemoni yang berlaku. Umum di dengar bahwa dalam suatu kampung tertentu jika seseorang berhasil dalam suatu pekerjaan, maka tetangganya akan membebek melakukan pekerjaan yang sama dan bersaing tanpa mengenal malu. Saya memiliki usaha Play Station yang biasanya menjadi pionir di beberapa tempat, dan selalu ramai. Beberapa saat kemudian selalu ada saja diantara tetangga yang ikut-ikutan menjalankan usaha yang sama, mengekor dan menempel dan senantiasa bersiap berkonflik.
Gengsi dalam sekala yang “aneh” : jika anda pergi ke suatu kampung, baik di kota maupun di desa anda akan melihat fenomena gengsi gedhe-gedhean. Anda akan menyaksikan orang-orang berlomba menghias depan rumah mereka supaya terkesan mentereng kalau dilihat dari jalan, namun jika anda berkesempatan masuk jauh lebih dalam… maka rumah itu akan semakin kebelakang akan semakin melompong. Itu adalah kekuatan unjuk gengsi yang luar biasa gila. Hal itu juga dapat di temui dalam bentuk unjuk motor, ponsel atau unjuk pakaian.

Menjunjung tinggi kehormatan diri yang aneh : kebanyakan dari orang kami akan sangat malu dan kalap jika mereka di fitnah melakukan sesuatu yang tidak mereka lakukan. Jika sudah seperti ini mereka dapat melakukan apa saja (saya menganjurkan agar orang seperti ini jangan di dekati). Namun ironinya, sebagian besar dari mereka tidak akan malu melanggar antrian orang, atau mengambil hak orang lain.
Saya memiliki seorang teman yang memiliki harga diri yang aneh sekali. Jika menyangkut agama yang dia yakini (dia adalah seorang pemeluk agama yang payah) dia akan menunjukan raut muka konyol jika agama yang dia peluk ditempatkan pada pembicaraan yang tidak sepatutnya sesuai dengan sudut pandang kebenaran yang dia miliki. Namun dia tidak merasa malu jika dia mendapatkan bayaran dari usahanya menggandakan video cabul.

Kurang memiliki rasa bersalah : setiap orang tahu bahwa Indonesia adalah suatu negara dengan angka korupsi yang “fenomenal”. Seorang teman dari Australia mengatakan bahwa memang Indonesia masuk dalam daftar yang dicurigai bagi para pendonor dana dari negara asing yang ingin memberikan dananya untuk kemajuan rakyat Indonesia. Saya tidak berpikir bahwa budaya korupsi adalah produk pemerintahan orde baru yang dipimpin oleh presiden Soeharto, saya cenderung berpikir bahwa memang korupsi adalah budaya asli masyarakat Indonesia, korupsi memang sudah menjadi perwatakan orang Indonesia.
Ketika dulu masih di taman kanak-kanak, dalam sebuah acara tertentu yang diadakan oleh sekolah TK tersebut, kami bersukaria mendatangi acara tersebut dengan didampingi oleh ibu-ibu kami. Seorang guru membawa satu tas plastik yang berisi kue tradisional, beliau mengatakan bahwa setiap anak hanya boleh mengambil satu, tidak lebih. Namun ada orang tua yang membisikan pada anaknya untuk mengambil kue lebih dari satu dengan alasan ada beberapa anak tetangganya yang tidak datang pada acara tersebut karena sakit, nah kue yang seharusnya menjadi hak anak yang sakit itu boleh dimiliki.
Beberapa tahun yang lalu saya membantu sebuah Vihara membagi-bagikan kebutuhan pokok kepada para petani dan penduduk sekitar yang membutuhkan. Dalam kegiatan itu panitia telah memberikan kupon kepada orang-orang yang membutuhkan, namun pada saat acara pembagian berlangsung, saya menjadi saksi bahwa beberapa kupon telah digandakan oleh banyak orang sehingga membingungkan kami para panitia, kami tidak dapat membedakan mana kupon yang asli dan mana kupon yang palsu. Selain itu ada beberapa orang yang kelihatan dari baju dan kacamata yang dia pakai menunjukan bahwa dia adalah seorang yang mampu… tapi sedikitpun dia tidak merasa bersalah ketika tangannya mengulurkan kupon kepada panitia.
Bukankah ini sikap-sikap yang membenihkan korupsi?

Membuang-buang waktu : orang-orang di kampung saya gemar sekali membuang-buang waktu mereka dangan hal-hal yang remeh temeh seperti mengobrol hal tidak penting sepanjang waktu. Tergantung dengan tebalnya kantong yang mereka miliki… ada yang mengobrol di pinggir jalan, di rumah, di warung, di restoran, di club house atau di tempat golf… intinya ngobrol ngalor and ngidul.

Tidak tepat waktu dan tidak tepat janji : saya dengar bahwa orang asing seringkali jengkel dengan kebiasaan jam karet orang-orang Indonesia. Sebagian memang sungguh payah orang-orang kami ini, tidak jarang dalam sebuah kesepakatan mereka molor hingga satu hari lamanya atau malahan tidak datang tanpa pemberitahuan.

Pendidik yang buruk : banyak sekali orang tua yang terlalu banyak omong dengan memberikan aturan kepada anak-anak mereka tentang apasaja yang boleh mereka lakukan dan yang tidak boleh mereka lakukan. Ironisnya lagi kebanyakan dari orang tua itu malah menjadi pelanggar berat dari aturan yang mereka buat sendiri.
Contoh paling parah yang sering terjadi di Indonesia adalah perintah orang tua kepada anak untuk tidak merokok, sementara bibir orang tua itu sedang menggapit sebatang rokok yang berasap ketika mereka sedang memberikan perintah tersebut.

Boros : mungkin karena kebiasaan gengsi gedhe-gedhean yang kami miliki itulah, maka setiap orang berusaha untuk mencoba untuk tampil sebaik mungkin dengan memakai baju yang mahal-mahal. Saya masih ingat ketika saya dulu bekerja sebagai buruh industri, beberapa orang teman saya yang sama-sama digaji rendah… mereka dapat membeli sepasang sepatu boot cowboy seharga satu bulan gajinya. Dia membeli itu sebagai persiapan kencan dengan pacarnya malam minggu.

Tidak mengenal pembelajaran : hal inilah yang paling memprihatinkan dengan kami. Kami hampir tidak mengenal pembelajaran karena kami lebih tertarik menjalani hidup dengan cara yang “lumrah” menurut pola berpikir kami sendiri. Kami tidak mampu atau mungkin tidak mau mengenali disiplin orang lain yang mungkin dapat kami tiru untuk memajukan perikehidupan kami. Bahkan mahasiswa kami yang kelihatan panas dan agresif menuntut “kebenaran dan pengetahuan” sewaktu mereka berkuliah… semangat mereka menjadi lekang seiring dengan urusan mereka dengan bangku kuliah selesai. Kebanyakan dari mereka cenderung berpikir dengan pemahaman yang lebih sederhana yaitu bekerja mencari uang sebanyak-banyaknya kemudian membangun keluarga. Idealisme mereka tertinggal di belakang.
Kebanyakan dari kami lebih memilih kehidupan dengan menjalani apa yang ada. Jadi daripada menaruh suatu cita-cita tertentu dan menekuninya, kami lebih suka mengambil peluang pekerjaan yang tidak rumit dan tidak memerlukan memeras otak serta tidak mengandung resiko yang tinggi. Kami lebih senang menganggur berjalan kesana kemari untuk melihat-lihat. Itulah mengapa kita dapat menemui orang-orang berjalan tidak tentu arah hanya sekedar ”berjalan-jalan”. Beberapa teman barat membicarakan hal ini dengan nada yang miring.
Pemuda kami juga demikian… dari pada meluangkan waktu mereka untuk membaca buku atau menonton film dokumenter atau bertemu dengan orang yang berpotensi menambah pengetahuan mereka… mereka malah lebih senang gentayangan pergi kesana kemari menghabiskan uang bersama pasangan mereka masing-masing. Atau duduk diam menghabiskan waktu berjam-jam menonton televisi, membaca komik, menonton opera sabun atau menonton film vulgar.

Pejuang yang payah : “jangan terlalu banyak mempekerjakan orang Jawa, mereka ini pemalas yang rapuh, tidak mampu bekerja keras dan mudah memberontak” kata seorang pemilik perusahaan di tanah transmigrasi kepada managernya. Memang dalam banyak hal kami berharap bahwa kami dapat bekerja dengan sesedikit mungkin tenaga. Ada sebuah pepatah bahwa orang kami akan berhenti bekerja sebelum keringat menetes namun kami baru akan berhenti makan setelah keringat menetes.

Payah...payah dan payah....

Semoga semua mahluk berbahagia

Apakah kita sebagai manusia boleh mengeksploitasi binatang untuk kepentingan kita? Seseorang berkata “ya tentu bolehlah, kan di agama sudah ditekankan bahwa kita adalah mahluk paling mulia, jadi ya tentu kita boleh mengeksploitasi mereka, membunuh mereka demi keberlangsungan hidup kita”

Apabila dihubungkan dengan pertanyaan-pertanyaan seperti itu, maka kebanyakan dari kita akan menjawab jawaban yang berhubungan dengan agama untuk membenarkan kecanduan kita terhadap daging dengan mengatakan bahwa kita adalah mahluk tuhan yang paling mulia. Kasih sayang, kepekaan dan hati nurani kesemuanya diabaikan… seakan-akan mereka mengatakan bahwa bahwa kalau sudah ada peraturan ya kita tinggal ikuti sajalah, kasih sayang dan hati nurani… itu ga penting lah.

Karena terlalu mementingkan logika dan ingin yang simpel-simpel itulah, seringkali seseorang kehilangan kepekaannya untuk merasakan penderiataan orang lain, mahluk lain. Mereka bukanlah orang jahat, hanya saja mereka tidak mau tahu dengan penderitaan yang dirasakan oleh orang lain atau mahluk Tuhan yang lain.

Kembangkanlah sifat welas asih/ belas kasih terhadap sesama semampunya… tingkatkan terus menerus secara berkelanjutan. Buat orang lain bahagia, buat mereka bahagia karena itu akan membahagiakan diri kita sendiri. Semoga itu dapat melatih kita menjadi manusia yang lebih peka lagi sehingga kita dapat menghormati semua mahluk Tuhan.

Manusia mesin

Manusia cenderung mengikuti apa yang menjadi kebiasaan yang mereka warisi dari orang-orang sebelum mereka daripada berpikir untuk melakukan segala sesuatu yang harus mereka lakukan secara proporsional. Orang-orang Amerika cenderung memboroskan perkakas jauh lebih banyak daripada yang mereka butuhkan, sementara beberapa orang Indonesia (dikampung saya) sangat keterlaluan iritnya dalam menggunakan perkakas… sehingga tampak sekali rumahnya melompong.

Orang-orang India sangat khas dalam mengangguk-anggukan kepalanya. Jika orang Indonesia menganggukan kepalanya kedepan sebagai tanda persetujuan, maka orang India cenderung ditambah agak sedikit miring kesamping.

Beberapa orang yang saya kenal sangat keterlaluan dalam menjaga kebersihan dengan mengkonsumsi sedemikian banyak jenis produk pembersih badan maupun lingkungan… sampai-sampai saya khawatir dengan kesehatannya karena kemungkinan efek samping negatif dari produk pembersih yang mereka pakai. Sabun, deterjen, cologne, pelembab, lotion, parfum, obat anti parasit, obat anti larva, insektisida dll. Mereka menghabiskan waktu berjam-jam untuk sekadar membersihkan badan dan lingkungan, setiap hari. Di lain pihak ada beberapa orang yang saya kenal yang saking joroknya, saya menjaga jarak ketika dia sedang berbicara.

Orang-orang di Malang (tidak tahu di tempat lain) memiliki kebiasaan konyol yang cenderung mendekati bunuh diri. Ketika mengendarai kendaraan untuk keluar dari gang, memasuki jalan yang lebih besar, mereka cenderung nyelonong begitu saja, tanpa menoleh ke kanan atau ke kiri. Pernah suatu ketika saya melihat orang terlindas karena bertindak sembrono seperti itu.

Saya punya seorang teman yang semua anggota keluarganya membuang sampah apapun ke kali di depan rumahnya.

Saya kenal dengan banyak orang yang memiliki ciri khas konyol bagi saya yaitu : penggemar Dangdut yang tidak bisa menikmati Pop, penggemar Campur Sari yang tidak bisa menikmati Classic, penggemar Jazz yang tidak bisa menikmati Dig-dug Disco, penggemar Arabic Music yang tidak bisa menikmati Banyuwangian dll.

Fighter-fighter Indonesia kebanyakan… tetap memelihara tradisi seni beladiri memukul, padahal telah sangat terbukti di seluruh dunia… dan mereka mengetahui bahwa untuk memenangkan perkelahian sungguhan fighter harus memiting, mengunci dan membanting… daripada menjotos.

Yah yang namanya otak manusia… mungkin seperti komputer… sangat tergantung dengan software yang di dalamnya. Seberapapun canggih komputer itu dan seberapapun kerasnya user ingin memanfaatkannya untuk tujuan tertentu, jika software sudah tidak mendukung… ya sia-sia usahanya

Dasar orang-orang konyol

Saya sangat menjunjung tinggi perikemanusiaan dan perasaan kasihan terhadap semua mahluk… manusia dan hewan. Terlebih terhadap manusia, saya selalu berusaha berhati-hati, sedapat mungkin untuk tidak menyakiti perasaannya… membuatnya takut, bersedih atau kecewa. Apabila saya melihat seseorang sedang membutuhkan suatu pertolongan, maka saya tidak dapat tinggal diam berpangku tangan, saya pasti menolongnya.

Easy talk than do… mudah mengatakannya dari pada melakukannya. Demikian juga dengan prinsip yang saya junjung tinggi ini, tidak setiap saat saya dapat mengejawantahkan dalam kehidupan sehari-hari… pada kenyataannya saya berkali-kali melanggar prinsip ini.

Tidak semua orang dapat menepati janji atau menjunjung tinggi kesepakatan. Dalam kehidupan sehari-hari saya harus berhubungan dengan orang-orang seperti ini, dan beberapa orang diantaranya selalu berusaha merugikan saya. Tentu saja saya tidak dapat tinggal diam dan saya akan berusaha keras mengatasinya dengan banyak cara (diantaranya dengan cara-cara “pemaksaan”).
Saya punya beberapa unit Play Station untuk disewakan, beberapa diantaranya dipegang oleh beberapa teman dan kenalan saya untuk dijalankan sebagai usaha bersama. Setiap satu bulan sekali mereka harus menyetorkan sejumlah uang kepada saya sebagai bagi hasil usaha. Beberapa orang berusaha membawa lari uang itu, dan tentu saja saya harus bertindak.

Andai saja saya punya pilihan untuk tidak berhubungan dengan orang-orang seperti ini…

English Camp

Suatu pengalaman yang unik ketika saya mengikuti sebuah program yang bernama English Camp yang diadakan oleh sebuah lembaga yang dimiliki oleh Wanita berkebangsaan Amerika Serikat yang bernama Pamela Eisenhower. Program itu dilaksanakan di sebuah retret Nasrani di kota Batu. Program itu di dedikasikan untuk membantu orang-orang Indonesia untuk bisa lancar berbahasa Inggris dengan cara mempertemukan mereka dengan para Native English Speaker.

Saya bertemu dengan banyak orang mengesankan yang memberikan contoh berperilaku, bersikap dan berpikir dengan bijaksana. Kebetulan mereka itu adalah orang-orang bule dari luar negeri, namun bukan karena mereka itu bule kemudian mereka bijaksana. Saya hanya merasa akrab dengan beberapa orang bule saja, dan mereka itulah yang secara tidak sengaja memberikan pelajaran berharga kepada saya.

Mr. Andrew, seorang warga negara Australia, beliau adalah seorang yang sangat relijius, orang yang paling tidak egois dan orang yang paling berpikir yang pernah saya temui. Dia menghormati semua orang, tidak memandang rendah kami orang berkulit coklat. Dalam sebuah permainan menyerang, bertahan dan penjara. Dia sempat menunjukan emosi ketidak setujuan ketika seorang pemuda Amerika terlalu mempermainkan tahanan mereka. Mr.Andrew berkata pada pemuda Amerika itu dalam bahasa Inggris “ayolah… John ini permainan mereka, biarkan mereka bahagia (orang-orang Indonesia). Tahan saya dan hukum saya semaumu, tapi biarkan mereka bebas”. Pada sebuah pagi buta dia juga mendahulukan seorang yatim piatu yang kebetulan jalurnya memotong jalur kami.

Dalam banyak kesempatan dia banyak membesarkan hati saya untuk menggapai impian-impian saya. Dan saya tahu dia hanya berpura-pura kagum dengan mengatakan ini “oh Bayu saya sangat terkesan, ceritamu sungguh luar biasa”. Memang saya banyak menceritakan yang oleh saya sendiri saya sebut dengan “perjuangan hidup untuk mengenal diri saya sendiri”.

Dalam sebuah makan siang, seorang kakek yang telah berputar-putar hampir di 150-an negara, yang berprofesi sebagai juru photo menepuk punggung saya dengan agak keras sehingga saya sangat kaget dan hampir saja dia saya tempeleng (berkali-kali saya hampir menempeleng bule-bule disana karena mereka terlalu keras menepuk saya dari belakang, hahaha). Kemudian kakek itu berkata “seseorang mengatakan kepada saya bahwa kamu tertarik dengan ide tentang perjalanan keliling dunia? Jika ya, setelah makan siang ini berakhir, saya mau kamu ke tempat saya, saya punya sebuah buku tulisan saya sendiri tentang perjalanan yuntuk saya hadiahkan kepada kamu”. Saya tahu bahwa orang yang mengatakan kepada kakek itu bahwa saya senang dengan perjalanan adalah Mr.Andrew, karena hanya beliau saja, satu-satunya bule yang saya beritahu bahwa saya senang melakukan perjalanan.

Mr.Andre, adalah seorang warganegara Amerika Serikat beribundakan orang Jerman. Dia menjadi pemandu di sebuah team di mana saya bergabung. Wajahnya seperti orang yang egois, namun orangnya setia kawan dan sangat menghormati orang lain… beliau juga sangat relijius. Pada suatu ketika saya menimpuk kepala mahasiswa orang Indonesia dengan sebuah kertas sekedar untuk guyon. Anak Indonesia itu membalas saya dengan melemparkan kembali kertas itu kemuka saya, hampir mengenai. Saya sangat ingin membalasnya, namun tepat ketika hampir saya melayangkan kertas itu, Mr.Andre merebut kertas itu dan menyembunyikannya. Rupanya dia tidak ingin guyonan itu berkembang menjadi konflik.

Saya belajar dari kenalan orang asing saya terduhulu bahwa kita harus sanggup memberikan aplaus kepada orang yang mengalahkan kita. Pada suatu ketika team kami kalah dari team lain, dan saya berdiri dan bertepuk tangan untuk memberikan penghormatan pada team itu. Saya melihat Mr.Andre berdiri dan memberikan tepuk tangan pada team lawan. Beberapa saat kemudian Mr.Andre berbicara kepada team kami “kita harus memberikan memberikan penghormatan kepada team lawan yang menang, karena kesanggupan kita memberikan penghormatan itu berarti bahwa kita telah cukup dewasa untuk menerima kekalahan… dan Bayu telah memulainya”

Tyler Mayer, adalah pemuda delapan belas tahun berkebangsaan Amerika Serikat yang mengikuti kegiatan itu. Dia bertemperamen ramah, sopan dan bermimik seperti selalu tersenyum. Saya dekat dengan dia karena dia adalah seorang pegulat di SMA nya. Dan sangat kebetulan sekali bahwa dia memiliki hobi yang sama dengan saya yaitu menyukai seni beladiri grappling dan gemar menonton The Ultimate Fighting Competition.

Mr.Maurice, adalah seorang kakek berusia 72 tahun yang telah berkeliling dunia, dan sudah mengunjungi sekitar 150-an negara. Dia adalah seorang pendiam, tidak banyak bercerita tentang dirinya sendiri. Di antara teman-temannya itu dia kelihatan selalu membawa kameranya kemana-mana, namun dia tidak kelihatan terlalu menonjol karena dia selalu rendah diri, seperti tidak bisa apa-apa begitu. Namun saya kaget bahwa Mr.Andrew mengatakan bahwa telah banyak negara yang telah Mr.Maurice kunjungi. Bahkan saya lebih kaget lagi ketika saya membaca dari buku yang dia tulis bahwa Mr.Maurice telah mendapatkan penghargaan atas kerja kerasnya. Saya diberinya sebuah buku yang berjudul The Funny Bible yang dibubuhi tanda tangan beliau serta sebuah kalimat yang berbunyi “To Bayu, may you find the way”.

Beautifull people.

Country Music

Country Music

Seberapa pentingkah arti musik Country bagi anda? Sebagian dari anda akan menganggap bahwa musik cowboy ini biasa-biasa saja, dan sebagian lagi dari anda akan mengatakan bahwa ini adalah musik gaduh yang tidak berarti apa-apa. Tetapi jika saya di suruh untuk menjawab pertanyaan serupa maka dengan tegas saya akan mengatakan bahwa ini adalah jenis musik yang luar biasa hebat brilian!

Rata-rata musik country selalu bernuansa cinta atau mengenang masa lalu. Syair-syairnya sederhana dan lugu. Coba saja simak lirik lagu-lagu seperti Cotton Fields Back Home, Stoney, Take Me Home Country Road dan Green Green Grass of Home. Semua lagu-lagu itu mengisahkan tentang kerinduan seseorang akan kampung halamannya, dia mengingat semua orang yang dia cintai di masa lalunya.

Saya biasa mendengar lagu-lagu Country ketika saya sedang dalam perasaan bosan. Dengan mendengarkan musik country maka semangat saya tumbuh lagi, bosan pergi dan tenaga muncul kembali. Pendek kata, musik Country sering menyelamatkan saya berkali-kali.

I love country music.

Ki, Chi, Kanuragan? bicara yang lain sajalah...

Kita pernah melihat di film-film tentang aksi-aksi beladiri yang dilakukan oleh ahli beladiri Kungfu. Mereka dapat meloncat kesana kemari seperti kera, mereka juga memiliki tendangan sekuat tendangan kuda, siapapun yang terkena tendangan seperti itu mereka akan terpental jauh hingga beberapa meter. Tidak hanya di film saja, beberapa orang mengatakan bahwa mereka telah menyaksikan sendiri bahwa memang ada beberapa orang yang dapat melakukan hal-hal luar biasa tersebut.

Menurut kebanyakan orang, para master Kungfu itu dapat melakukan hal-hal yang luar biasa karena mereka telah membangun suatu tenaga dahsyat yang mereka lakukan dengan penuh ketelatenan selama bertahun-tahun, dan tenaga itu disebut dengan Chi dalam bahasa China, dan Ki dalam bahasa Jepang. Dikatakan orang yang menguasai Chi, maka mereka dapat bertahan dari pukulan, atau sabetan benda tajam atau dapat melipat gandakan kerusakan pada pukulan mereka.

Bagi saya seorang pebeladiri tulen (versi saya : yaitu seorang yang senang sekali dengan kegiatan, teknik, konsep atau filosofi tentang pembelaan diri), maka saya mengatakan bahwa saya kurang bisa tertarik dengan hal-hal semacam Ki ataupun Chi. Sebagai orang yang terlahir di keluarga Jawa Madura… hal-hal yang berhubungan dengan kekebalan atau pelipat gandaan pukulan adalah hal yang lumrah. Kita tidak perlu membangun Ki atau Chi selama bertahun-tahun hanya agar kita kebal dari senjata tajam, kita hanya perlu merogoh kocek sebesar beberapa ratus ribu dan seseorang yang berkompeten akan membuat kita kebal.

Saya lebih suka mengatakan bahwa semua itu adalah bullshit, baik Chi, Ki ataupun Kanuragan. China ditaklukan oleh Inggris, Jepang oleh Amerika dan Indonesia ditaklukan oleh Belanda. Tidak ada yang dapat bertahan dari senjata api ataupun meriam, sesakti apapun mereka, saya tidak sedang meracau, ini adalah fakta.

Dunia punya Afrika, India dan Amerika yang menurut berita penduduk aslinya adalah orang-orang sakti, setidaknya klenis… namun mereka semua ditaklukan oleh militer Inggris. Jadi Chi, Ki atau Kanuragan untuk beladiri adalah konyol.

Selalulah belajar dari orang lain

Meskipun kita selalu menjunjung tinggi adat istiadat serta kebiasaan yang berlaku dalam keluarga kita, namun ada baiknya jika kita juga melihat, serta menilik secara bijaksana adat istiadat atau gaya hidup atau pola berpikir orang lain. Hal itu sangat membuka peluang bagi kita untuk menemukan khasanah kebijaksanaan yang mungkin belum pernah kita temukan atau diajarkan oleh pendahulu kita.

Oleh karena itu diperlukan sekali bagi kita untuk saling bergaul dengan orang-orang yang berasal dari berbagai macam tradisi dengan suatu harapan mulia agar kita saling mengerti dan saling memahami. Mungkin ada saat-saat di mana kita harus menerima kenyataan bahwa kita harus belajar untuk merubah beberapa dari kebiasaan kita yang kita nilai tidak lagi manusiawi… setelah kita tahu ada kebiasaan lain yang lebih manusiawi.

Kita harus membuka mata bahwa adat-istiadat yang kita junjung tinggi tidak sepenuhnya mengakomodir semua keinginan kita untuk menjadi manusia yang beradab.

Bukalah pikiran kita terhadap perbedaan, dan biarkan perbedaan itu menambah kita lebih bijaksana.

It's the time for the world to unite as a human race

Burung selalu merasa nyaman jika dia berada di diantara kawanan yang sewarna dengan mereka. Ada dua jenis Kuda Zebra, yang bergaris lebar dan bergaris tipis, mereka akan selalu merasa nyaman jika mereka berada di tengah kawanan mereka. Aligator selalu bersama dengan aligator, buaya akan selalu bersama buaya dan kaiman akan selalu bersama dengan kaiman. Ayam katai selalu bersama dengan ayam katai dan ayam bangkok selalu bersama ayam bangkok.

Manusia juga memiliki kecenderungan yang sama, bahwa mereka lebih nyaman ketika mereka memilih bersama-sama dengan orang yang sama. Sebagian manusia cenderung berkumpul dengan mereka yang memiliki kesamaan latar belakang, kebiasaan, adat, budaya, suku, dan ras. Terkadang kesombongan mempengaruhi manusia-manusia ini, mereka suka membandingkan kelompok mereka dengan kelompok yang lain, membanggakan kelebihan kelompok mereka dan mencibir kekurangan kelompok yang lain.

Pada kasus yang lebih ekstrim lagi… Nazi telah tercatat sebagai kelompok manusia lalim yang menganggap diri mereka sebagai manusia unggul secara fisik dan mental, celakanya mereka memusnahkan manusia lain yang tidak sama dengan mereka. Selain Nazi, masih banyak kelompok lain yang memiliki faham “ras kami lebih baik daripada yang lain”, Interhamwe atau orang kulit putih Afrika selatan pada jaman Apartheid misalnya.

Merendahkan orang lain atas sesuatu yang tidak dapat mereka ubah adalah suatu hal yang sangat rendah. Dengan alasan apapun kita tidak boleh menilai rendah orang lain hanya karena mereka berbeda dengan kita, hal itu sangat menyakiti dan tidak manusiawi. Ya ya mungkin kita tidak merasa bahwa kita pernah merendahkan orang lain, namun kita harus selalu memperhatikan berulang-ulang sikap kita dan cara bicara kita. Mungkin kita harus memperhatikan dengan siapa kita bergaul, apakah hanya dengan yang itu-itu saja atau tidak. Mungkin kita harus memperhatikan apa yang kita bicarakan mengenai orang lain ketika kita tidak sedang bercanda.

Semangat kebersamaan harus selalu kita pertahankan. Semoga dengan demikian perdamaian selalu berada di tengah-tengah kita.

It's the time for the world to unite as a human race.

Prejudice harus berakhir... segera!

Sedemikian banyak kebencian di sekitar kita yang dikarenakan oleh perbedaan tradisi, gaya hidup dan pola berpikir. Pribadi-pribadi dari berbagai macam kelompok yang ada di Indonesia, yang biasa disebut dengan suku, saling merendahkan dan saling bersalah paham. Mungkin di permukaan mereka kelihatan tenang-tenang saja, akan tetapi di dalam pikiran mereka masing-masing… mereka percaya dengan anggapan dari kelompok mereka sendiri yang menyatakan suku A seperti ini, sementara suku B seperti itu. Saya tidak ngawur, saya sudah cukup mendengar bahwa banyak orang bertutur negatif tentang suku lain.

Di Malang, di tempat saya, ada beberapa kelompok suku yang berlainan. Arab, Madura, Cina, Jawa Kulonan (orang Jawa bertutur bahasa halus), Jawa Wetanan (orang Jawa bertutur bahasa kasar)… dan beberapa suku yang lain, mereka saling menjunjung tinggi adat dan kebiasaan mereka masing-masing. Terdapat suatu racun yang amat sangat kuat yang seringkali membuat mereka tidak dapat saling bersahabat, dan racun itu bernama sinisme dan keturunannya.

Mengapa masing-masing saling sinis dengan orang lain yang tidak sama dengan mereka? karena mereka menilai positif dan negatif orang lain dari yang berbeda adat/ kebiasaan… dengan tolok ukur yang datangnya dari adat/ kebiasaan mereka sendiri. Sinisme melahirkan prejudice, melahirkan lagi kesalahpahaman, dan akhirnya melahirkan perasaan tidak mau bergaul atau tidak mau berurusan dengan orang lain yang dibenci tersebut.

Ini tidak boleh terjadi, kita harus berteman dengan siapa saja. Janganlah mudah untuk menilai orang lain secara serampangan. Jika kita terpaksa harus memutuskan menilai orang lain, berusahalah menilai secara objektif sesuai dengan pengalaman pribadi selama kita bergaul dengan orang yang akan kita nilai tersebut.

Semoga damai bersama kita

Jumat, 14 Agustus 2009

Dinner

Kemarin saya diundang oleh Mr. Andrew untuk makan malam bersama dengan keluarganya keluarga Cowell, sekalian untuk beramah tamah. Saya berpikir bahwa itu adalah undangan yang sangat menarik, karena ini adalah untuk pertama kalinya saya diundang makan malam oleh sebuah keluarga. Tapi sayang begitu sayang hari itu saya sangat sibuk sekali, dan banyak kejadian menyebalkan yang membuat mental saya anjlok dan mood saya menjadi turun sedemikian rupa… sehingga saya berpikir bahwa saya akan gagal menghadiri makan malam itu.

Selama satu hari penuh itu saya berada di kota Kepanjen untuk mengurus urusan saya di sana, urusan itu sudah sangat kacau namun saya terus berusaha keras agar saya dapat menghadiri makan malam di rumah Mr. Andrew. Dalam perjalanan menuju rumah beliau, mata saya sebelah kanan ditabrak oleh serangga… sakit sekali! Namun saya tidak mundur dan memutuskan untuk tetap menghadiri makan malam itu. Akan tetapi tidak lama setelah itu ban belakang vespa saya mengalami kebocoran sehingga saya harus berhenti di tukang tambal ban untuk waktu yang lama. Saya memberikan pesan singkat kepada Mr. Andrew untuk meneruskan makan malam keluarga tanpa saya, namun daripada menyantap makanan tepat waktu, beliau memutuskan untuk menunggu kedatangan saya. Luar biasa.

Saya datang terlambat sekitar tiga puluh menit. Pertama-tama Mr. Andrew datang membukakan pintu dan mengucapkan salam, beliau langsung mengetahui ada yang salah dengan mata saya (saya baru mengetahui bahwa mata kanan saya menjadi semerah darah setelah Mr. Andrew mempersilahkan saya memakai kamar mandinya untuk mencuci mata saya). Mrs. Donna menggiring ketiga anaknya untuk menyambut saya. Jade, Rhianan dan Aedan (kalau saya tidak salah eja) menyapa saya “Hi Bayu”… kemudian saya terperanjat karena tidak ada keluarga yang secara hangat menyambut saya seperti ini. Saya menjadi sungkan dan bingung harus bersikap seperti apa… saya begitu khawatir salah berperilaku.

Tibalah akhirnya kami semua berada di dapur mereka yang sangat bersih. Setelah berbasa-basi sedikit, Mr. Andrew memberikan tanda untuk segera memulai doa. Kami melakukan doa syukur dengan berdiri di dalam dapur. Doa itu dipimpin oleh anak laki-laki Mr. Andrew yang terakhir yang masih berusia sepuluh tahun. Dia berdoa dalam bahasa Inggris dengan logat Australia, yang membuat saya sama sekali tidak mengerti perihal apapun yang sedang diucapkannya.

Setelah berdoa, Mr. Andrew dan Mrs. Donna mempersilahkan saya untuk mengambil piring dan makan. Saya kaget karena Mrs. Donna telah menyiapkan Indonesian salad alias Gadho-gadho, itu adalah salah satu jenis masakan kesukaan saya. Mr.Andrew berkata dalam bahasa Inggris yang kira-kira artinya seperti ini “saya telah menyuruh Mrs. Donna untuk memasakan untukmu sebuah steak sebesar ini (sambil menunjukan kedua tangannya kepada saya untuk mengesankan bahwa itu adalah ukuran yang sangat besar) namun kami menyadari bahwa kamu adalah seorang vegetarian, jadi Mrs. Donna membuatkanmu Gadho-gadho”. Saya sangat sungkan, namun saya mengucapkan terimakasih secara mendalam.

Beberapa saat berikutnya saya sudah duduk di sebuah meja makan persegi panjang, dan saya duduk berhadapan dengan Mr. Andrew di kedua ujungnya. Sembari makan itu saya membuat percakapan ringan dengan ketiga anaknya, kebanyakan sekitar topik tentang makan sayur mayur.

Ada sesuatu yang luar biasa dari keluarga itu, dimana saya terus memikirkannya pada saat-saat menjelang tidur saya malam itu juga. Saya beranggapan bahwa Mr. Andrew dan Mrs. Donna sangat berhasil dalam membentuk perwatakan anak-anaknya sedemikian rupa sehingga mereka terkesan sebagai anak-anak yang manis, sopan dan menghormati orang lain. Meskipun usia mereka rata-rata masih sangat muda, namun mereka tahu bagaimana cara membuat orang lain terkesan. Semuanya tersenyum kepada saya tanpa terkecuali dan selalu menanggapi jika saya bertanya sesuatu kepada mereka. Saya adalah orang asia satu-satunya di meja makan itu, dan kulit saya paling gelap, namun tidak satupun diantara mereka yang menunjukan muka jijik kepada saya. Tidak banyak orang yang berlainan ras dengan saya dapat menunjukan penghormatan semacam itu.

Dalam makan malam itu, Mr. Andrew bertanya dengan santun kepada ketiga anaknya perihal kegiatan apa saja yang mereka lakukan di sekolah mereka. Kemudian terjadi pembicaraan sopan diantara mereka… sangat kelihatan sekali bahwa anak-anak Mr. Andrew dan Mrs. Donna menaruh penghormatan yang begitu besar kepada mereka. Setelah makan malam selesai, Mr. Andrew memerintahkan ketiga anaknya untuk pergi mengambil Alkitab mereka masing-masing. Kemudian bersama-sama mereka saling membaca Alkitab itu dan mendiskusikannya. Sungguh keluarga yang tentram damai dan relijius.

Sungguh Ironi memang, kata orang kebanyakan… orang-orang Jawa adalah orang-orang berhati lembut dan bertutur lembut… sementara orang-orang barat adalah orang-orang yang memiliki adat kebiasaan lebih kasar daripada kami orang Jawa. Cara saya melihat justru kebalikannya, saya bertumbuh dan besar dalam keluarga Jawa-Madura, namun saya tidak pernah melihat bahwa keluarga saya memiliki kebiasaan untuk memperlakukan anak-anak mereka sebaik Mr. Andrew memperlakukan anak-anak mereka. Dari pada orang tua kami memperlakukan anak-anaknya dengan penuh perhatian, teliti, disiplin dan bersih… mereka cenderung mendidik kami dengan sekenanya atau malah dalam beberapa situasi mereka terkesan sangat otoriter. Selain itu saya tidak pernah diajari cara menghormati tamu kecuali “jangan ikut bicara jika orang tuamu berbicara dengan tamu”.

Saya senang dengan keluarga ini, mereka tidak sengaja memberikan pelajaran tentang pelajaran budi pekerti yang tidak diajarkan di keluarga saya.

Berbicara denganTuhan???????

Sering kita mendengar cerita tentang seorang remaja yang sedang mencari jati dirinya. Dikatakan bahwa pemuda yang seperti itu selalu mencoba berbagai macam hal untuk mendapatkan pengalaman sebanyak-banyaknya. Pemuda itu tidak gampang puas dengan pemahaman-pemahaman yang mereka peroleh sehingga suasana hatinya tidak pernah tenang… yang kelihatan sekali dari perilaku dan raut mukanya yang terkesan agak liar. Namun seiring dengan bertambahnya usia, kesan liar itu berkurang sejalan dengan bertambahnya pemahaman mereka akan kehidupan. Kebanyakan pemuda akan menemukan kedamaiannya, sementara yang lain akan terus menerus melakukan pencaharian sepanjang hidup mereka.

Melihat kenyataan yang ada, kadang-kadang saya berpikir bahwa sepertinya saya tidak akan pernah puas dengan diri saya, dan saya yakin bahwa saya akan terus menerus berubah dan haus akan pencaharian. Buddha mengatakan bahwa kebahagian hanya bisa ditemukan di dalam diri, kesenangan yang didapat dari dunia luar tidak bersifat kekal… untuk itu hendaklah kita berusaha melepas sebanyak mungkin keterikatan terhadap dunia luar untuk kemudian meniti kedalam diri sendiri dan berusaha menemukan tujuan sejati kita di dalam sana, yaitu kebahagiaan hakiki.

Dalam khasanah tradisi ke-budhis-an, terdapat suatu teknik yang disebut dengan meditasi. Ada banyak konsep tentang meditasi, namun saya lebih cocok dengan konsep meditasi yang berpegang pada prinsip “menjinakan pikiran”. Dalam praktiknya kita dianjurkan untuk duduk diam dengan mata terpejam, sambil memperhatikan pikiran yang muncul. Itu saja, kita hanya memperhatikan pikiran yang muncul tanpa menghakimi bahwa itu pikiran negatif atau positif. Kadang-kadang memang kita hanyut dalam pikiran itu, namun begitu kita menyadari bahwa kita sedang terhanyut dalam pikiran itu… maka kita berusaha kembali pada kegiatan memperhatikan pikiran seperti semula. Semakin lama pikiran akan berkurang dan diharapkan dengan berkurangnya pikiran, maka perasaan kita akan semakin damai. Dalam tradisi Zen terdapat istilah “satori” yaitu perasaan damai bahagia sesaat yang dialami seseorang akibat dari kegiatan meditasi. (tujuan meditasi adalah kebahagiaan hakiki)

Ada beberapa dari teman saya yang mengalami perubahan (menuju kebaikan) karena mereka rajin berlatih teknik meditasi seperti ini. Beberapa orang terdekat mereka mengaku bahwa yang bersangkutan terkesan semakin lembut, setelah mengenal teknik meditasi ini. Saya beranggapan bahwa teknik ini adalah baik… hanya saja tidak pernah berhasil kepada saya. Namun itu tidak berarti bahwa teknik ini tidak mujarab, hanya saja (kalau tidak salah) mungkin pengalaman saya membutuhkan “teknik lain” yang lebih cocok dengan pribadi saya.

Hingga suatu saat seseorang menganjurkan “satu cara” yang saya rasa lebih cocok dengan kepribadian saya. Cara itu adalah cara Kristian yang menganjurkan (dalam bahasa saya) kepatuhan dengan tulus dan berkomunikasi dengan Tuhan secara langsung. Untuk pertama kalinya saya mendengar ini, saya merasa aneh… karena saya adalah penganut paham kebebasan (sebebas-bebasnya) apapun boleh dilakukan asal tidak melanggar perikemanusiaan. Saya adalah penentang norma-norma… baik itu adalah norma agama, maupun norma-norma yang berlaku pada masyarakat. Saya berpikir bahwa norma-norma itu hanya akan menjajah kebebasan saja, toh belum tentu norma itu akan membuat seseorang lebih mulia, lebih peduli dan lebih beradab. Dalam kenyataannya seringkali norma-norma itu hanya dimanipulasi oleh seseorang demi kepentingannya pribadi… tanpa perasaan bersalah. Mereka (pelaku manipulasi itu) tidak pernah mau tahu untuk alasan apa norma-norma itu dahulu dibuat. Alasan kedua saya merasa aneh dengan berkomunikasi secara langsung dengan Tuhan adalah karena saya memiliki kepercayaan kuat bahwa hanya orang-orang tertentu saja yang dapat berkomunikasi dengan Tuhan.

Namun saya mengakui bahwa ideologi kebebasan yang saya yakini tidak hanya membawa saya pada kemajuan (seperti mudah bergaul dengan siapa saja dan keinginan kuat untuk mempelajari dan mengetahui apa saja yang menjadi misteri bagi saya)… namun juga membawa saya kepada keadaan hati yang kadang-kadang gundah, tertekan, iri dan gelisah. Konsep bahwa saya adalah tuan dari diri saya sendiri dan saya dapat melakukan apapun kepada diri saya sendiri seringkali membawa saya kepada kemalasan. Kebiasaan untuk mencobai segala sesuatu malah membuat saya jatuh dalam penjara kebosanan… dan kebosanan menggerogoti diri saya sendiri dari dalam.

Akan tetapi cara Kristiani ini sama sekali begitu berbeda, perubahan signifikan sudah dapat saya rasakan pada diri saya. (tulisan ini saya tulis dalam waktu hanya terpaut sekitar dua atau tiga minggu sejak pertama kali saya diajak untuk mencoba “metode” baru ini). Dan sangat kelihatan sekali bahwa metoda ini sangat berhasil bagi saya. Artinya saya lebih menyukai diri saya yang sekarang ini dari pada yang dulu sebelum saya mempercayai metode baru ini.

Mungkin ini yang saya cari-cari sejak dari dulu. Metode Kristiani menganjurkan untuk selalu setia kepada Tuhan. Saya adalah seorang yang mendambakan kesetiaan dan selalu haus melakukan sesuatu demi kesetiaan saya tersebut. Sebagai contoh… saya adalah seorang yang memiliki dorongan dalam hatu untuk selalu menghormati segala kehidupan, saya akan berusaha keras untuk menjalani hidup saya tanpa menyakiti mahluk hidup yang lainnya. Untuk itu saya selalu konsekuen dengan idealis saya tersebut, jadilah saya seorang vegetarian. Contoh kedua adalah… saya sangat menyayangi dengan seorang yang tidak jauh usia dengan saya (mohon tidak diasumsikan sebagai hubungan asmara) dan saya menganggapnya sebagai adik saya sendiri. Mungkin persamaan model perjuangan dan cita-cita membuat saya begitu dekat dengan anak ini. Lantas saya berkomitmen untuk selalu mendukung dan senantiasa melindungi dia. Betapa saya mendambakan diri saya sendiri termasuk dalam suatu standar kesetiaan yang tinggi, dengan mengorbankan beberapa beberapa kepentingan saya pribadi.

Namun sudah beberapa tahun belakangan ini saya menjadi agnostik atau malah semi atheis. Hal itu membuat saya agak termalu-malu kepada diri saya sendiri ketika saya mencoba untuk berbicara dengan Tuhan untuk pertama kalinya. Seakan-akan diri saya mengatai diri saya sendiri bahwa saya bodoh karena mencoba berbicara dengan angin.

Pada suatu hari saya diserang oleh mood yang rendah dan situasi batin yang sangat menggelisahkan. Hingga pada puncaknya, pada malam hari yang tidak begitu larut saya tidak dapat melakukan apa-apa kecuali hanya duduk diam dalam kegundahan… ingin sekali saya menangis. Namun saya berpikir dari pada saya duduk tidak melakukan apa-apa dan tidak membawa perubahan apa-apa, maka saya pergi kebelakang mengambil sebuah minuman coke dari kulkas untuk sedikit menghibur jasmani saya. Setelah satu atau dua teguk, saya mulai berbicara dengan Tuhan… saya asumsikan Dia seperti sahabat tercinta saya yang sedang berdiri di depan saya memandang saya dengan sabar dan ingin mendengarkan apapun yang ingin saya katakan. Maka mulailah saya menyampaikan ocehan, omelan, dan keluh kesah. Kadang-kadang saya memberitahu kepada dia bahwa saya menyesal bahwa saya telah menjadi mahluknya yang begitu lemah… saya tahu ada banyak sekali orang yang jauh menderita daripada saya. Namun saya mengaku bahwa saya tidak tahu dengan apa yang harus saya lakukan… maka saya memohon kepadaNya untuk selalu menegarkan hati saya dan memberikan jalan keluar bagi setiap permasalahan yang saya hadapi.

Selepas komunikasi luar biasa itu, pikiran saya menjadi jauh lebih enteng dan dapat tidur dengan nyenyak. Keesokan paginya saya bangun dengan senyum baru di bibir beserta pemahaman baru bahwa saya akan berbahagia dengan setia kepadaNya. Hidup saya berubah banyak, saya bersedia untuk melakukan segala sesuatu yang tidak ingin saya lakukan sebelumnya. Ego saya banyak tergerus dan mengalami erosi hebat. Saya memandang bahwa Tuhan adalah damai dan sebagai pengikut setiaNya maka saya dianjurkan untuk menciptakan damai. Dan untuk itu saya harus membuat diri saya sendiri tersenyum dengan semua orang, lebih mendengarkan mereka, lebih mengalah, dan menghormati mereka dalam setiap kesempatan. Pada mulanya saya sangat sulit memulainya, namun dengan kesadaran bahwa Tuhan menganjurkan kasih sayang, maka tidak lama kemudian saya dengan gampang melakukannya. Tuhan adalah kasih.

Jadi… rupanya saya tidak perlu lagi terlalu banyak mengeluarkan tenaga untuk melakukan banyak pencaharian. Kebahagiaan itu telah datang, dan saya memutuskan bahwa saya harus berhenti setelah sekian lama tidak pernah berhenti. Saya memutuskan bahwa saya akan berhenti pada hal cinta… karena saya percaya bahwa Tuhan adalah cinta, God is love… saya akan setia pada Tuhan. Saya harap itu akan cukup bagi saya.

Hormat saya kepada seseorang yang mengkabarkan saya tentang ini.

Rabu, 12 Agustus 2009

Berbicara dengan Tuhan...?

Hari ini saya mencoba berbicara dengan Tuhan. Saya berkeluh kesah atas segala keadaan batin saya yang tidak tahu sedang meratapi apa. Saya mengambil sekaleng coca cola, pergi kebelakang rumah yang sepi kemudian berbicara seolah-olah Tuhan berada di depan saya. Saya mengobrol dengan dia selama sepuluh menit, kemudian pergi ke kamar dan menulis ini.

Awalnya sih sangat susah, karena saya tidak dapat melihat Tuhan di manapun, namun itu tidak bermakna penting bagi saya. Lebih baik bagi saya untuk mencoba mencurahkan isi hati saya kepadaNya, dari pada mencurahkan isi hati saya kepada orang, karena kebanyakan orang tidak mau mendengarkan kisah saya.

Ini sangat membantu.

Sabtu, 08 Agustus 2009

Choices

It is joy to control your mind. It is okay if I say yes, but it is my choice to say "later I will". I smile then they understand. We were happy.

No body better than you my friend.

Poor friend have asked "what makes me different than you", and then I said "no my friend, I am just equal with you, no body better than you, not even them" (pointing somebodies in a luxury car in a poor country, Indonesia). "What makes us different is our quality of love my friend, God loves you"

Jumat, 07 Agustus 2009

Saling belajar

Hari ini tanggal 7 Agustus 2009.

Saya ditugasi oleh Mr. Andrew untuk mengantar beliau ke bandara dengan minibus buatan Korea selatan bermesin diesel 4 tak milik dia. Saya jemput dia di daerah Tidar pada pukul 8 pagi. Kelihatannya dia sudah sangat siap dengan dua tas punggung besar dan satu tas jinjing yang lebih kecil. Saya panasi minibus itu, lalu beberapa saat beliau menghampiri dan berpesan agar saya memanasi minibus miliknya di luar ruangan saja agar asap kendaraan itu tidak mengganggu kesehatan kedua putrinya dan seorang putranya (dan satu orang gadis remaja Australia lain) yang sedang tidur kelelahan karena semalam begadang berpesta untuk memeriahkan ulang tahun si Rheanan (putri kedua Mr. Andrew).

Saya memacu minibus itu sekencangnya, walaupun berkali-kali Mr. Andrew berkali-kali mengingatkan bahwa dia masih memiliki banyak waktu untuk mengejar pesawat. Saya tidak ingin berlama-lama di perjalanan, sebaliknya, saya ingin segera mencapai airport kemudian saya berharap agar Mr. Andrew segera check in, dan duduk bersama saya untuk membahas berbagai bahasan yang dapat kami bahas bersama. Saya berhasil, perjalanan itu (Tidar-Juanda) hanya dilakukan sekitar satu jam lebih sedikit, namun itu sudah cukup memberi waktu untuk mengobrol di mobil tentang banyak sekali hal. Bahkan dalam suatu kesempatan tertentu, masih dalam mobil yang saya geber kencang, Mr. Andrew membacakan doa untuk saya.

Akhirnya tiba juga saat-saat dimana saya dapat duduk bersama dengan Mr. Andrew. Dia membawa saya ke sebuah cafĂ© kecil yang mahal di dalam bandara, di mana dia memesan es teh tawar dan seporsi siomay bandung… sementara saya memesan seporsi gadho-gadho dan secangkir teh susu. Dia membeli sebuah Koran Tempo untuk dirinya sendiri, dan sebuah Koran Jawa Pos untuk saya… masing-masing Rp.5000. (dia juga memberi saya sebuah injil kecil berkancing magnit, dan sebuah buku berjudul “Taming the Tiger”).

Banyak hal baru luar biasa yang saya pelajari dari orang ini, salah satu hal yang paling berkesan bagi saya adalah kerendahan hatinya (kerendahan hatinya sudah diakui oleh banyak orang, termasuk oleh ayah saya sendiri). Saya terkesima dengan caranya berbicara yang selalu serius, penuh dengan perhatian namun selalu terlihat senyuman tersungging di bibirnya. Satu kalipun saya tidak pernah mendengar dia berbicara buruk tentang orang lain. Dia adalah pengikut Jesus Kristus yang baik dan taat, dia tidak pernah berbicara buruk tentang orang-orang Islam berserta tradisinya… sebaliknya dia malah terkesan sangat menghormati agama ini. Selain itu Mr. Andrew adalah seorang pengamat permasalahan yang teliti dan penganjur yang sangat lihai. Dia selalu memberikan masukan-masukan pintar tidak terduga… dengan cara memberikan beberapa opsi jalan keluar dari permasalahan untuk dipikirkan bersama.

Kami terus berbincang hingga pengumuman dari petugas bandara menghentikan pembicaraan kami. Beberapa saat kemudian kami saling mengucapkan salam dan berpisah. Saya berlari kecil menuju minibus Mr. Andrew, dan kemudian saya geber kencang ke arah Malang, dengan beberapa kali salah jalan….!

Satu lagi, kami (saya dan Mr. Andrew) bersepakat bahwa kami selalu bersemangat untuk saling mengetahui dan belajar tradisi, norma dan nilai kesopanan yang dijunjung tinggi di barat dan di timur. Ini sangat berguna bagi kepentingan Mr. Andrew yang ingin menyelami khasanah budaya timur… juga berguna bagi saya yang selalu tergila-gila dengan khasanah kebijakan Barat.