Selasa, 17 Februari 2009

Pak Soemarsono Berganti Baju

Pada agama tertentu, pemuka agamanya diwajibkan memakai jubah tertentu sebagai identitas bahwa dia adalah seorang pengabdi pada aturan-aturan atau sistem agama yang dia anut. Menurut tradisi dan aturan dalam agama itu, seorang pengabdi yang memakai jubah seperti itu, dia tidak diperkenankan untuk menikah. Saya mengenal dengan baik salah satu diantara mereka, orangnya baik, dan ramah, namanya Pak Soemarsono.

Beberapa bulan yang lalu sebelum saya mengetik ini, Pak Soemarsono melepaskan jubahnya, kemudian sehari-harinya dia memakai pakaian biasa, sebagai pertanda bahwa beliau tidak lagi menjadi anggota “para pengabdi”. Namun itu bukan berarti dia tidak mengingkari keyakinan dia terhadap agamanya tersebut, hanya saja dia merubah penampilan dan gaya hidupnya saja. Tidak beberapa lama kemudian dia menikah dengan seorang perempuan yang juga saya kenal, orangnya sangat baik lagi ramah. Kemarin saya pergi untuk bersilaturahmi kepada mereka, dan saya melihat bahwa mereka sangat bahagia. Nah melihat kebahagiaan mereka itu, saya bilang pada Pak Soemarsono bahwa saya pun ikut berbahagia.

Namun menurut cerita beliau, tidak semua orang berbahagia seperti saya ketika orang tersebut melihat mereka berdua berbahagia. Teman-teman beliau yang dulu sangat dekat dengan beliau, mendadak berubah sikap ketika Pak Soemarsono merubah penampilannya. Mereka menjadi canggung untuk bertemu beliau, dan kecanggungan itu tampak jelas pada raut muka mereka. Pendek kata ada beberapa orang yang tidak memberikan penghormatan dengan kadar yang sama baik kepada Pak Soemarsono seperti sebelum dia melepaskan jubahnya dulu. Isu-isu pun bertebaran.

Kadang-kadang orang bisa menjadi kaku dan sedemikian fanatik kepada suatu bentuk tradisi atau agama tertentu. Mereka dapat bertindak kejam dengan menghianati hubungan pertemanan dengan kawan lamanya yang kini kebetulan tidak memiliki idealis yang sama. Padahal agama selalu mengajarkan kepada para pengikutnya untuk berbuat baik kepada siapapun . Tetapi orang cenderung lebih ingin membuat dirinya sendiri sedemikian fanatik, sehingga dia lebih memperhatikan ritual saja, dari pada mengambil hikmah dari pelajaran beragama.

Dalam hati, saya mengkritik pedas pada orang-orang yang berpaling pada Pak Soemarsono hanya karena beliau merubah penampilan beliau. Mengapa mereka dapat melakukan ini semua, padahal Pak Soemarsono adalah orang baik dan bermartabat, yang selalu berbuat baik kepada siapapun. Orang-orang tersebut tidak pernah dengan tulus menghormati Pak Soemarsono dari hati kehati. Mereka hanya menghormati jubah dan jabatan Pak Soemarsono sewaktu dahulu beliau menjadi pemuka agama.

Setiap kita berteman dengan siapapun, hendaknya kita selalu berusaha untuk berteman dengan hati. Sedapat mungkin kita tidak berteman dengan seseorang hanya karena kita sedang membutuhkan dia, artinya kita berteman dengan seseorang karena kita meinginkan berteman dengan pribadi orang yang menjadi teman kita itu, bukan dengan bentuk sosoknya tersebut. Jika kita menjadi cocok bertemanan dengan seseorang, maka sebaiknya kita tidak lagi peduli dengan seperti apa penampilan dia, kaya atau miskin, dari ras apa, suku apa, itu semua tidak akan berguna bagi kita juga bagi dia.

Hormati perasaan temanmu, jangan pernah menghianati dia

1 komentar: