Tedjo : Saya berasal dari Indonesia, sebuah negara yang kacau karena dua hal.
Boris : Hal-hal apa sajakah itu?
Tedjo : Egoisme dan ketidakpedulian.
Boris: Oke, saya mendengarkan…
Tedjo : Kata orang, kami bangsa Indonesia adalah bangsa muda yang masih perlu banyak belajar dari kesalahan. Katanya setiap bangsa memerlukan banyak pembelajaran agar tatanan berbangsa dan bernegara yang diidam-idamkan dapat terlaksana. Namun menurut saya pribadi, sepertinya bukan itu yang menjadi masalah.
Boris : Lantas apakah yang menjadi masalahnya.
Tedjo : Seperti yang saya bilang, egoisme dan ketidak pedulian. Elit politik kami saling bertarung demi kepentingan mereka masing-masing, para Industrialis dan pengusaha kami berusaha mengeruk keuntungan sebanyak-banyaknya tanpa mempedulikan kerusakan lingkungan. Para guru pengajar dan pendidik mulai dari tingkatan paling rendah hingga paling tinggi hanya bekerja setengah-setengah, memperlakukan murid-muridnya seperti benda, asal menyampaikan pelajaran sesuai dengan kurikulum tanpa sedikit memikirkan apakah murid tersebut mengerti atau tidak, ataukah ilmu yang disampaikan itu akan berguna bagi murid tersebut. Aparat penegak hukum juga sangat lemah, budaya suap menyuap sudah lumrah diantara mereka. Kinerja pegawai negeri sipil juga amburadul, mereka asal datang, tulis-tulis kemudian buru-buru pulang untuk belanja. Birokrasi kami sangat ruwet kepada semuanya, kecuali pada orang-orang yang berduit.
Boris : Separah itukah? Tidak adakah seorang pemimpin kuat yang tampil untuk merubah segalanya.
Tedjo : Waduh saya tidak tahu ya, tapi kayaknya sulit, Indonesia itu kan negara demokrasi. Setelah era reformasi, demokrasi sangat dijunjung tinggi. Repotnya jika seorang pemimpin kuat memberlakukan kebijakan yang sifatnya tidak sesuai dengan keinginan orang banyak demi kebaikan bangsa, akan dianggap otoriter dan akan segera dilengserkan, dulu pernah kok kejadian kayak gitu. Rakyatnya juga bermasalah, mereka selalu memikirkan kepentingan perutnya sendiri tanpa memikirkan sedikitpun beban yang dihadapi oleh pemerintah. Ketika pemerintah dihadapkan pada pilihan sulit yaitu menkonversi minyak tanah ke LPG, atau menghadapi pilihan lebih sulit lagi, rakyat berbondong-bondong menolak. Alasannya takut meledak lah, tidak bisa mengoperasikannya lah, atau apalah. Ya kalau dipikir-pikir semua hal yang baru itu kan bisa mengandung resiko, tapi kalau kita mau belajar sesuatu kan resikonya bisa sama sekali hilang. Memang masyarakat seringkali maunya yang sederhana-sederhana saja untuk kepentingannya sendiri, mereka tidak mau sedikitpun mengeluarkan tenaga untuk belajar sesuatu untuk membantu meringankan beban pemerintah, saya tahu sendiri itu.
Boris : Kalau begitu orang-orang anda rapuh sekali ya?
Tedjo: Benar, dan semua itu diakibatkan oleh egoisme dan ketidak pedulian. Mereka itu hanya ingin hidup sederhana, minim perjuangan, menikmati hidup apa adanya, mengkonsumsi segala kesenangan sebisa mereka tanpa mempedulikan dampak dari perilaku mereka itu terhadap lingkungan. Sulit sekali mereka diajak berpikir logis dan serius. Alih-alih berpikir serius dan logis, mereka cenderung menjunjung tinggi pola berpikir dan sudut pandang yang diwariskan oleh tradisi dan kebiasaan masyarakat mereka. Jadi mereka sangat kesulitan untuk bisa mengerti cara orang lain, budaya lain dalam memahami sesuatu.
Boris : Menjunjung tinggi pola berpikir dan sudut pandang yang diwariskan oleh tradisi dan kebiasaan masyarakat mereka. Seperti apa contohnya…?
Tedjo : Ya, yang saya maksud adalah bahwa mereka menjunjung tinggi pola pikir dan perilaku membebek. Contoh : membuang sampah di kali, tangan kiri adalah tangan buruk dan tangan kanan adalah tangan baik, ngerumpi, Jakartasentris yaitu berbicara dan berkirim sms dengan aksen bahasa gaul kejakarta-jakarta-an, berpacaran terus sepanjang waktu, menikah muda, gila-gila an merokok, lontang-lantung kesana kemari tidak ada kesibukan berarti, membeli barang-barang mewah, memukuli maling sampai mati, membicarakan seks adalah tabu. Dan lain-lain lah, saya pusing membicarakannya.
Boris : oke-oke, tapi saya masih belum dengan jelas mengerti, sejauh apa hal itu memabawa dampak negatif?
Tedjo : Yang menjadi masalah adalah, ketika mereka sangat menjunjung tinggi kebiasaan berpikir dan berpola hidup macam itu, mereka akan menutup diri mereka terhadap pola berpikir, ide, dan pola hidup yang lain. Mereka menjadi masyarakat yang bebal yang tidak mengindahkan apapun kecuali diri mereka sendiri berserta kebiasaan mereka. Dan mereka akan menganggap sesuatu yang baru itu sebagai hal yang tidak realistis. Makanya mereka akan menganggap enteng seruan pemerintah tentang tidak membuang sampah di kali, dua anak cukup, seruan membaca buku, dan akhirnya mereka tidak akan peduli pada isu-isu tentang global warming, big freeze, ataupun penipisan lapisan ozon.
Boris : Wah banyak sekali daftarnya, adakah yang terlewat?
Tedjo : Memang saya belum selesai berbicara. Sekarang coba bayangkan Boris, jika mereka tidak peduli pada hal-hal besar seperti yang saya bicarakan tadi, apakah mungkin mereka akan menaruh perhatian pada hal-hal remeh temeh seperti berbagi kasih sayang dan peduli orang lain.
Boris : Saya tidak tahu, tapi sepertinya tidak. Anda sudah cukup memberitahukan permasalahan mereka, sekarang bisakah anda menyebutkan hal-hal yang dapat dilakukan untuk membuat mereka berubah?
Tedjo : Jika melihat mereka separah itu, maka saya pesimis sekali.
Boris : Tidak bisakah mereka dibuat tertarik dengan menawarkan hal-hal baru yang tidak mereka lihat sebelumnya, dengan teknologi baru misalnya?
Tedjo : Seperti yang saya bilang bahwa saya pesimis sekali. Mereka tidak peduli apakah ada teknologi baru yang lebih canggih atau tidak, namun mereka akan segera bertanya-tanya adakah unsur entertainment dalam teknologi baru tersebut, jika tidak mereka tidak akan tertarik dengan teknologi tersebut. Contohnya : mereka tidak akan menolak laptop dan karena kemajuan jaman, mereka tidak kesulitan mengakses teknologi itu. Tetapi alih-alih menggunakan laptop itu untuk hal-hal yang bermanfaat, mereka cenderung memakainya untuk menonton film porno, main game, meramal dirinya sendiri dengan ramalan Zodiak atau sekedar untuk gengsi-gengsian. Jika mereka bisa terhubung dengan internet, maka mereka akan mendownload film porno atau chatting dengan pacar mereka daripada menjajal berhubungan dengan teman di luar negeri atau mencoba teknologi baru, Google earth misalnya. Malahan jika ditimbang-timbang, mereka akan cenderung menyewa Play Station dari pada menyewa Internet.
Boris : Jadi mereka senang sekali dengan entertainment ya?
Tedjo : Betul sekali Boris, betul sekali. Namun seharusnya entertainment itu tidak menjadi masalah ya, yang menurut saya menjadi masalah itu adalah kebiasaan berpikir mereka yang sangat terikat dengan sesuatu yang menghibur yang sudah sedemikian kronisnya sehingga kemampuan mereka berpikir serius untuk membereskan sesuatu jadi buyar. Dan ini adalah lumrah di dalam masyarakat Indonesia kebanyakan, utamanya pemuda.
Boris : Tetapi anda tidak mengatakan apapun sehubungan dengan usaha anda merubah kebiasaan mereka. Iya kan?
Tedjo : Jangan salah ya. Saya pernah… anggaplah bereksperimen terhadap pemuda kelas bawah ekonomi rendah di kampung, saya pun berasal dari kelas yang sama dengan mereka, dan sekarangpun masih tetap saya lakukan. Saya menganjurkan kepada mereka untuk membaca buku dengan meminjamkan buku saya untuk mereka baca, tidak pernah satupun buku saya selesai mereka baca. Untuk selanjutnya mereka tidak lagi mau membaca buku saya, buku saya itu adalah buku enteng tentang pengetahuan umum atau sekadar buku motivasi. Alih-alih membaca buku saya itu, mereka cenderung membaca rubrik sepak bola, atau membaca tabloid ponsel untuk melihat-lihat ponsel baru, meskipun mereka tidak membelinya.
Boris : Hanya itu?
Tedjo : Tidak, saya belum selesai. Saya juga mengajari mereka Mix Martial Arts, Brazilian Jiu-jitsu, dan Israeli Krav Maga. Padahal saya sudah menginformasikan kepada mereka bahwa beladiri-beladiri itu adalah beladiri paling efektif yang lagi digandrungi dunia, dan dipakai oleh pasukan khusus Amerika baret hijau, toh mereka tetap malas-malasan berlatih. Apakah anda mendengarkan saya Boris?
Boris : Ya, ya saya bersama anda. Teruskan…
Tedjo : Dalam banyak kesempatan saya mengenalkan mereka pada hal-hal baru seperti : menunjukan kepada mereka bahwa ada sebuah komunitas yang rela meluangkan waktu dan tenaganya untuk memperjuangkan kesejahteraan binatang. Juga yang masih sedang saya lakukan adalah, mengajak mereka berjalan-jalan memperhatikan orang-orang tunawisma kelaparan dan melakukan hal-hal yang bisa kami lakukan untuk sekedar membuat mereka kenyang.
Boris : lalu bagaimana reaksi mereka?
Tedjo : Biasa-biasa saja. Setiap kali sesudah saya melakukan hal bersama-sama dengan mereka, saya mencoba berdiskusi dengan mereka untuk menekankan dan mengingat kembali pelajaran apa sajakah yang kami dapatkan dari kegiatan yang telah kami lakukan. Tetap saja, reaksi mereka tidak se-antusias seperti halnya ketika mereka habis kencan dengan pacar mereka. Jadi kegiatan-kegiatan seperti ini tidak penting buat mereka. Mereka sangat nyaman dengan diri mereka sendiri, mereka tidak ingin berubah, mereka senang dengan status kuo mereka.
Boris : Lalu apa hubungannya dengan negara anda, Negara Indonesia?
Tedjo : Tentu saja sangat berhubungan. Biar saya ulangi lagi ya. Jelas sekali bahwa karena orang-orang Indonesia tidak tertarik melakukan hal-hal untuk kepentingan selain kepentingannya sendiri, karena orang-orang Indonesia tidak tertarik dengan hal baru yang tidak mengandung entertainment, karena orang-orang Indonesia tidak tertarik dengan perubahan dan ide-ide baru maka Indonesia tetap-tetap saja seperti ini.
Boris : jadi…
Tedjo : jadi ini adalah masalah mental, tidak banyak yang peduli atau tahu bagaimana perusahaan swasta Amerika menguasai sebagian besar ladang-ladang minyak dan pertambangan emas Indonesia, tidak banyak yang peduli bagaimana kami adalah bangsa yang kaya keanekaragaman hayati yang banyak diantaranya sedang terancam kepunahan, tidak banyak yang peduli bahwa devisa kita bocor deras pada kegiatan-kegiatan ziarah keluar negeri, tidak banyak yang peduli bahwa pulau-pulau kecil kita akan tenggelam akibat pemanasan global, tidak banyak yang peduli bahwa daerah bekas penambangan batu bara dapat menjadi danau yang membahayakan, tidak banyak yang peduli bahwa hutan kita terancam habis akibat industri kelapa sawit, tidak banyak yang peduli, tidak banyak yang peduli banyak saudara-saudara yang berlainan suku dan budaya yang mengalami perlakuan anak tiri dari pemerintah.
Boris : Jadi…
Tedjo : Jadi tukang sate selalu sibuk memikirkan panggangan sate apa yang kuat dan anti karat. Seorang Blandong atau penebang pohon akan sibuk menebangi pohon untuk mendapatkan uang sebanyak-banyaknya. Seorang tukang becak akan sibuk dengan kegiatan menunggu penumpangnya. Seorang industrialis akan sibuk dengan perluasan industrinya. Seorang ibu rumah tangga akan sibuk dengan urusan dapurnya. Seorang mahasiswa hanya sibuk dengan urusan belajar dan bersenang-senangnya. Semua ini karena egoisme dan ketidak pedulian.
Boris : Jadi…
Tedjo : Jadi saya berharap agar orang tergerak untuk peduli, sukur-sukur memihak pada ide atau isu-isu yang mengangkat biang permasalahan Indonesia. Jika saja orang-orang Indonesia dapat lebih peduli, akan lebih gampang membuat mereka bergerak untuk melakukan tindakan nyata untuk membuat Indonesia menjadi negara lebih baik untuk ditinggali.
Boris : Tindakan nyata apa yang bisa membuat Indonesia menjadi lebih baik.
Tedjo : Sebagai warga negara biasa kami bisa melakukan hal-hal berikut. Banyak-banyak menanam pohon, tidak membuang sampah ke kali, tidak banyak memakai kantong plastik, tidak melakukan ziarah ke Mekah dan Jerusalem kedua dan seterusnya agar konsentrasi uang di dalam negeri tidak buyar ke timur tengah. Membatasi penggunaan perkakas buatan luar negeri, lebih mencintai barang buatan dalam negeri, menghormati hukum, mengikuti peraturan lalu lintas. Bekerja keras apapun profesinya, tidak lupa mengurangi kemungkinan dampak negatif dari usaha kita. Menghormati orang lain, dengan merawat fasilitas umum, saling menolong dan saling berbagi. Bergabung dengan organisasi-organisasi yang memiliki idealis berusaha membenarkan sesuatu yang tidak benar. Ini semua tidak akan terjadi jika egoisme dan ketidak pedulian merajalela.
Boris : Apakah anda yakin jika semua rakyat Indonesia berperilaku seperti yang anda katakan tadi maka apakah anda yakin bahwa Indonesia akan menjadi lebih baik?
Tedjo : Jika Indonesia masih saja belum baik meskipun semua rakyatnya berusaha keras melakukan hal-hal yang terbaik, maka rakyat Indonesia boleh menyalahkan pemimpinnya, pemerintahnya.
benar2 sebuah dialog atau penjelasan yang istimewa, bahakan tidak bisa saya mengatakan tidak atas pernyataa tersebut,karena apa yang Tedjo katakan soal keadaan indonesia benar - benar real dan tidak dapat disangkal, dan ketika orang awam inign berpendapat mereka hanya bisa menyetujui itu karena pa yang ingin mereka sampaikan secara tidak langsung sudah diakatakn oleh Tedjo. LAngakh baiknya bila kita belajar dan terus belajar dari dialog orang lain agar kita memiliki kesadaran dan inspirasi untuk mengubah tanah air menjadi lebih baik. Bukan begitu saudara Bayu?!
BalasHapusBenar sekali saudara Eng Soetjipto. Tae Kwon Do-nya yaapa?
BalasHapusAyo bikin sekolah kecil2an gratis untuk anak2 ya apa? sekolah rakyat yang mengajarkan keterampilan dan pengertian, tempatnya di sebuah lahan terbuka, pakaian bebas, metode: bengkel kerja/workshop, langsung praktik. Tempat di lapangan tembak, atau lahan manapun di Singosari, gimana?
BalasHapus