Sabtu, 28 Februari 2009
Saya adalah warga negara Indonesia, hahaha...!
Saya bangga dengan Nusantara, Jamrud katulistiwa. Tanah yang subur dan rakyat yang makmur. Buah-buahan kami adalah buah-buahan terbaik di seluruh dunia. Kiwi paling wangi, Apel terbaik sedunia, Durian termanis di Asia Tenggara, dan Beras terbaik di pasaran dunia. Ini mengindikasikan bahwa tanah kami adalah tanah tersubur di dunia… benar sekali kata orang-orang, “Gemah Ripah Loh Jinawe”. Hahaha… (bertolak pinggang, menyombongkan diri)
Saya bangga dengan negara saya, si Macan Asia. Pembangunan pesat luar biasa, kemakmuran merajalela. Industri berkembang pesat, perambahan hutan dilakukan secara terpadu, memperhatikan keseimbangan alam dan kebutuhan manusia. Tidak ada orang miskin dan anak terlantar yang lepas dari perhatian negara. Tidak ada yang namanya pengangguran. Hahaha… (mengangkat muka, menyombongkan diri)
Saya bangga dengan negara saya. Kami memiliki ideologi pancasila, semua orang yang duduk di pemerintahan sangat faham dengan ini semua. Pemahaman akan nilai-nilai Pancasila ditanamkan kepada kami sejak kami kecil dulu. Semuanya mematuhi dan menghormati Pancasila. Alhasil kemanusiaan yang adil dan beradab terwujud dan keadilan sosial tercapai. Tingkat korupsi nol dan birokrasi kami sangat dikenal dunia terkenal bagus dan bersih. Whua... hahaha… (tertawa licik, menyombongkan diri)
Perhatian!!! Kadang-kadang kalau saya kurang tidur, otak saya suka kendor, sehingga saya suka meracau sendiri. Tidak semua dari apa yang saya katakan benar, bahkan banyak tidak benarnya. Jika saya mengantuk, tetapi tidak bisa tidur… maka saya bisa sangat terkesan menjadi Chau dan Ironis. Sebagai contohnya, anda tahu sendiri kan buah apel mana yang memiliki kulitas terbaik di dunia? Jamrud katulistiwa….? Hehehe… (garuk-garuk kepala, tersipu malu)
Rabu, 25 Februari 2009
Ludruk "Guyon" Jawa Timur

Boris Kasparov dan Tedjo Kasnadie
Boris : Hal-hal apa sajakah itu?
Tedjo : Egoisme dan ketidakpedulian.
Boris: Oke, saya mendengarkan…
Tedjo : Kata orang, kami bangsa Indonesia adalah bangsa muda yang masih perlu banyak belajar dari kesalahan. Katanya setiap bangsa memerlukan banyak pembelajaran agar tatanan berbangsa dan bernegara yang diidam-idamkan dapat terlaksana. Namun menurut saya pribadi, sepertinya bukan itu yang menjadi masalah.
Boris : Lantas apakah yang menjadi masalahnya.
Tedjo : Seperti yang saya bilang, egoisme dan ketidak pedulian. Elit politik kami saling bertarung demi kepentingan mereka masing-masing, para Industrialis dan pengusaha kami berusaha mengeruk keuntungan sebanyak-banyaknya tanpa mempedulikan kerusakan lingkungan. Para guru pengajar dan pendidik mulai dari tingkatan paling rendah hingga paling tinggi hanya bekerja setengah-setengah, memperlakukan murid-muridnya seperti benda, asal menyampaikan pelajaran sesuai dengan kurikulum tanpa sedikit memikirkan apakah murid tersebut mengerti atau tidak, ataukah ilmu yang disampaikan itu akan berguna bagi murid tersebut. Aparat penegak hukum juga sangat lemah, budaya suap menyuap sudah lumrah diantara mereka. Kinerja pegawai negeri sipil juga amburadul, mereka asal datang, tulis-tulis kemudian buru-buru pulang untuk belanja. Birokrasi kami sangat ruwet kepada semuanya, kecuali pada orang-orang yang berduit.
Boris : Separah itukah? Tidak adakah seorang pemimpin kuat yang tampil untuk merubah segalanya.
Tedjo : Waduh saya tidak tahu ya, tapi kayaknya sulit, Indonesia itu kan negara demokrasi. Setelah era reformasi, demokrasi sangat dijunjung tinggi. Repotnya jika seorang pemimpin kuat memberlakukan kebijakan yang sifatnya tidak sesuai dengan keinginan orang banyak demi kebaikan bangsa, akan dianggap otoriter dan akan segera dilengserkan, dulu pernah kok kejadian kayak gitu. Rakyatnya juga bermasalah, mereka selalu memikirkan kepentingan perutnya sendiri tanpa memikirkan sedikitpun beban yang dihadapi oleh pemerintah. Ketika pemerintah dihadapkan pada pilihan sulit yaitu menkonversi minyak tanah ke LPG, atau menghadapi pilihan lebih sulit lagi, rakyat berbondong-bondong menolak. Alasannya takut meledak lah, tidak bisa mengoperasikannya lah, atau apalah. Ya kalau dipikir-pikir semua hal yang baru itu kan bisa mengandung resiko, tapi kalau kita mau belajar sesuatu kan resikonya bisa sama sekali hilang. Memang masyarakat seringkali maunya yang sederhana-sederhana saja untuk kepentingannya sendiri, mereka tidak mau sedikitpun mengeluarkan tenaga untuk belajar sesuatu untuk membantu meringankan beban pemerintah, saya tahu sendiri itu.
Boris : Kalau begitu orang-orang anda rapuh sekali ya?
Tedjo: Benar, dan semua itu diakibatkan oleh egoisme dan ketidak pedulian. Mereka itu hanya ingin hidup sederhana, minim perjuangan, menikmati hidup apa adanya, mengkonsumsi segala kesenangan sebisa mereka tanpa mempedulikan dampak dari perilaku mereka itu terhadap lingkungan. Sulit sekali mereka diajak berpikir logis dan serius. Alih-alih berpikir serius dan logis, mereka cenderung menjunjung tinggi pola berpikir dan sudut pandang yang diwariskan oleh tradisi dan kebiasaan masyarakat mereka. Jadi mereka sangat kesulitan untuk bisa mengerti cara orang lain, budaya lain dalam memahami sesuatu.
Boris : Menjunjung tinggi pola berpikir dan sudut pandang yang diwariskan oleh tradisi dan kebiasaan masyarakat mereka. Seperti apa contohnya…?
Tedjo : Ya, yang saya maksud adalah bahwa mereka menjunjung tinggi pola pikir dan perilaku membebek. Contoh : membuang sampah di kali, tangan kiri adalah tangan buruk dan tangan kanan adalah tangan baik, ngerumpi, Jakartasentris yaitu berbicara dan berkirim sms dengan aksen bahasa gaul kejakarta-jakarta-an, berpacaran terus sepanjang waktu, menikah muda, gila-gila an merokok, lontang-lantung kesana kemari tidak ada kesibukan berarti, membeli barang-barang mewah, memukuli maling sampai mati, membicarakan seks adalah tabu. Dan lain-lain lah, saya pusing membicarakannya.
Boris : oke-oke, tapi saya masih belum dengan jelas mengerti, sejauh apa hal itu memabawa dampak negatif?
Tedjo : Yang menjadi masalah adalah, ketika mereka sangat menjunjung tinggi kebiasaan berpikir dan berpola hidup macam itu, mereka akan menutup diri mereka terhadap pola berpikir, ide, dan pola hidup yang lain. Mereka menjadi masyarakat yang bebal yang tidak mengindahkan apapun kecuali diri mereka sendiri berserta kebiasaan mereka. Dan mereka akan menganggap sesuatu yang baru itu sebagai hal yang tidak realistis. Makanya mereka akan menganggap enteng seruan pemerintah tentang tidak membuang sampah di kali, dua anak cukup, seruan membaca buku, dan akhirnya mereka tidak akan peduli pada isu-isu tentang global warming, big freeze, ataupun penipisan lapisan ozon.
Boris : Wah banyak sekali daftarnya, adakah yang terlewat?
Tedjo : Memang saya belum selesai berbicara. Sekarang coba bayangkan Boris, jika mereka tidak peduli pada hal-hal besar seperti yang saya bicarakan tadi, apakah mungkin mereka akan menaruh perhatian pada hal-hal remeh temeh seperti berbagi kasih sayang dan peduli orang lain.
Boris : Saya tidak tahu, tapi sepertinya tidak. Anda sudah cukup memberitahukan permasalahan mereka, sekarang bisakah anda menyebutkan hal-hal yang dapat dilakukan untuk membuat mereka berubah?
Tedjo : Jika melihat mereka separah itu, maka saya pesimis sekali.
Boris : Tidak bisakah mereka dibuat tertarik dengan menawarkan hal-hal baru yang tidak mereka lihat sebelumnya, dengan teknologi baru misalnya?
Tedjo : Seperti yang saya bilang bahwa saya pesimis sekali. Mereka tidak peduli apakah ada teknologi baru yang lebih canggih atau tidak, namun mereka akan segera bertanya-tanya adakah unsur entertainment dalam teknologi baru tersebut, jika tidak mereka tidak akan tertarik dengan teknologi tersebut. Contohnya : mereka tidak akan menolak laptop dan karena kemajuan jaman, mereka tidak kesulitan mengakses teknologi itu. Tetapi alih-alih menggunakan laptop itu untuk hal-hal yang bermanfaat, mereka cenderung memakainya untuk menonton film porno, main game, meramal dirinya sendiri dengan ramalan Zodiak atau sekedar untuk gengsi-gengsian. Jika mereka bisa terhubung dengan internet, maka mereka akan mendownload film porno atau chatting dengan pacar mereka daripada menjajal berhubungan dengan teman di luar negeri atau mencoba teknologi baru, Google earth misalnya. Malahan jika ditimbang-timbang, mereka akan cenderung menyewa Play Station dari pada menyewa Internet.
Boris : Jadi mereka senang sekali dengan entertainment ya?
Tedjo : Betul sekali Boris, betul sekali. Namun seharusnya entertainment itu tidak menjadi masalah ya, yang menurut saya menjadi masalah itu adalah kebiasaan berpikir mereka yang sangat terikat dengan sesuatu yang menghibur yang sudah sedemikian kronisnya sehingga kemampuan mereka berpikir serius untuk membereskan sesuatu jadi buyar. Dan ini adalah lumrah di dalam masyarakat Indonesia kebanyakan, utamanya pemuda.
Boris : Tetapi anda tidak mengatakan apapun sehubungan dengan usaha anda merubah kebiasaan mereka. Iya kan?
Tedjo : Jangan salah ya. Saya pernah… anggaplah bereksperimen terhadap pemuda kelas bawah ekonomi rendah di kampung, saya pun berasal dari kelas yang sama dengan mereka, dan sekarangpun masih tetap saya lakukan. Saya menganjurkan kepada mereka untuk membaca buku dengan meminjamkan buku saya untuk mereka baca, tidak pernah satupun buku saya selesai mereka baca. Untuk selanjutnya mereka tidak lagi mau membaca buku saya, buku saya itu adalah buku enteng tentang pengetahuan umum atau sekadar buku motivasi. Alih-alih membaca buku saya itu, mereka cenderung membaca rubrik sepak bola, atau membaca tabloid ponsel untuk melihat-lihat ponsel baru, meskipun mereka tidak membelinya.
Boris : Hanya itu?
Tedjo : Tidak, saya belum selesai. Saya juga mengajari mereka Mix Martial Arts, Brazilian Jiu-jitsu, dan Israeli Krav Maga. Padahal saya sudah menginformasikan kepada mereka bahwa beladiri-beladiri itu adalah beladiri paling efektif yang lagi digandrungi dunia, dan dipakai oleh pasukan khusus Amerika baret hijau, toh mereka tetap malas-malasan berlatih. Apakah anda mendengarkan saya Boris?
Boris : Ya, ya saya bersama anda. Teruskan…
Tedjo : Dalam banyak kesempatan saya mengenalkan mereka pada hal-hal baru seperti : menunjukan kepada mereka bahwa ada sebuah komunitas yang rela meluangkan waktu dan tenaganya untuk memperjuangkan kesejahteraan binatang. Juga yang masih sedang saya lakukan adalah, mengajak mereka berjalan-jalan memperhatikan orang-orang tunawisma kelaparan dan melakukan hal-hal yang bisa kami lakukan untuk sekedar membuat mereka kenyang.
Boris : lalu bagaimana reaksi mereka?
Tedjo : Biasa-biasa saja. Setiap kali sesudah saya melakukan hal bersama-sama dengan mereka, saya mencoba berdiskusi dengan mereka untuk menekankan dan mengingat kembali pelajaran apa sajakah yang kami dapatkan dari kegiatan yang telah kami lakukan. Tetap saja, reaksi mereka tidak se-antusias seperti halnya ketika mereka habis kencan dengan pacar mereka. Jadi kegiatan-kegiatan seperti ini tidak penting buat mereka. Mereka sangat nyaman dengan diri mereka sendiri, mereka tidak ingin berubah, mereka senang dengan status kuo mereka.
Boris : Lalu apa hubungannya dengan negara anda, Negara Indonesia?
Tedjo : Tentu saja sangat berhubungan. Biar saya ulangi lagi ya. Jelas sekali bahwa karena orang-orang Indonesia tidak tertarik melakukan hal-hal untuk kepentingan selain kepentingannya sendiri, karena orang-orang Indonesia tidak tertarik dengan hal baru yang tidak mengandung entertainment, karena orang-orang Indonesia tidak tertarik dengan perubahan dan ide-ide baru maka Indonesia tetap-tetap saja seperti ini.
Boris : jadi…
Tedjo : jadi ini adalah masalah mental, tidak banyak yang peduli atau tahu bagaimana perusahaan swasta Amerika menguasai sebagian besar ladang-ladang minyak dan pertambangan emas Indonesia, tidak banyak yang peduli bagaimana kami adalah bangsa yang kaya keanekaragaman hayati yang banyak diantaranya sedang terancam kepunahan, tidak banyak yang peduli bahwa devisa kita bocor deras pada kegiatan-kegiatan ziarah keluar negeri, tidak banyak yang peduli bahwa pulau-pulau kecil kita akan tenggelam akibat pemanasan global, tidak banyak yang peduli bahwa daerah bekas penambangan batu bara dapat menjadi danau yang membahayakan, tidak banyak yang peduli bahwa hutan kita terancam habis akibat industri kelapa sawit, tidak banyak yang peduli, tidak banyak yang peduli banyak saudara-saudara yang berlainan suku dan budaya yang mengalami perlakuan anak tiri dari pemerintah.
Boris : Jadi…
Tedjo : Jadi tukang sate selalu sibuk memikirkan panggangan sate apa yang kuat dan anti karat. Seorang Blandong atau penebang pohon akan sibuk menebangi pohon untuk mendapatkan uang sebanyak-banyaknya. Seorang tukang becak akan sibuk dengan kegiatan menunggu penumpangnya. Seorang industrialis akan sibuk dengan perluasan industrinya. Seorang ibu rumah tangga akan sibuk dengan urusan dapurnya. Seorang mahasiswa hanya sibuk dengan urusan belajar dan bersenang-senangnya. Semua ini karena egoisme dan ketidak pedulian.
Boris : Jadi…
Tedjo : Jadi saya berharap agar orang tergerak untuk peduli, sukur-sukur memihak pada ide atau isu-isu yang mengangkat biang permasalahan Indonesia. Jika saja orang-orang Indonesia dapat lebih peduli, akan lebih gampang membuat mereka bergerak untuk melakukan tindakan nyata untuk membuat Indonesia menjadi negara lebih baik untuk ditinggali.
Boris : Tindakan nyata apa yang bisa membuat Indonesia menjadi lebih baik.
Tedjo : Sebagai warga negara biasa kami bisa melakukan hal-hal berikut. Banyak-banyak menanam pohon, tidak membuang sampah ke kali, tidak banyak memakai kantong plastik, tidak melakukan ziarah ke Mekah dan Jerusalem kedua dan seterusnya agar konsentrasi uang di dalam negeri tidak buyar ke timur tengah. Membatasi penggunaan perkakas buatan luar negeri, lebih mencintai barang buatan dalam negeri, menghormati hukum, mengikuti peraturan lalu lintas. Bekerja keras apapun profesinya, tidak lupa mengurangi kemungkinan dampak negatif dari usaha kita. Menghormati orang lain, dengan merawat fasilitas umum, saling menolong dan saling berbagi. Bergabung dengan organisasi-organisasi yang memiliki idealis berusaha membenarkan sesuatu yang tidak benar. Ini semua tidak akan terjadi jika egoisme dan ketidak pedulian merajalela.
Boris : Apakah anda yakin jika semua rakyat Indonesia berperilaku seperti yang anda katakan tadi maka apakah anda yakin bahwa Indonesia akan menjadi lebih baik?
Tedjo : Jika Indonesia masih saja belum baik meskipun semua rakyatnya berusaha keras melakukan hal-hal yang terbaik, maka rakyat Indonesia boleh menyalahkan pemimpinnya, pemerintahnya.
Senin, 23 Februari 2009
Musik adalah alat bantu kehidupan bagi saya.
Melalui musik kita dapat memasuki dunia emosi di dalam diri kita yang jarang-jarang bisa kita ungkapkan kepada orang lain dengan kata-kata. Kadang-kadang melalui musik kita teringat oleh Ayah, Ibu, atau siapapun yang kita sayangi. Kadang-kadang pula, melalui musik kita teringat akan suatu tempat yang sudah lama tidak kita kunjungi, yang barang kali tempat itu sudah tidak lagi ada. Beberapa orang malah merasa bahwa dia sedang berada di suatu tempat yang mustahil ada di kehidupan nyata ini ketika dia mendengarkan musik tertentu. Ada pengakuan-pengakuan dari beberapa mualaf yang menangis tersedu-sedu ketika mendengarkan suara Adzan. Dalam pengakuannya, ketika sedang mendengarkan suara Adzan, dia serta merta seperti merasa di dunia awang-awang yang damai, yang tidak pernah dia rasakan di dunia.
Saya sendiri mengkoleksi lagu-lagu yang menjadi kesenangan saya. Tidak peduli lagu itu lama atau baru, terkenal atau tidak, dari manapun di dunia ini lagu itu berasal, jika lagu itu mengandung emosi bagi saya, maka akan saya simpan. Adapun lagu yang selalu abadi di dalam kepala saya adalah Imagine-nya John Lennon. Saya selalu menghormati lagu ini, baik dengan iramanya, maupun dengan liriknya. Lagu ini selalu membuat saya terharu dengan cita-citanya yang mulia, yaitu persaudaraan diantara sesama manusia, the broteherhood of man.
Lagu-lagu tertentu dari daerah tertentu pasti memiliki cirikhas tertentu pula. Nah cirikhas itu yang dapat membangkitkan emosi bagi saya. Dalam keadaan tertentu, ketika saya menginginkan emosi tertentu, maka saya memutar musik dari daerah tertentu. Berikut adalah penilaian saya tentang jenis musik-musik.
Country Musik : sajaknya lugu dan sederhana, seringkali mengangkat tentang cinta kepada seseorang atau cinta kepada kampung halaman. Cengkokannya membuat hati saya riang dan damai.
Reggae : musiknya seringkali berdebum-debum, namun nadanya tenang sehingga membuat hati saya santai.
Musik era 70 an : syair dan liriknya sederhana, alunan alat musiknya juga sederhana. Saya senang sekali berkaraoke dengan musik-musik sejenis ini.
Musik-musik Budhis : lagunya seringkali tenang dan membawa kedamaian
Langgam Jawa Tengah Kuno : musiknya santai, dan bikin kantuk. Meskipun saya orang Jawa, dan bisa berbahasa Jawa halus, namun seringkali saya tidak bisa menangkap syair yang dinyanyikan oleh para sinden. Sangat enak diputar untuk mengiringi tidur dalam suasana siang yang panas.
Campursari Jawa : cengkokannya sabar terasa sabar di telinga membuat hati tentram.
Campursari Madura : musiknya bernuansa riang gembira.
Campursari Bali : musiknya memiliki irama yang dalam dan melankolis, cocok sekali diputar ketika hati sedang gundah atau ketika sedang merindukan seseorang.
Kendang-Kempul Banyuwangi/ Blambangan : irama musik jenis ini terdiri dari irama musik Jawa, Madura dan Bali. Cengkokannya naik dan turun secara ekstrim, seringkali mengangkat tema cinta. Jenis musik seperti ini yang paling menyenangkan bagi saya, sangat membuat hati damai dan santai.
Musik tradisional timur tengah, Gambus, padang pasir / musik Arab : meskipun banyak perkusi dalam musik ini, namun iramanya sangat menenangkan hati, kadang-kadang melankolis, seperti seorang yang sedang ikhlas memasrahkan sesuatu. Namun seringkali jenis musik ini membuat hati bersemangat karena pukulan perkusinya yang rancak.
Japanese Enka : katanya jenis musik ini mulai marak di negeri matahari terbit, di era 45 ketika jepang mengalami kekalahan dari pihak sekutu. Waktu itu keadaan ekonomi Jepang sangat sulit, sehingga kebanyakan lagu yang muncul di negeri ini bersifat melankolis. Ketika sedang sedih, saya memutar lagu ini hingga menangis.
Capoeira musik : yaitu jenis musik perkusi yang sebenarnya menurut saya biasa-biasa saja. Namun ketika saya mendengar ini, saya tiba-tiba teringat dengan asyiknya berjogo ria.
Musik meditasi : yaitu musik khusus yang dibuat untuk meditasi. Alunannya pasti halus agar pelaku meditasi menjadi tenang serta dapat masuk kedalam perasaannya sendiri. Biasanya musik meditasi sengaja diisi dengan suara-suara angin, air, burung-burung, nyanyian ikan paus bungkuk, dan ikan lumba-lumba.
Celtic musik : yaitu musik yang sangat kuno yang diciptakan oleh orang eropa berbudaya Celtic. Menurut saya pribadi, ada nuansa ketulusan, kesungguhan, pengorbanan, dan cinta. Ada alat musik yang sangat khas dengan jenis musik ini yaitu Bag Pipe. Alat musik ini paling banyak ditemukan di Irlandia dan Skotlandia, suaranya tinggi lama, tidak terputus sama sekali. Enya adalah seorang penyanyi perempuan dengan suara seperti lonceng yang sering bernyanyi lagu-lagu Celtic. Saya sering menggunakan musik ini untuk mengiringi meditasi.
Beberapa musik Mandarin yang agak tua, tapi tidak tua sekali, saya juga senang mendengarnya. Saya senang sekali dengan cengkokannya.
Gregorian : ketika saya mendengarkan jenis musik ini, seakan-akan saya memasuki sebuah gereja batu besar yang lembab di abad pertengahan. Padahal seumur hidup, hingga saya menulis ini, saya hanya dua kali memasuki gereja.
Saya membutuhkan musik. Dengan musik hidup saya lebih berwarna. Setiap orang membutuhkan musik, setiap warga negara berhak atas musik. Mari bernyanyi bersama-sama, hilangkan semua duka lara.
Minggu, 22 Februari 2009
Mortal Combat De Jalan Batubara
Film itu diawali oleh perseteruan antara Eng dan Hen-hen, yaitu musuh bebuyutan yang sudah lama tidak akur. Dalam sebuah iringan musik Mortal Kombat yang menderu-deru, mereka bertarung sengit, saling tendang dan saling pukul. Lucunya adalah, karena Eng dan Hen-hen memiliki wajah oriental, maka film itu mengingatkan saya pada film-film tahun 70-an yang biasanya dibintangi Bruce Lee.
Yang paling asyik bagi saya adalah proses pengambilan gambar, koreografi dan editing. Dalam proses pengambilan gambar, saya sepenuhnya menentukan dari dari arah mana sudut kamera harus diambil. Dalam proses koreografi, saya menjadi penilai dari gerakan-gerakan matang yang sudah mereka (Eng dan Hen-hen) persiapkan. Dan dalam proses editing, karena saya yang mengerjakan sepenuhnya, maka saya senang bisa membelok-belokan cerita semau-maunya, sesuai dengan kehendak hati saya. hehehe. Tapi itu bukan berarti ngawur, setiap teknik dan gerakan harus disesuaikan dengan lagu yang menjadi background. Dan lagi jika kita serampangan memasukan adegan, lebih-lebih adegan konflik, maka akan jadi runyam deh.
Saya senang berkesempatan membuat sebuah film amatir bersama dengan rekan-rekan. Saya berterimakasih kepada Andika, Hen-hen dan Eng, mereka adalah orang-orang yang penting bagi film ini hingga bisa menjadi film yang layak di tonton. Saya berterimakasih kepada Bapak Hengky dan Ibu Lia yang telah berbesar hati meminjamkan halaman rumah mereka untuk kami. Kami sangat beruntung karena kami diijinkan oleh mereka untuk melakukan apa saja, agar kegiatan bikin film itu terlaksana, termasuk teriak-teriak sekuat-kuatnya.
Jumat, 20 Februari 2009
Capoeira De Singosari





Saya melihat beladiri ini untuk pertamakalinya di TV, di dalam film berjudul “Only The Strong”. Waktu itu saya masih duduk di bangku SMP, jadi setelah melihatnya saya langsung terkesima. Namun waktu itu saya tidak melakukan apa-apa, saya tidak tergerak untuk berlatih Capoeira. Baru pada sekitar tahun 1999 seorang teman menunjukan karakter Edi Gordo di permainan Tekken, Play Station. Dia adalah salah satu petarung dari Brazil yang memiliki gaya bertarung Capoeira. Sekali lagi setelah sekian tahun saya terkesima dengan Capoeira, namun kali ini saya melakukan sesuatu.
Pertama saya surfing di Internet, waktu itu tarifnya Rp.10.000 per jam, jadi saya harus menabung dulu untuk itu. Saya mencoba mencari tahu adakah organisasi Capoeira di Malang, hasilnya nihil, bahkan sejauh saya surfing itu saya tidak menemukan adanya Capoeira di Indonesia. Namun saya tidak putus asa, maka sayapun berkirim surat kepada kedutaan besar Brazil untuk mendapatkan segala informasi apa saja tentang Capoeira. Meskipun agak lama, namun orang kedutaan menanggapi surat saya dengan mengirimkan beberapa brosur tentang Capoeira, serta satu buah buku berjudul “Brazil In Brief”. Senangnya bukan main saya menerima hadiah itu. Saya juga berkirim surat kepada kedutaan besar Amerika serikat di Jakarta, barangkali mereka punya informasi tentang Capoeira, sekedar iseng. Eh tidak tahunya mereka juga menanggapi dengan berkirim surat, dengan satu lembar lampiran copy alamat web Capoeira di Amerika.
Saya juga membeli sebuah VCD Only The Strong dengan harga sekitar Rp.25.000. Karena tidak memungkinkan saya belajar langsung pada institusi Capoeira resmi, maka saya terpaksa belajar sendiri secara otodidak. Saya pergi ke sawah melakukan Ginga (baca jingga) berlama-lama di sana, belajar salto, coprol dan lain-lain. Saya merekam lagu Capoeira dari Only The Strong seperti “Paranave”, “Zoom-‘Zoom-Zoom”, dan “O’lele, O’lala” kedalam bentuk kaset pita sehingga dapat di dengarkan oleh teman-teman sekelas lewat tape compo. Alhasil beberapa dari mereka terpikat dan ingin berlatih Capoeira otodidak bersama saya.
Saya menyaksikan sebuah VCD tentang teknik-teknik Shotokan Karate-do yang didapatkan oleh teman saya dari organisasi mereka di Jakarta, untuk menyempurnakan teknik Karate para Karateka. Saya juga ingin mendapatkan VCD yang sama dari organisasi Capoeira. Maka saya berkirim surat ke San Francisco, ke sebuah alamat yang saya dapatkan dari kedutaan besar Amerika di Jakarta beberapa waktu sebelumnya. Saya memohon kepada mereka untuk mengirimi saya sebuah VCD yang berisi teknik-teknik tendangan Capoeira. Tetapi malang nasib saya karena saya tidak mendapatkan surat balasan apapun, mungkin saja surat saya tidak mencapai San Francisco. Pyuh..
Saya terus menerus latihan Capoeira dengan bersemangat hingga saya bergabung dengan Institusi resmi Aikido di Dojo Gading Kasrim – Malang. Hingga saat itu otak saya dipenuhi dengan Capoeira dan mengisi waktu saya di luar waktu belajar dengan Capoeira. Sepulang dari sekolah, saya sering sekali berlatih Capoeira otodidak dengan teman-teman. Tambah lama-tambah asyik, dengan Capoeira tubuh saya menjadi sehat dan kuat.
Pada tahun 2000 hingga tahun 2008, saya menghanyutkan diri pada latihan beladiri di Institusi beladiri sungguhan. Latihan-latihan itu membuat saya menjadi fanatik pada jenis beladiri Grappling atau gulat, dan memang bakat saya terletak pada Grappling. Namun walaupun begitu saya masih tetap senang dengan Capoeira. Memang porsi latihan Capoeira otodidak berkurang drastis dengan adanya prestasi di institusi beladiri Grappling Jiu-jitsu, namun walaupun begitu saya masih senang beladiri Capoeira dan sesekali berlatih tendangan Capoeira.
Pada awal tahun 2008, Capoeira masuk Singosari, yang dibawa oleh seorang guru Sekolah Menengah Islam. Saya segera bergabung dengan mereka. Senang sekali rasanya karena setelah sekian lama menunggu, akhirnya saya bergabung dengan institusi resmi Capoeira, serta berkenalan dengan banyak teman Capoeira. Namun keceriaan itu tidak berlangsung lama, pada bulan Maret saya mengalami kecelakaan di tempat kerja, sehingga saya menderita cidera lutut yang sangat parah. Dapat dilihat di foto negatif beberapa serpihan tulang persendian lutut kiri. Saya tidak dapat lagi berlatih Capoeira, lutut saya tidak dapat menahan beban yang berat atau tumbukan-tumbukan. Hingga saya menulis ini kaki saya masih sering kumat, mengalami ngilu jika terkena cuaca dingin. Sungguh ironis.
Kelebihan Capoeira : Indah, sangat berseni, menyehatkan, dan memiliki teknik tendangan berat yang mematikan.
Kekurangan Capoeira : dari segi teknik pembelaan diri, banyak tenaga yang harus dikeluarkan untuk membuat satu tendangan utuh.
Rabu, 18 Februari 2009
Hamburger Singosari
Kalau anak kecil Singosari masa kini sudah lumrah jajan Kwetiaw, maka saya dulu sudah bisa sangat senang dengan jajanan Orog-orog, Bledhus, Rangin, Gethuk Lindri, Jenang Sapar, Angsle, Uthuk-uthuk, Gethas, Gethuk Sate, Tiwul, Lupis, Kerupuk Upil, Es Tontong, Es Gandhul, Arbanat, Gathot, Puthu – Klephon. Jika ingin membeli Bak-Pao dan Hok Lo Pan (Terang Bulan/Martabak Manis), maka saya harus merengek-rengek, menangis sejadi-jadinya di depan ayah saya agar beliau mau membelikan saya jajanan mahal itu, sepulang dari kantor. Tapi itu bukan berarti tanpa resiko, kalau saya menangis di saat yang tidak terlalu tepat, misalnya ketika ayah saya sedang pusing, salah-salah saya malah kena Cethol, Ceples, Kuthek, Kethak, Jiwit, Kephles, Khampleng, Slenthik, dan hukuman fisik lain yang istilahnya sulit saya temukan dalam bahasa Indonesia
Sekarang sudah ada Hok Lo Pan dan Bak-Pao di Singosari, harganya-pun tidak terlalu mahal. Tidak hanya itu, sekarang anak petani pualing pelosok… pualing ujung Singosari…. mereka pasti sudah pernah makan Hamburger, Pempek Palembang, Rhonde, Sate Madura, Mie Ayam, Batagor Bandung, Roti Bakar Bandung, Tela-tela, Es Krim Kemasan. Jika dulu saya hanya mampu membeli buah Kedondong atau Juwet, maka anak sekarang bisa membeli Jeruk manis impor dari China.
Tidak apa-apa, tidak apa-apa, mari jajan rame-rame, coba segala jenis jajanan yang ada, biar hati senang, oke saudara? Tapi harus di kontrol, jangan banyak-banyak, karena banyak yang tidak sehat, mengandung pewarna.
Matrioska Rusia.
Kemudian Matrioska itu diberikan oleh Winto kepada adik saya yang bernama Lina. Dan kepada Lina, Winto memberitahu bahwa pemberiannya itu adalah oleh-oleh dari Rusia. Pada suatu hari yang lain Winto juga membawakan oleh-oleh dari luar negeri yang lain, yaitu dua ekor kelinci putih yang dibungkus dalam sebuah kantung wortel yang memiliki resleting yang dia beli sendiri di Chiang-Mai, Thailand. Selain itu, dia juga memberi Lina sebuah manik-manik Myanmar.
Karena pemberian dari Winto itu dirasa begitu berharga, maka Lina tidak berani memakainya untuk bermain. Dia menyimpan kenang-kenangan itu di dalam lemari, di satu kotak khusus bekas kardus sepatu yang bertuliskan “jangan dibuang, oleh-oleh dari luar negeri” . Selain itu, di salah satu sisi kotak dia juga menuliskan nama barang-barang apa saja, dari negara mana saja, beserta nama masing-masing ibu kotanya.
Kadang-kadang Lina menanyakan Koko Winto kemana? kenapa dia sudah lama tidak main ke rumah kami. Saya bilang bahwa Winto sedang sibuk.
Pelajaran baru, tidak semua hal yang berhubungan kekanak-kanakan itu jelek. Orang dewasa juga dapat mencontoh keluguan anak kecil, yaitu bahwa seorang anak kecil selalu mengenang orang-orang yang memberi mereka sesuatu. Ungkapan terimakasih mereka kepada pemberi mereka adalah dengan cara tidak melupakan orang tersebut. Kita juga harus bisa berperilaku demikian, ini adalah hal yang terpuji menurut saya.
Tuhan itu ada atau tidak ya?





Sudah jelas golongan-golongan “yang mengetahui” ini memiliki karakteristik yang sama, yaitu berhenti berpikir dan memandang rendah suatu pertanyaan. Jelas sekali terdapat dua golongan diantara mereka yang memiliki ciri khas yang hampir sama. Golongan yang satu adalah golongan penjawab. Ini adalah golongan orang-orang yang selalu berusaha menjawab pertanyaan tentang Tuhan dengan keyakinan serba pasti mereka. Bukannya merenungkan pertanyaan yang diajukan padanya, dia malah dengan enteng menjawab pertanyaan berat macam itu dengan dalil-dalil yang kaku. Orang-orang seperti ini biasanya adalah orang-orang fanatik pengikut faham keselamatan sendiri atau kebenaran sendiri, yang pantang berpikir melenceng dari ajaran yang dia terima.
Golongan yang berikutnya lagi adalah golongan yang berhenti bertanya, penganut faham nihilis. Yaitu orang-orang yang karena “sudah tahu betul” bahwa tidak ada yang namanya Sang Pencipta, maka dia tidak akan membuang-buang banyak waktunya dengan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan Tuhan. Segala pertanyaan tentang Tuhan adalah konyol dan tidak akan ada gunanya, bahkan sekadar untuk didiskusikan.
Lantas apa yang penting? Yang penting adalah pertanyaan itu sendiri. Pertanyaan mendorong kita untuk selalu meraba-raba, melatih kita untuk selalu berpikir, dan membuat kita menjadi lebih dewasa. Dan yang terpenting adalah bahwa pertanyaan itu sendiri mengindikasikan bahwa kita peduli. Untuk itu bertanyalah tentang apa saja, mulailah berdiskusi dengan banyak orang, jangan menilai rendah kepada siapapun yang sedang berbicara dengan kita, bahkan jangan menilai apapun yang sedang dia bicarakan. Pokoknya jangan menghakimi apapun, penghakiman hanya membuat kita semakin kolot dan berpotensi mengukuhkan ego kita.
Dengarkan orang bicara dengan penuh ketulusan, bawa pelajaran dari pembicaraan itu kedalam perenungan malam sebelum tidur, ambil manfaat dari perenungan itu dan praktikan dalam kehidupan sehari-hari.
Sekedar unek-unek orang ndeso yang tidak berpendidikan, yang tidak mengerti banyak hal tapi asal nyeplos.
Selasa, 17 Februari 2009
Idhul Adha Kelabu



Tradisi berkurban dilaksanakan pada bulan besar dalam tanggalan Jawa, saya tidak tahu persis pada bulan apa kurban dilaksanakan dalam kalender Hijriyah. Pada hari H pelaksanaan penyembelihan hewan kurban dilakukan setelah Shalat Idhul Kurban. Setahu saya hewan kurban yang di korbankan adalah kambing kacang (wedhus jowo), Domba (wedhus gibas), dan sapi. Tapi dalam pelaksanaannya diperbolehkan juga unta dan kuda. Daging dari hewan kurban itu akan dibagi-bagikan kepada para fakir miskin.
Saya sangat setuju dengan ide berbagi kepada para fakir miskin, karena ini adalah satu contoh perbuatan yang baik dan terpuji. Hanya saja dengan mengorbankan hewan kurban baik itu kambing ataupun sapi, membayangkan Kurban tahun lalu saja saya sudah merinding.
Apabila ide dari berkurban itu adalah diniatkan untuk membantu para fakir miskin, maka uang kurban yang beratusan juta itu bisa dipakai untuk membangun infrastruktur penting seperti klinik kesehatan, perbaikan posyandu, sekolah-sekolah di daerah tertinggal, MCK, perpustakaan umum, mobil baca, dan lain-lain. Pengalokasian dana pada sektor-sektor tersebut dapat berpotensi membantu orang miskin secara optimal, lebih mengena serta lebih tahan lama.
Daging memiliki nilai ekonomis yang sangat kurang, serta terlalu ekstravagansa jika dihubungkan dengan kegiatan membantu rakyak miskin. Untuk ukuran orang-orang di daerah saya, harga daging jauh lebih mahal enam hingga delapan kali lipat dari harga beras. Tentu saja orang miskin lebih membutuhkan beras dari pada daging, dengan asumsi harga satu kilo daging yang dikonsumsi satu keluarga bisa habis terkonsumsi dalam waktu tiga hari, maka harga itu bisa menghidupi keluarga miskin selama delapan hari. Harga daging 1 kg diatas Rp.35.000, sementara harga beras 1 kg adalah Rp.5000.
Dari sudut pandang perikemanusiaan kepada sesama mahluk, pemandangan hewan dipinggir jalan yang akan dijual untuk dikorbankan, sungguh sangat memilukan. Sulit bagi saya untuk mengerti bagaimana hewan-hewan itu dikumpulkan menjadi satu, ditaksir harganya, di diangkut dan disembelih. Memang sepertinya ini adalah hal sepele, yaitu keberadaan hewan-hewan itu, mau diapakan saja mereka, kita tidak akan terlalu banyak tersentuh, karena mereka itu hewan. Namun jika kita mau duduk di sebelahnya berlama-lama, mengelus kepalanya , memperhatikan perilaku hewan itu, memperhatikan raut mukanya, bagaimana mereka melindungi dan menjaga anak-anaknya, maka sepertinya mereka tidak jauh berbeda dengan kita umat manusia.
Hewan-hewan itu juga memiliki keinginan, ketakutan, serta kasih sayang, sekurang-kurangnya kepada anak-anak mereka. Setiap kita menginginkan daging untuk menyenangkan lidah kita atau untuk mengenyangkan perut kita, maka kita harus membunuh salah satu diantara mereka. Mengasihani apapun baik itu manusia ataupun hewan, berarti menajamkan perasaan, bukan pikiran. Apabila pikiran kita mengatakan bahwa hewan tidak perlu dikasihani karena mereka adalah makanan lumrah manusia, maka ya eksploitasi jadinya, manusia mengeksploitasi hewan. Namun apabila kita mau merenungkan sebentar, serta mendengarkan benar-benar suara hati kita, maka kita akan merasa terpanggil untuk bersimpati kepada mereka dengan melakukan tindakan semaksimal mungkin untuk tidak ikut campur dalam kegiatan mengeksploitasi.
Bagaimanakah caranya? Salah satunya adalah dengan cara tidak memakan daging, alias vegetarian. Dengan berpantang memakan daging, berarti kita memutus keikut sertaan kita dalam kegiatan penghilangan nyawa mahluk hidup.
Lalu bagaimana dengan perintah agama untuk berkurban pada hari raya kurban? Jika saya termasuk orang yang termasuk dalam syarat untuk berkurban, maka saya akan berkurban juga. Jika pada situasi biasa saya harus mengorbankan dua ekor kambing seharga dua juta rupiah umpamanya, maka saya akan mempergunakan uang saya dua juta rupiah itu untuk membeli beras atau minyak goreng atau elpiji untuk saudara-saudara miskin saya. pemberian itu lebih mengena, juga tidak ada satu nyawapun yang harus melayang karenanya. Insya Allah Tuhan bisa mengerti, karena katanya Dia adalah maha mengerti. Saya hanya berusaha yang terbaik untuk melakukan yang terbaik menurut hati nurani saya, sebagai kesetiaan saya kepada Tuhan. Jika saya mencintai Tuhan saya, maka saya juga harus menjaga dan mencintai mahluknya.
Sabhe satta bhavantu sukhi tatta.
Wasalamualaikum.
Pak Soemarsono Berganti Baju
Beberapa bulan yang lalu sebelum saya mengetik ini, Pak Soemarsono melepaskan jubahnya, kemudian sehari-harinya dia memakai pakaian biasa, sebagai pertanda bahwa beliau tidak lagi menjadi anggota “para pengabdi”. Namun itu bukan berarti dia tidak mengingkari keyakinan dia terhadap agamanya tersebut, hanya saja dia merubah penampilan dan gaya hidupnya saja. Tidak beberapa lama kemudian dia menikah dengan seorang perempuan yang juga saya kenal, orangnya sangat baik lagi ramah. Kemarin saya pergi untuk bersilaturahmi kepada mereka, dan saya melihat bahwa mereka sangat bahagia. Nah melihat kebahagiaan mereka itu, saya bilang pada Pak Soemarsono bahwa saya pun ikut berbahagia.
Namun menurut cerita beliau, tidak semua orang berbahagia seperti saya ketika orang tersebut melihat mereka berdua berbahagia. Teman-teman beliau yang dulu sangat dekat dengan beliau, mendadak berubah sikap ketika Pak Soemarsono merubah penampilannya. Mereka menjadi canggung untuk bertemu beliau, dan kecanggungan itu tampak jelas pada raut muka mereka. Pendek kata ada beberapa orang yang tidak memberikan penghormatan dengan kadar yang sama baik kepada Pak Soemarsono seperti sebelum dia melepaskan jubahnya dulu. Isu-isu pun bertebaran.
Kadang-kadang orang bisa menjadi kaku dan sedemikian fanatik kepada suatu bentuk tradisi atau agama tertentu. Mereka dapat bertindak kejam dengan menghianati hubungan pertemanan dengan kawan lamanya yang kini kebetulan tidak memiliki idealis yang sama. Padahal agama selalu mengajarkan kepada para pengikutnya untuk berbuat baik kepada siapapun . Tetapi orang cenderung lebih ingin membuat dirinya sendiri sedemikian fanatik, sehingga dia lebih memperhatikan ritual saja, dari pada mengambil hikmah dari pelajaran beragama.
Dalam hati, saya mengkritik pedas pada orang-orang yang berpaling pada Pak Soemarsono hanya karena beliau merubah penampilan beliau. Mengapa mereka dapat melakukan ini semua, padahal Pak Soemarsono adalah orang baik dan bermartabat, yang selalu berbuat baik kepada siapapun. Orang-orang tersebut tidak pernah dengan tulus menghormati Pak Soemarsono dari hati kehati. Mereka hanya menghormati jubah dan jabatan Pak Soemarsono sewaktu dahulu beliau menjadi pemuka agama.
Setiap kita berteman dengan siapapun, hendaknya kita selalu berusaha untuk berteman dengan hati. Sedapat mungkin kita tidak berteman dengan seseorang hanya karena kita sedang membutuhkan dia, artinya kita berteman dengan seseorang karena kita meinginkan berteman dengan pribadi orang yang menjadi teman kita itu, bukan dengan bentuk sosoknya tersebut. Jika kita menjadi cocok bertemanan dengan seseorang, maka sebaiknya kita tidak lagi peduli dengan seperti apa penampilan dia, kaya atau miskin, dari ras apa, suku apa, itu semua tidak akan berguna bagi kita juga bagi dia.
