Senin, 16 Maret 2009

Mesin Diesel

Mental saya bagaikan Mesin Diesel kuno (indirect combustion Diesel Engine). Semua orang tahu bahwa Mesin Diesel adalah mesin berat yang handal dan biasa digunakan untuk pekerjaan berat. Membutuhkan tekanan yang sangat besar dalam ruang pembakarannya, supaya solar (Diesel gas) yang daya bakarnya yang lebih rendah daripada bensin, bisa terbakar. Hasil pembakarannya itulah yang menghasilkan torsi sangat besar, yang apabila diaplikasikan pada mekanisme alat tertentu maka dia dapat memindahkan gunung, membelokan sungai, menghancurkan batu, meruntuhkan bangunan, mematahkan logam dan lain-lain.

Namun semua orang tahu bahwa Mesin Diesel kuno mengalami masalah pada proses menghidupkannya. Untuk itulah Mesin Diesel kuno selalu memiliki mekanisme pra pembakaran dengan ditambahkannya ruangan khusus di dalamnya, yang disebut dengan pre-combustion chamber, yaitu sebuah ruangan khusus untuk memanaskan bahan bakar sebelum bahan bakar tersebut dipaksa masuk keruang pembakaran. Di dalam pre-combustion chamber ini terdapat sebuah alat pemanas yang disebut dengan glow plug, yang akan membara jika dialiri listrik dari aki mobil. Nah apabila glow plug ini mengalami masalah maka Mesin Diesel ini akan sulit sekali dihidupkan. Dulu ayah saya adalah seorang operator Bulldozer yang seringkali mengeluh karena Bulldozer dia selalu rewel di pagi hari. Dia bilang bahwa mesin Bulldozer itu harus di panasi berkali-kal, hanya sekedar untuk bisa hidup.

Mental saya juga seperti Bulldozer itu, setiap pagi harus dipanasi berkali-kali supaya “mau hidup” jika proses itu gagal, maka dia akan parkir sepanjang hari di dalam “hangar”. Demikian halnya dengan saya, apabila saya gagal memotifasi diri saya sendiri, maka saya akan diam saja di dalam rumah, tidak melakukan apapun demi kemajuan diri saya.

Ketika saya sedang mengerjakan sesuatu, maka pikiran saya akan sepenuhnya larut dalam pekerjaan itu. Tidak peduli seberapa beratnya masalah itu, jika saya sudah berfokus, maka saya akan enggan beranjak dari tempat kerja saya. Apabila saya sudah “Hot” dengan suatu pekerjaan maka saya akan tahan dengan pekerjaan itu selama berjam-jam. Saya pernah dua hari satu malam memperbaiki mobil milik kakak saya untuk membetulkan mesin dan kaki-kaki mobil tersebut. Terakhir, saya mengedit film beladiri hingga lima hari lamanya, dan saya hanya mengambil istirahat tidur tiga jam per hari. Itu sungguh perjuangan yang sangat berat menurut saya, tapi saya tahan dengan itu.

Namun ketika pekerjaan itu selesai, terlampaui, dan tidak ada lagi pekerjaan yang harus saya lakukan, maka saya kembali malas lagi. Mental saya kembali lagi seperti tempe, seperti kerupuk yang melempem, menjadi tidak renyah lagi. Gairah telah datang dan pergi, demikian pula dengan kedisiplinan. Sekarang ini saya sedang getol mencoba suatu eksperimen, untuk membuat saya tetap dalam keadaan bersungguh-sungguh, bergairah, bersemangat serta tetap berdisiplin, dan ini sedang dalam proses .

Jika ada diantara kawan-kawan memiliki tips ampuh untuk mempercepat proses itu, please, mohon kesediaannya untuk berbagi.

Terimakasih.

1 komentar: