Kemudian Matrioska itu diberikan oleh Winto kepada adik saya yang bernama Lina. Dan kepada Lina, Winto memberitahu bahwa pemberiannya itu adalah oleh-oleh dari Rusia. Pada suatu hari yang lain Winto juga membawakan oleh-oleh dari luar negeri yang lain, yaitu dua ekor kelinci putih yang dibungkus dalam sebuah kantung wortel yang memiliki resleting yang dia beli sendiri di Chiang-Mai, Thailand. Selain itu, dia juga memberi Lina sebuah manik-manik Myanmar.
Karena pemberian dari Winto itu dirasa begitu berharga, maka Lina tidak berani memakainya untuk bermain. Dia menyimpan kenang-kenangan itu di dalam lemari, di satu kotak khusus bekas kardus sepatu yang bertuliskan “jangan dibuang, oleh-oleh dari luar negeri” . Selain itu, di salah satu sisi kotak dia juga menuliskan nama barang-barang apa saja, dari negara mana saja, beserta nama masing-masing ibu kotanya.
Kadang-kadang Lina menanyakan Koko Winto kemana? kenapa dia sudah lama tidak main ke rumah kami. Saya bilang bahwa Winto sedang sibuk.
Pelajaran baru, tidak semua hal yang berhubungan kekanak-kanakan itu jelek. Orang dewasa juga dapat mencontoh keluguan anak kecil, yaitu bahwa seorang anak kecil selalu mengenang orang-orang yang memberi mereka sesuatu. Ungkapan terimakasih mereka kepada pemberi mereka adalah dengan cara tidak melupakan orang tersebut. Kita juga harus bisa berperilaku demikian, ini adalah hal yang terpuji menurut saya.
Ya, senang sekali bisa memberikan hadiah kecil buat si adik kecil :) Nanti kalau saya sempat ke luar negeri lagi saya akan berikan biar koleksinya bertambah , biar Lina kalau sudah besar akan terus mengingat dan bermimpi menjadi orang besar yang bisa ke luar negeri, agar berguna bagi Singosari dan Indonesia :)
BalasHapus