Hormati perasaan temanmu, jangan pernah menghianati dia
Gak taek-taekan...!
Ojok gampang-gampang nyerah ambek roso loro, roso bosen, utowo roso ora telaten. Wis lumrah nek berjuang iku loro rasane… tapi gak dadi opo, pokoke ojok nyerah! Sing sabar, sing tawakal, tur ojok lali ambek kekarepanmu. Lek pas koen nganggur ora lapo-lapo, ojok lali angen-angenen nggonmu andhuweni kekarepan. Rencanakno sing temenan, sitik gan sitik lakonono nganti telaten, sing gelek bergaul lan kekanchan ambek akeh wong supoyo wawasanmu iso luas, tur ora gampang diakali.
Sing gemi, ojok boros-boros nang dhuwik. Tukuo celengan kanggo nyimpen dhuwikmu, utowo lek gak ngono mbuka’o rekening bank. Nyelengi iku penting artine, sebab lek koen nyelengi, koen termasuk nglatih awakmu bertanggung jawab nang nggone awakmu dhewe. Dadi koen luwih iso ngatur perencanaan kanggo masa depanmu dhewe.
Nek secara keuangan koen durung kuat, ojok cobak-cobak pacaran, luwih-luwih rabi. Dengan adanya koen pacaran iku maeng, koen malih tambah gopok, ga iso maju, tambah males, tambah ngalem, ambek tambah cengeng. Terus maneh, biasane arek sing pacaran iku mau, gaiso ngendalekno pengeluarane, alias boros. Sebab dino-dino mek seneng-seneng, dolen mrono-mrene ngentekno bengsin. Dhuwike tambah kalong, pikirane tambah suwe tambah koplo, utek’e di iseni hal-hal sing berbau kemesraan, utowo cinta monyet. Malah rugi.
Durung ngkok lek tukaran barang ambek pacare, ngentekno dhuwit puluhan ewu gae pulsane HP, ora eman mek digawe engkel-engkelan geger telek, ora ono jluntrungane. Wis pikirane kesel digawe mikirno tukaran, dhuwite ilang, kari getune.
Wis gak taek-taekan...! ojok kakean macem ambek uripmu. Sing penting dilakoni ae, sing sederhana, sing tabah. Sing kuat lekmu tirakat, sing kuat lekmu njaluk, ojok kakean turu.
Sahabat-sahabatku anak-anak Tae Kwon Do (bagian satu)
Eng Ari Yohan (kiri)
Sahabat-sahabatku anak-anak Tae Kwon Do
Awalnya saya bercerita kepada Eng bahwa saya memiliki seorang sahabat praktisi Tae Kwon Do, nama nya Dudik. Saya bilang sama Eng bahwa akan sangat bermanfaat apabila dia saya pertemukan dengan Dudik, agar mereka bisa saling belajar bersama, dan bertukar pengetahuan. Saya usulkan dalam pertemuan itu, sebaiknya mereka saling menjajal kemampuan mereka dengan melakukan sparring, sehingga mereka bisa mendapat pelajaran berharga dari memperhatikan gaya bertarung masing-masing.
Menurut pengamatan saya, Dudik memiliki keunggulan tertentu yaitu memiliki kematangan tubuh cukup jika dibanding dengan Eng. Dulu saya pernah latihan intensif dengan Dudik hingga beberapa bulan lamanya. Saya tahu betul seberapa kuat fisik anak ini, seberapa cepat, kuat dan akurat tendangannya. Tendangan saya yang memiliki background Capoeira otodidak, sama sekali tidak berdaya menyamai keampuhan tendangan Tae Kwon Do Dudik. Eng memiliki keunggulan dalam pemahaman akan sistem yang berlaku pada beladiri Tae Kwon Do, namun dia belum memiliki tubuh sekuat Dudik karena badan dia belum berhenti bertumbuh. Tapi kelihatan sekali bahwa Eng memiliki semangat yang luar biasa kuat untuk memahami mekanisme perkelahian nyata, dan dia tidak hanya puas dengan kemampuan menendang yang saat ini dia miliki. Eng ingin berimprovisasi.
Saya merasa kasihan dengan Dudik. Dia adalah seorang fighter Tae Kwon Do yang mencintai Tae Kwon Do dengan sepenuh hatinya. Dia memiliki motivasi tertentu, bahwa dia ingin memiliki kemampuan yang cukup untuk membela dirinya dengan mengandalkan beladiri Tae Kwon Do. Namun tuntutan situasi dan kondisi tidak memungkinkan dia untuk bisa aktif mengikuti organisasi beladiri ini. Dudik pada waktu saya menulis ini, dia adalah seorang buruh pabrik perusahaan Jepang, yang harus bekerja ekstra keras untuk mencukupi kebutuhan keluarganya. Sepulang dari perusahaan, bapak dua anak ini masih harus bekerja lagi menunggu stand buah miliknya. Tidak ada waktu lagi untuk Tae Kwon Do.
Untuk itulah hari ini saya berniat mempertemukan mereka, Dudik dan Eng, dua sahabat dekat saya yang saya cintai. Namun sayang sekali, Dudik sudah berusaha datang tepat waktu yaitu jam 10.15, namun Eng berhalangan untuk datang tepat waktu karena dia ada urusan di kampusnya. Eng baru datang sekitar jam 12.00 siang, nah pada jam segitu tempat yang akan kami pakai untuk berlatih bareng akan dipenuhi oleh siswa yang baru pulang dari sekolah, jadi jadwal latihan hari ini kami delay. Hari ini kami bersepakat untuk bertemu lagi pada hari selasa minggu depannya, tanggal 24 Februari 2009. Eng ingin menjajal kemampuan Dudik, mereka akan bertarung dalam perkelahian sungguhan dalam style Tae Kwon Do, dengan peraturan mereka sendiri. Mereka akan saling mempersiapkan diri untuk tanggal itu.
Bersambung...
Minggu, 15 Februari 2009
Ketahuilah bahwa mereka juga mahluk hidup, seperti kamu
Untuk itu kita tidak usah terlalu menghiraukan mereka
Mau disembelih, mau dicat, mau diinjak… terserahlah..
Namun kawan, lihatlah… mereka ini mahluk hidup yang lemah
Mahluk hidup yang memiliki rasa lapar, haus dan sakit
Juga senang, gembira dan bahagia
Ya betul mereka lemah, tetapi masih memiliki perasaan
Dulu saya juga tidak percaya dengan ini semua
Namun setelah melihat mereka, saya tidak dapat lagi merasa tidak peduli
Berikan kesempatan sobat-sobat kecil itu untuk menikmati kehidupan
Berikan kesempatan pada mereka untuk menghirup napas kehidupan
Biarkan mereka berlarian bahagia kesana-kemari
Berikan belas kasih kita kepada mereka
Setitik belas kasih kita, adalah berkah bagi mereka

Saya mahluk hidup seperti layaknya anda
Kasihanilah saya, mohon perlakukan saya dengan lembut
Jangan anda sembelih saya, jangan anda injak saya, jangan anda lindas saya, jangan anda cat badan saya, janganlah anda memakan saya ...
Saya hanya ingin hidup...
Stop Rasisme Eksklusivisme

Tidak menjadi masalah warna matanya hitam, coklat, biru, hijau, atau abu-abu
Tidak menjadi masalah apakah dia pendek atau jangkung, gendut atau langsing
Tidak menjadi masalah warna kulitnya hitam, kuning, putih, coklat, atau merah
Tidak menjadi masalah dia adalah Arab, Cina, Bule, Melayu atau Orang Timur (Ambon, Flores)
Mereka kawan Indonesiaku, kawan duniaku
Tidak menjadi masalah apakah dia cacat, buta, pincang, bisu atau tuli
Tidak menjadi masalah dia kaya atau miskin
Tidak menjadi masalah dia berbahasa Inggris, Ngoko, Tagalog, Hindi, Aramaic, Ibrani atau Mandarin

Tidak masalah dia pengikut Tao, Nasrani, Islam, Budha, Hindu atau pengikut agama apa saja
Tidak menjadi masalah dia percaya Jesus, Sidharta, Zarastutra, Muhammad, atau Kongfucius
Tidak masalah dia menyembah Allah, Krishna, Yahwe, atau Pokja
Bahkan tidak masalah dia tidak menyembah apapun
Mereka adalah Temanku, Sahabatku, Saudaraku
Aku mengasihi, menyayangi dan melindungi kawan-kawanku.
Sabtu, 14 Februari 2009
ProFauna Indonesia

Kasih Sayang Kepada Sesama
Kami segera meluncur menuju Lawang, beberapa saat sebelumnya dua orang lagi bergabung dengan kami, yaitu si kembar Okky dan Dony. Hujan semakin deras, temperatur menurun, meskipun kami memakai mantel hujan, namun baju kami masih basah kuyup. Dalam keadaan kedinginan, saya terbatuk-batuk mengawasi pelataran toko, sementara Slamet berjuang mengendalikan skuter tua saya yang mengalami masalah pada persnelingnya. Tidak lama kemudian kami melihat beberapa orang gelandangan. Setelah kami hitung jumlahnya pas empat orang (namun beberapa saat kemudian, ketika hari semakin malam, jumlahnya malah membengkak).
Kami beri mereka, para gelandangan itu makanan, masing-masing satu porsi nasi pecel hangat dan satu bungkus plastik teh panas. Kami sengaja mencari makanan yang lebih murah, agar kami dapat memberi makan gelandangan lebih banyak dan lebih lama, maklum karena dana yang kami miliki sangat sedikit. Kami bergiliran memberi makanan kepada para gelandangan itu. Pertama Slamet, kemudian Dony, kemudian Okky, dan kemudian Slamet lagi, sementara saya bertugas mendokumentasikan kegiatan itu. Para gelandangan itu rupanya kelaparan dan belum memakan apa-apa malam itu, dan itulah mengapa beberapa dari mereka langsung membuka bungkus nasi itu, lantas makan dengan lahapnya.
Apa yang kami lakukan adalah sekedar hal kecil yang sama sekali tidak akan membawa perubahan besar pada mereka, kami sadar akan hal itu. Sebaik dan sekeras apapun kami berusaha membantu gelandangan, kami sangat pesimis bahwa gelandangan dapat hilang dari kota kami. Terlalu banyak permasalahan yang dimiliki manusia, serta terlalu sedikit sumberdaya yang kami miliki. Bukan alasan-alasan seperti “memerangi kemiskinan” yang menjadi idealisme kami, sama sekali bukan. Hanya saja hati muda kami terpanggil untuk membantu mereka sebisa kami, yaitu orang-orang susah yang tidak memiliki tempat untuk sekedar berteduh dari hujan dan panas, orang-orang malang yang tidak tersentuh oleh lembaga sosial serta lembaga keagamaan manapun, orang-orang bernasib buruk yang luput dari perhatian banyak orang. Kali ini kami hanya bisa berusaha membuat mereka tidur dalam keadaan kenyang, itupun tidak semua orang, dan tidak setiap hari. Namun kami berharap bahwa suatu hari nanti kami dapat melakukan hal yang jauh lebih bermakna untuk mereka.
Yang lebih penting lagi untuk dimengerti adalah bukan seberapa efektif apa yang kami lakukan untuk mereka, namun seberapa efektif kegiatan ini berdampak kepada psikologis kami. Okky dan Dony berusia 23 tahun, saya 26 tahun, sementara Slamet masih berusia 18 tahun, tetapi dengan adanya kegiatan ini, kami sama-sama telah benar-benar mengalami pengalaman empiris bersentuhan secara langsung dengan orang-orang yang menderita. Kami tidak hanya mendengar dari orang lain tentang kisah suatu penderitaan hidup yang tragis, namun kami menyaksikan dengan mata kepala sendiri suatu tragedi yang dialami oleh seorang manusia, sehingga mereka menjadi terlantar dipinggir jalan seperti itu.
Tentunya kegiatan seperti ini syarat dengan pelajaran berharga bagi jiwa muda kami. Salah satu pelajaran berharga yang kami dapatkan adalah, bahwa kami merasakan kebahagiaan secara mendalam ketika kami bisa memberikan sesuatu yang dapat membuat para gelandangan itu sedikit berbahagia. Pesannya adalah bahwa merupakan satu kebutuhan rohani bagi manusia untuk saling berbagi, merasa kasihan, merenungkan penderitaan dengan orang lain, serta bertindak nyata untuk mengurangi penderitaan orang lain itu. Okky, Dony, dan Slamet merasa terpanggil untuk mengabarkan kepada teman-teman sekampung mereka tentang pesan serta pelajaran mulia yang mereka dapatkan dari pengalaman mereka itu. Saya sendiri tergerak untuk menulis ini agar bisa anda baca, dengan harapan tulus agar anda juga bisa melakukan sesuatu seperti yang kami lakukan.
Tidak usah terlalu rumit berencana atau terlalu neko-neko untuk membantu orang-orang terlantar tersebut, mereka tidak membutuhkan itu, dan mereka akan kelelahan karena terlalu lama menunggu rencana anda. Turunlah ke jalan malam ini juga, belanjakan sekedar beberapa ribu rupiah anda untuk membeli sebungkus nasi murahan, berikan kepada para gelandangan itu. Sementara mereka bisa tidur tanpa perasaan kelaparan, anda pun dapat tidur dengan nyenyak karena anda telah melakukan sesuatu yang sangat mulia, yang sangat sedikit orang yang mau melakukan. Bayangkan jika banyak orang yang melakukan ini, tidak akan lagi kelaparan, jumlah ke-egois-san juga akan sedikit meluntur.
Jumat, 13 Februari 2009
Pacaran Sambil Merokok
Fenomena orang berpacaran juga hampir sama seperti fenomena orang merokok, mereka dapat kita jumpai di mana-mana. Mulai dari tempat kerja hingga WC, atau bahkan tempat-tempat yang jelas-jelas terlarang untuk berpacaran. Jadi berpacaran adalah semacam kegiatan yang dilakukan bersama-sama oleh dua orang yang katanya saling mencintai. Dalam beberapa kasus, pada beberapa pasangan tertentu, utamanya pasangan pemuda, seringkali pacaran menimbulkan sedemikian banyak resiko. Adapun resiko tersebut adalah kehilangan waktu untuk belajar lebih banyak tentang kehidupan, menjadi naïf, cengeng, menjadi pemimpi, serta menjadi lemah secara emosinal maupun finansial. Bagi para pemuda belia kebanyakan, saya terheran mengapa mereka mempertaruhkan memiliki peluang masa depan mereka yang gemilang hanya untuk merasakan emosi sesederhana ini. Apakah mereka kecanduan cinta, apa sih yang menjadi penyebabnya?
Pacaran…? kadang-kadang saya bingung dengan apa makna sebenarnya istilah pacaran ini. Seringkali saya kesulitan mengenali perbedaan arti antara pacaran, persahabatan, dengan persaudaraan. Mengapa jika laki-laki dan perempuan yang dianggap “jadian” bisa diangap sebagai pasangan pacaran? Sementara laki-laki dengan laki-laki, perempuan dengan perempuan yang saling cocok satu dengan lainnya, hanya bisa dianggap bersahabat atau bersaudara?
Saya jadi menebak-nebak, apakah mungkin dalam opini mayoritas bahwa istilah pacaran selalu disepakati sebagai hubungan dua insan berbeda jenis kelamin, yang seringkali diwarnai dengan membuang waktu bersama-sama, yang saling tertarik untuk merasakan hal-hal yang berhubungan dengan emosi, ngomong ngelantur bersama, melakukan hal konyol bersama, saling berboncengan kesana-kemari tidak tentu arah, saling memboroskan uang bersama, saling memboroskan pulsa telepon genggam, saling bermesraan, saling mengucap janji, saling membual, saling bertengkar, saling mengambek, saling rujuk, bersama bersatu menjadi pasangan egois yang menganggap “dunia milik kita berdua”… atau hal-hal yang semacam itu?
Sebagian dari para pemuda menjalani hubungan berpacaran semata hanya untuk kepentingan jangka pendek yaitu hanya untuk urusan berpelesir saja, sekedar tidak ingin dianggap ketinggalan jaman, atau biar dianggap gaul, lalu terjebak kedalam emosi yang merugikan. Tentu saja sebagai anak manusia mereka ingin memperoleh sesuatu yang bermanfaat dari hubungan berpacaran itu selain hanya kesenangan jangka pendek saja, namun apa yang seringkali mereka dapat? Seringkali mereka malah saling terikat diantara mereka sendiri, semakin tidak mandiri, dan sama-sama menjadi pribadi yang lemah serta bebal.
Mereka banyak kehilangan waktu untuk belajar banyak hal yang penting bagi kehidupan mereka. Dalam banyak kasus, permasalahan akan membuat orang menjadi semakin kuat, karena orang yang bersangkutan tegar dan mau belajar. Namun bagi kebanyakan pasangan muda, ketika mereka sedang tertimpa suatu permasalahan atau gonjang-ganjing, mereka akan menjadi rapuh dan cengeng. Alih-alih merenungkan jalan keluar dari permasalahan dengan cara yang paling bijaksana dan bertanggung jawab, mereka malah mengandalkan emosi dan cenderung saling menyalahkan pasangan mereka masing-masing. Jika sudah seperti ini, mereka lantas berperilaku layaknya seorang anak kecil, yaitu saling bertengkar dan saling mengutuki pasangan mereka. Perilaku mereka sama persis dengan pecandu rokok yang kena batuk hebat, atau sesak napas akut. Dalam keadaan sakit, perokok akan bersumpah serapah mengutuki rokok, namun setelah sembuh, mereka akan kembali merokok lagi.
Seperti halnya rokok yang sangat berpotensi membuat seseorang menjadi kecanduan dan menggiring pecandunya pada hal-hal yang negatif, berpacaran pun memiliki dampak yang sama. Pasangan pacaran mengalami saling kecanduan diantara mereka sendiri. Mereka akan merasa gundah apabila sehari saja mereka tidak bertemu, pikiran mereka akan dipenuhi dengan kecemburuan yang tidak masuk akal. Ketergantungan itu tidak membawa mereka kemanapun kecuali kepada kemunduran diantara mereka sendiri. Saya beropini bahwa jenis berpacaran dengan model yang seperti ini, yaitu di mana sebagian besar pemuda hampir membuang separuh dari masa mudanya untuk berpikir, berperilaku, berkehendak, dan bertimbang-timbang untuk urusan-urusan yang sepele sehubungan dengan pacaran… adalah membuang-buang waktu. Seringkali banyak pemuda tidak sadar bahwa dia telah mencandu secara kronis dengan segala hal yang berkaitan dengan pacaran, melupakan cinta lama, kemudian berpetualang mencari cinta baru, demikian berulang-ulang. Tahu-tahu mereka sudah berada dalam usia cukup matang, badan mereka kelihatan cukup tua, tetapi kesadaran mereka masih seperti seorang anak kecil, tidak banyak pelajaran hidup yang mereka dapatkan.
mungkinkah berpacaran itu dipandang sebagai latihan “berkeluarga”, untuk saling menyelaraskan jalan berpikir antara laki-laki dan perempuan, sehingga diperoleh suatu pelajaran berharga untuk menjadi seorang manusia yang normal seutuhnya . Mungkin pengertian akan konsep berpacaran yang seperti inilah yang kemudian bisa dianggap mulia, artinya bahwa konsep berpacaran inilah yang mengandung kesungguhan dan memilki tujuan jangka panjang kedepan yang terarah, lagi berencana.
Maka berpacaran pun harus dianggap sebagai sesuatu yang serius, dan harus diseriusi. Selain kita harus setia dengan pacar, kita juga harus berbuat sesuatu yang nyata untuk mendukung kemajuan pacar kita. Sehingga keduanya sama-sama untuk saling mendorong untuk berkembang menjadi pribadi yang dewasa dan bijaksana. Diantara laki-laki atau perempuan itu, mereka harus sering-sering membicarakan suatu topik yang dalam , logis, serta membangun, sehubungan dengan jalur-jalur yang ingin mereka lalui , sehingga mereka tidak dikuasai oleh emosi-emosi konyol yang selalu membuat mereka maju dan mundur. Goyang pocho-pocho. Tolaklah semua emosi yang tidak logis.
Cerita dari saudara kembar Dimitri & Oleg.
Seorang teman dari dataran tinggi Sandenburg yang bernama Benjamin Sergei, dia pernah bercerita. Di sebuah negara di eropa yang bernama Georgia terdapat sepasang saudara kandung kembar laki-laki. Mereka bernama Dimitri Kaleshnikov Wikovsky dan Oleg Kaleshnikov Wikovsky , usia mereka dua puluh tahunan awal, mereka berasal dari keluarga ekonomi menengah bawah di Distrik Grasneiy Graj.
Ketika cerita ini sedang disusun Georgia sedang bersitegang dengan negara tetangganya Russia. Anggaran belanja negara disedot pada keperluan pertahanan, sehingga ekonomi negara dalam keadaan payah. Harga barang penunjang kehidupan menjadi agak mahal, banyak pemuda yang menganggur, diantaranya adalah Dimitri dan Oleg. Sebenarnya Dimitri dan Oleg tidak benar-benar menganggur, ada beberapa pekerjaan yang mereka lakukan tapi penghasilannya sangatlah kecil, bahkan merekka tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar mereka, sehingga mereka harus mengandalkan orang tua mereka.
Meskipun dalam keadaan ekonomi yang sangat menusuk dada seperti ini, namun tidak ada indikasi bahwa Dimitri dan Oleg serius dalam menata kehidupan mereka, atau berinisiatif memajukan kualitas kehidupan mereka menuju taraf yang lebih baik. Malah mereka cenderung memboroskan banyak uang, serta membuang-buang waktu belajar mereka dengan berpacaran dengan pacar-pacar mereka. Dimitri berpacaran dengan Erendin, sementara Oleg berpacaran dengan Lithuania. Erendin dan Lithuania adalah gadis biasa-biasa saja dengan karakter-karakter mereka yang tidak terlalu menonjol.
Apa yang mereka lakukan dalam kebersamaan mereka? kata mereka sendiri sih banyak hal, mereka sendiri mengaku bahwa mereka banyak melakukan hal positif bersama untuk memajukan kualitas kehidupan mereka. mereka mengatakan ini dengan sangat antusias.
Namun Benjamin Sergei, seorang teman dari Dimitri dan Oleg, dia tidak menilai demikian. Dalam penilainnya pribadi, Benjamin beranggapan bahwa Dimitri dan Oleg adalah saudara kembar yang sama-sama bodoh yang merasa nyaman dengan status kuo mereka akibat pengaruh candu dari hubungan mereka dengan pacar-pacar mereka. Hasil dari pantauan dari Benjamin itu, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa mereka tidak pernah sadar bahwa mereka telah membuang milik mereka yang berharga, yaitu waktu muda mereka. Dengan entengnya mereka mengumbar waktu mereka bersama pacar mereka, untuk melakukan hal yang remeh temeh, berbicara melantur kesana-kemari, pergi naik motor berlama-lama tanpa tujuan yang sangat penting. Seringkali Dimitri dan Oleg diminta oleh pacar-pacar mereka untuk sekedar menjadi “sopir pribadi” bagi pacar mereka.
Dimitri dan Oleg adalah dua pribadi yang lemah yang kecanduan dengan dua orang gadis yang lemah juga. Pergaulan diantara mereka tidak membawa mereka mana-mana, tidak ada satupun diantara mereka yang mampu berinisiatif untuk memajukan diri mereka. Alih-alih memikirkan suatu perencanaan tentang masa depan yang membangun dan teratur, mereka malah cenderung menghanyutkan diri pada suasana, seakan-akan mereka membiarkan diri mereka diatur oleh takdir. Mereka hanya mau enjoy saja dalam suasana apapun yang melingkupi diri mereka, dengan tidak banyak melakukan tindakan yang berarti.
Padahal Dimitri dan Oleg pernah mengungkapkan suatu kekecewaan mereka kepada Benjamin atas nasib mereka yang yang tidak pernah mengalami perubahan, dan malah cenderung mengalami kemunduran. Mereka pernah berkata bahwa mereka mendambakan suatu perubahan gaya hidup untuk menjamin agar impian mereka tercapai semuanya. Benjamin menyaksikan sendiri bahwa Dimitri dan Oleg sangat mendambakan untuk menjadi pribadi yang lebih maju dan serius. Namun Benjamin juga menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri bahwa mereka tidak pernah melakukan usaha-usaha yang serius untuk mebuat diri mereka menjadi lebih baik. Jika tidak sedang bersama pacar mereka, maka mereka lebih banyak meluangkan waktu mereka untuk main game atau tidur. Ini adalah indikasi bahwa mereka sangat tercandui oleh pacar mereka. Jadi tanpa kehadiran pacar-pacar mereka itu, mereka akan segera bosan dengan kesendirian mereka, dan menjadi tidak berdaya untuk melakukan sesuatu yang berguna. Itulah mengapa dalam kesendiriannya, mereka cenderung membuang waktu mereka untuk main game atau tidur.
Dua puluh tahun berikutnya
Dimitri telah menikahi Erendin, dan Oleg telah menikahi Lithuania. Mereka semua dikaruniai dua anak yang cerdas lagi rupawan. Mereka adalah keluarga yang biasa saja, tidak kaya namun juga tidak miskin. Dimitri bekerja di Vratska Dokyard sebagai tukang las, sementara Oleg bekerja sebagai serabutan di pertanian Hidroponik di Distrik Kiev. Segala hal dalam keluarga itu terlihat normal-normal saja kecuali kenyataan bahwa mereka bosan dengan keadaan mereka yang sama, terus-menerus sepanjang tahun. Dimitri dan Oleg selalu diekori oleh perasaan malu, karena mereka gagal menjadi orang yang serius, sesuatu yang mereka anggap sebagai suatu kemuliaan.
Sekarang Dimitri dan Oleg berumur empat puluh lima tahun-an, bekerja terus tanpa henti, namun tidak ada jaminan mereka mampu menyekolahkan anak mereka setinggi setinggi anak-anak mereka. Bagaimana dengan cita-cita mereka? hmm sejak beberapa tahun setelah pernikahan mereka, cita-cita itu mulai luntur dengan sendirinya. Sekarang tidak ada lagi yang namanya cita-cita, yang ada adalah masa-masa penantian panjang membosankan menunggu kematian. Bagaimana dengan anak-anak mereka? Juliana, Igor, Nikita, Boris, Sophia, dan Gregory, mewarisi mental orang tua mereka, yaitu memiliki pribadi yang lemah, berpacaran dengan pemuda dan pemudi yang lemah pula.