


Proses pemotongan hewan kurban
Assalamualaikum wr. Wb.
Tradisi berkurban dilaksanakan pada bulan besar dalam tanggalan Jawa, saya tidak tahu persis pada bulan apa kurban dilaksanakan dalam kalender Hijriyah. Pada hari H pelaksanaan penyembelihan hewan kurban dilakukan setelah Shalat Idhul Kurban. Setahu saya hewan kurban yang di korbankan adalah kambing kacang (wedhus jowo), Domba (wedhus gibas), dan sapi. Tapi dalam pelaksanaannya diperbolehkan juga unta dan kuda. Daging dari hewan kurban itu akan dibagi-bagikan kepada para fakir miskin.
Saya sangat setuju dengan ide berbagi kepada para fakir miskin, karena ini adalah satu contoh perbuatan yang baik dan terpuji. Hanya saja dengan mengorbankan hewan kurban baik itu kambing ataupun sapi, membayangkan Kurban tahun lalu saja saya sudah merinding.
Apabila ide dari berkurban itu adalah diniatkan untuk membantu para fakir miskin, maka uang kurban yang beratusan juta itu bisa dipakai untuk membangun infrastruktur penting seperti klinik kesehatan, perbaikan posyandu, sekolah-sekolah di daerah tertinggal, MCK, perpustakaan umum, mobil baca, dan lain-lain. Pengalokasian dana pada sektor-sektor tersebut dapat berpotensi membantu orang miskin secara optimal, lebih mengena serta lebih tahan lama.
Daging memiliki nilai ekonomis yang sangat kurang, serta terlalu ekstravagansa jika dihubungkan dengan kegiatan membantu rakyak miskin. Untuk ukuran orang-orang di daerah saya, harga daging jauh lebih mahal enam hingga delapan kali lipat dari harga beras. Tentu saja orang miskin lebih membutuhkan beras dari pada daging, dengan asumsi harga satu kilo daging yang dikonsumsi satu keluarga bisa habis terkonsumsi dalam waktu tiga hari, maka harga itu bisa menghidupi keluarga miskin selama delapan hari. Harga daging 1 kg diatas Rp.35.000, sementara harga beras 1 kg adalah Rp.5000.
Dari sudut pandang perikemanusiaan kepada sesama mahluk, pemandangan hewan dipinggir jalan yang akan dijual untuk dikorbankan, sungguh sangat memilukan. Sulit bagi saya untuk mengerti bagaimana hewan-hewan itu dikumpulkan menjadi satu, ditaksir harganya, di diangkut dan disembelih. Memang sepertinya ini adalah hal sepele, yaitu keberadaan hewan-hewan itu, mau diapakan saja mereka, kita tidak akan terlalu banyak tersentuh, karena mereka itu hewan. Namun jika kita mau duduk di sebelahnya berlama-lama, mengelus kepalanya , memperhatikan perilaku hewan itu, memperhatikan raut mukanya, bagaimana mereka melindungi dan menjaga anak-anaknya, maka sepertinya mereka tidak jauh berbeda dengan kita umat manusia.
Hewan-hewan itu juga memiliki keinginan, ketakutan, serta kasih sayang, sekurang-kurangnya kepada anak-anak mereka. Setiap kita menginginkan daging untuk menyenangkan lidah kita atau untuk mengenyangkan perut kita, maka kita harus membunuh salah satu diantara mereka. Mengasihani apapun baik itu manusia ataupun hewan, berarti menajamkan perasaan, bukan pikiran. Apabila pikiran kita mengatakan bahwa hewan tidak perlu dikasihani karena mereka adalah makanan lumrah manusia, maka ya eksploitasi jadinya, manusia mengeksploitasi hewan. Namun apabila kita mau merenungkan sebentar, serta mendengarkan benar-benar suara hati kita, maka kita akan merasa terpanggil untuk bersimpati kepada mereka dengan melakukan tindakan semaksimal mungkin untuk tidak ikut campur dalam kegiatan mengeksploitasi.
Bagaimanakah caranya? Salah satunya adalah dengan cara tidak memakan daging, alias vegetarian. Dengan berpantang memakan daging, berarti kita memutus keikut sertaan kita dalam kegiatan penghilangan nyawa mahluk hidup.
Lalu bagaimana dengan perintah agama untuk berkurban pada hari raya kurban? Jika saya termasuk orang yang termasuk dalam syarat untuk berkurban, maka saya akan berkurban juga. Jika pada situasi biasa saya harus mengorbankan dua ekor kambing seharga dua juta rupiah umpamanya, maka saya akan mempergunakan uang saya dua juta rupiah itu untuk membeli beras atau minyak goreng atau elpiji untuk saudara-saudara miskin saya. pemberian itu lebih mengena, juga tidak ada satu nyawapun yang harus melayang karenanya. Insya Allah Tuhan bisa mengerti, karena katanya Dia adalah maha mengerti. Saya hanya berusaha yang terbaik untuk melakukan yang terbaik menurut hati nurani saya, sebagai kesetiaan saya kepada Tuhan. Jika saya mencintai Tuhan saya, maka saya juga harus menjaga dan mencintai mahluknya.
Sabhe satta bhavantu sukhi tatta.
Wasalamualaikum.
Tradisi berkurban dilaksanakan pada bulan besar dalam tanggalan Jawa, saya tidak tahu persis pada bulan apa kurban dilaksanakan dalam kalender Hijriyah. Pada hari H pelaksanaan penyembelihan hewan kurban dilakukan setelah Shalat Idhul Kurban. Setahu saya hewan kurban yang di korbankan adalah kambing kacang (wedhus jowo), Domba (wedhus gibas), dan sapi. Tapi dalam pelaksanaannya diperbolehkan juga unta dan kuda. Daging dari hewan kurban itu akan dibagi-bagikan kepada para fakir miskin.
Saya sangat setuju dengan ide berbagi kepada para fakir miskin, karena ini adalah satu contoh perbuatan yang baik dan terpuji. Hanya saja dengan mengorbankan hewan kurban baik itu kambing ataupun sapi, membayangkan Kurban tahun lalu saja saya sudah merinding.
Apabila ide dari berkurban itu adalah diniatkan untuk membantu para fakir miskin, maka uang kurban yang beratusan juta itu bisa dipakai untuk membangun infrastruktur penting seperti klinik kesehatan, perbaikan posyandu, sekolah-sekolah di daerah tertinggal, MCK, perpustakaan umum, mobil baca, dan lain-lain. Pengalokasian dana pada sektor-sektor tersebut dapat berpotensi membantu orang miskin secara optimal, lebih mengena serta lebih tahan lama.
Daging memiliki nilai ekonomis yang sangat kurang, serta terlalu ekstravagansa jika dihubungkan dengan kegiatan membantu rakyak miskin. Untuk ukuran orang-orang di daerah saya, harga daging jauh lebih mahal enam hingga delapan kali lipat dari harga beras. Tentu saja orang miskin lebih membutuhkan beras dari pada daging, dengan asumsi harga satu kilo daging yang dikonsumsi satu keluarga bisa habis terkonsumsi dalam waktu tiga hari, maka harga itu bisa menghidupi keluarga miskin selama delapan hari. Harga daging 1 kg diatas Rp.35.000, sementara harga beras 1 kg adalah Rp.5000.
Dari sudut pandang perikemanusiaan kepada sesama mahluk, pemandangan hewan dipinggir jalan yang akan dijual untuk dikorbankan, sungguh sangat memilukan. Sulit bagi saya untuk mengerti bagaimana hewan-hewan itu dikumpulkan menjadi satu, ditaksir harganya, di diangkut dan disembelih. Memang sepertinya ini adalah hal sepele, yaitu keberadaan hewan-hewan itu, mau diapakan saja mereka, kita tidak akan terlalu banyak tersentuh, karena mereka itu hewan. Namun jika kita mau duduk di sebelahnya berlama-lama, mengelus kepalanya , memperhatikan perilaku hewan itu, memperhatikan raut mukanya, bagaimana mereka melindungi dan menjaga anak-anaknya, maka sepertinya mereka tidak jauh berbeda dengan kita umat manusia.
Hewan-hewan itu juga memiliki keinginan, ketakutan, serta kasih sayang, sekurang-kurangnya kepada anak-anak mereka. Setiap kita menginginkan daging untuk menyenangkan lidah kita atau untuk mengenyangkan perut kita, maka kita harus membunuh salah satu diantara mereka. Mengasihani apapun baik itu manusia ataupun hewan, berarti menajamkan perasaan, bukan pikiran. Apabila pikiran kita mengatakan bahwa hewan tidak perlu dikasihani karena mereka adalah makanan lumrah manusia, maka ya eksploitasi jadinya, manusia mengeksploitasi hewan. Namun apabila kita mau merenungkan sebentar, serta mendengarkan benar-benar suara hati kita, maka kita akan merasa terpanggil untuk bersimpati kepada mereka dengan melakukan tindakan semaksimal mungkin untuk tidak ikut campur dalam kegiatan mengeksploitasi.
Bagaimanakah caranya? Salah satunya adalah dengan cara tidak memakan daging, alias vegetarian. Dengan berpantang memakan daging, berarti kita memutus keikut sertaan kita dalam kegiatan penghilangan nyawa mahluk hidup.
Lalu bagaimana dengan perintah agama untuk berkurban pada hari raya kurban? Jika saya termasuk orang yang termasuk dalam syarat untuk berkurban, maka saya akan berkurban juga. Jika pada situasi biasa saya harus mengorbankan dua ekor kambing seharga dua juta rupiah umpamanya, maka saya akan mempergunakan uang saya dua juta rupiah itu untuk membeli beras atau minyak goreng atau elpiji untuk saudara-saudara miskin saya. pemberian itu lebih mengena, juga tidak ada satu nyawapun yang harus melayang karenanya. Insya Allah Tuhan bisa mengerti, karena katanya Dia adalah maha mengerti. Saya hanya berusaha yang terbaik untuk melakukan yang terbaik menurut hati nurani saya, sebagai kesetiaan saya kepada Tuhan. Jika saya mencintai Tuhan saya, maka saya juga harus menjaga dan mencintai mahluknya.
Sabhe satta bhavantu sukhi tatta.
Wasalamualaikum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar